Menyiram tanaman tomat hiasnya setiap pagi dan sore hari telah menjadi kebiasaanya. Rasa sayangnya pada tanaman itu muncul begitu saja. Meski bukan tomat cherry yang dicarinya tapi Alena tetap merawat tanaman itu sepenuh hati.
"Tomcher-ku yang sehat ya." Alena memberi nama tomatnya dengan nama tomat cherry. Meski sangat tidak sesuai dengan jenisnya. Baginya itu tidak masalah yang penting dia sayang.
Alena beralih ke meja belajarnya. Dia mengambil kalender yang selalu dia corat-coret untuk melihat kurang berapa hari lagi dia akan mengikuti ujian nasional. Tapi bukan itu tujuannya untuk melihat kalender kali itu.
Alena menyenderkan tubuhnya ke meja belajar. Mengamati angka berapa esok hari dan mengingat hari spesial apa hari itu. Besok adalah hari kelahiran Delvin Verrio Abiza. Ingatannya kembali pada tahun lalu. Dia mengucapi ultah Delvin yang ke tujuh belas pada tanggal 15 Desember 2017. Dia tidak punya kado, bukannya tidak ingin memberi. Tapi Alena hanya tidak ingin Delvin mengingatnya atau malah semakin berurusan dengan orang itu.
Dia juga masih ingat h-2 hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas juga di tahun 2018 pada bulan mei. Hera mengancamnya akan bilang pada Delvin bahwa Alena menyukainya. Saat itu Alena memang sudah ingin memberitahu sendiri namun itu tidak mungkin. Maka dari itu dia mengiyakan ancaman Hera. Lagipula dia juga ingin melihat bagaimana ekspresi Delvin. Sangat mengecewakan baginya. Delvin tetaplah Delvin yang dingin dengannya. Bahkan setelah mengetahui itu. Di hari ulang tahunnya Delvin tidak mengucapkannya seperti Alena yang berusaha menemui Delvin dan mengucapkannya.
Memang apa yang perlu diucapkan untuk seseorang yang bahkan belum ada satu tahun mengalnya? Dan Alena tahu posisinya, seluk beluk perasaan Delvin. Seharusnya dia sudah tahu akan jadi seperti apa. Hanya saja dia ingin membuktikan apa yang dia pikirkan. Ternyata memang seprti itulah kenyataan dan asumsinya yang sejajar. Padahal dia berharap ada setitik harapan yang mungkin meski sangat kecil. Namun tetap itu tidak ada.
Alena meletakkan kalendernya kembali ke atas meja belajar. Dia kembali menyentuh tomat cherrynya. Besok dia akan datang lebih pagi dan meletakkan tanaman itu ke motor Delvin. Entah orang itu akan senang atau akan dibuang itu tidak masalah. Meski jika benar adanya, Alena pasti sakit hati. Apalagi tomat itu sudah menjadi bagian tersayangnya.
"Haii. Besok kamu bakalan sama orang yang aku suka. Kamu nanti baik-baik ya sama dia."
Mungkin aneh jika seseorang memberikan tanaman sebagai kadonya. Pasti sebagian orang merasa tidak masuk akal. Mungkin malah terkesan aneh. Tapi bagi Alena dia tidak perlu memberikan barang mahal atau lainnya. Yang terpenting seberapa ikhlas dia memberikannya itu lebih baik dari terpaksa. Adanya apa bukan apa adanya itu lebih memusingkan.
Tidak semua orang akan sama memang dengan pemikiran orang lain. Karena setiap orang punya pemikiran yang berbeda-beda dan tak mungkin bisa disamaratakan. Bahkan anak kembar pun pasti berbeda pendapat.
Pukul 6.15 tepat Alena sampai di parkiran. Di salah satu barisan sudah ada motor Delvin yang terparkir rapi seperti hari kemarin. Alena mendekati motor Delvin. Dia cukup hafal dengan motor dan helm yang selalu dikenakan Delvin. Alena menaruh pohon tomat itu ke motor Delvin. Di dalamnya dia sudah menaruh surat untuk cowok itu. Semoga saja cowok itu mau melanjutkan tugasnya merawat tomcher-nya dengan baik. Meski hubungan mereka tidak pernah dalam kata baik.
***
Bel pulang sekolah berbunyi beberapa menit yang lalu. Delvin beserta temannya yang lain sudah keluar dari kelas berjalan ke arah parkiran. Dia menatap motor Alena yang masih berada di salah satu barisan yang sama dengannya. Tidak biasanya perempuan itu pulang lebih lama darinya. Biasanya jika dia akan pulang, motor Alena sudah tidak ada.
Delvin berbalik menatap motornya. Dia terkejut melihat plastik besar diletakkan di sana. Dia membukanya secara perlahan. Betapa terkejutnya ketika melihat ada tanaman tomat dengan buahnya yang kecil-kecil berwarna merah. Seketika dia mengingat seseorang yang suka memposting foto tentang buah itu. Dia berpikir sepertinya adalah orang yang sama.
Delvin mengambil surat yang ada di sana. Dia masih ingat dengan jelas bentuk tulisan itu. Dengan huruf-huruf yang rapi dan teratur serta penggunaan bahasanya yang berbeda dari yang lain. Dia tahu siapa pemberi tanaman itu. Ada senyum yang terukir dibibirnya tanpa sadar.
To : Delvin Verrio Abiza
Selamat buat bertambahnya umur kamu Vin. Mungkin ini terkesan aneh. Mana ada seseorang memberi hadiah berupa tanaman. Well, aku tahu itu merepotkan. Tapi kamu itu ada persamaan tersendiri sama tanaman ini buat aku. Aku harap kamu rawat dengan baik. Anggap aja ini bukan dari aku, daripada kamu selalu ingat aku. Ingat keburukan aku maksudnya yang udah terjadi dulu. Dulu kamu tanya mau ngasih kado nggak. Kadonya ini sekarang. Kalau kamu nggak suka boleh dibuang. Aku nggak masalah, tapi saran aku daripada dibuang mending berikan pada orang. Biar ada yang gantiin ngerawat. Btw, selamat ulang tahun.
Len
Entah mengapa semua tingkah Alena yang begitu tidak terduga itu dirindukannya. Bukan, lebih tepatnya ada yang hilang ketika perempuan itu tidak terlihat di beberapa waktu bersama satu organisasi mereka. Alena memang pendiam sekaligus paling cerewet diantara teman-temannya yang lain. Dia berubah sifat sesuai dengan siapa dia berhadapan. Jika bersama satu kelompoknya sekelas, dia bisa menjadi orang yang cerewet. Di sisi lain dia menjadi sangat pendiam jika berada diperkumpulan organisasi. Ada rasa mengganjal dihatinya melihat perbedaan itu. Mungkinkah dia cemburu? Jawabanya hanya Delvin yang tahu.
—--Bersambung---—
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us √
أدب المراهقين(Completed) Mengapa melupakanmu adalah hal yang paling sulit? Mengapa mencintaimu bisa sesesak ini? Mengapa semua hal tentangmu adalah salah satu hal yang paling aku sesali? Mengapa hanya kata mengapa yang selalu aku tanyakan tentangmu? Jatuh itu me...