25. I Love You

201 4 0
                                    

"Aku ingin berbicara padamu, bahwa ya aku menyukaimu"~Unknown

***

Alena membuka pintu rumahnya. Dia sudah tahu jika tamunya kali ini adalah Feera tapi dia tidak tahu jika ada Delvin yang mengantarnya. Setelah pesta Dio malam itu. Perasaannya pada Delvin menguap begitu saja. Kini dia sudah bisa bersikap biasa. Meski masih meninggalkan perasaan sesak yang dengan sendirinya hadir tanpa bisa cegah. Baru permulaan, dia yakin suatu saat hatinya benar-benar sudah baik-baik saja tanpa detak-detak yang begitu menyiksanya.

"Ohh, silakan masuk Feer. Dan- Vin!" Alena membuka pintunya lebih lebar. Mempersilakan tamunya masuk. Hari ini dia berada di rumah seorang diri. Bunda, ayah, dan Elvara pergi berkunjung ke rumah neneknya. Selagi ayahnya mendapat hari libur dari kantor katanya. Berhubung tidak ada yang menjaga rumah, Alena di tinggal demi menjaganya. Tidak masalah baginya, lagipula dia memang lebih suka tinggal di rumah.

"Kakak baru bangun?" tanya Feera yang bingung melihat tanpilan Alena dengan kaos oblong berwarna hitam dan celana kain selutut dengan rambut yang dicepol asal-asalan.

"Enggak sih, lagi cuci baju. Tunggu dulu, aku mau ambilin minum."

Liburan hampir selesai. Tujuan Feera datang ke rumahnya untuk meminjam buku paketnya. Feera dengan senang hati memberikannya. Lagipula buku-bukunya sudah tidak digunakan daripada rusak begitu saja lebih baik dia meminjamkannya. Selain itu dia juga bisa dapat pahalakan.

Kedekatan Feera dan Alena baru-baru ini terjalin. Sebenarnya Feera sendiri yang awalnya ingin menghubungi Alena. Entah mengapa bagi Feera, Alena adalah sosok kakak yang selama ini dia inginkan. Yang bisa menjadi teman curhatnya tidak seperti kakak laki-lakinya yang kaku dan sulit dicurhati. Justru bercerita dengan kakaknya sendiri malah membuatnya semakin dongkol akan balasan kakaknya yang seolah tidak ingin mendengar curhatannya.

Alena kembali sambil membawa dua gelas jus stoberi dan beberapa kue kering dipiring yang dia bawa menjadi satu di nampan. Terlihat menggiurkan untuk menemani cuaca yang panas siang ini. Dia meletakkan kedua es itu di depan tamunya, sedangkan kuenya dia taruh di tengah-tengah meja. Selagi kedua tamunya menikmati suguhan yang dia berikan, Alena melepas karet rambutnya. Rambutnya yang pendek itu dia sisir dengan tangannya.

"Heeemmm. Enak kak. Kakak kapan buat jus ini?" tanya Feera penasaran. Lagipula dia tadi tidak mendengar suara blender yang diputar.

"Tadi kok. Sesudah aku nyuci baju. Oh ya, ayo ikut kakak ke gudang. Kakak belum sempat mengambilnya. Sekalian kakak mau jemur baju."

"Oke, ayo kak. Kak Delvin tunggu sini ya." Pamit Feera pada Delvin. Delvin hanya mengangguk selagi menikmati kue kering yang diberikan Alena. Dia telah jatuh hati dengan kue itu atau mungkin dengan pembuatnya. Entahlah rasanya memang ada yang berbeda.

Jika membahas hal yang berbeda, Delvin dapat menangkap sorot mata Alena yang berbeda. Tidak seperti biasanya, perasaan bersalah tiba-tiba menghantuinya. Memang dia sudah keterlaluan mempermainkan perasaan Alena. Sebenarnya bukan mempermainkan, dirinya sendiri memang tidak tahu akan perasaannya. Sudahlah mungkin memang salahnya sendiri yang kurang tegas akan perasaannya.

***

Feera masuk ke dalam gudang. Gudang rumah Alena tidak seperti gudang lainnya yang berdebu. Gudang itu begitu bersih dengan barang-barangnya yang tertata rapi. Memudahkannya untuk mencari buku yang dia perlukan. Jika bukan karena Delvin yang menghilangkan buku-bukunya. Feera tidak akan meminjam buku Alena, itu terlalu merepotkan meski Alena tidak mempermasalahkan itu.

Beberapa buku dia pindahkan, namun matanya menangkap satu kotak kado besar yang terlihat masih bagus. Dia membuka kotak itu. Isinya adalah barang-barang yang berkaitan dengan kakaknya. Dia mengambil salah satu, matanya begitu tertarik untuk melihat isi buku yang bersampul hitam dengan ikat di tengah-tengahnya.

Between Us √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang