"Jisoo, ibu sangat hafal siapa itu kamu. Kamu salah satu anggota osis yang paling ibu favoritkan. Di kelas nilaimu juga cukup tinggi bukan? Dari kelas satu sampai sekarang apa kamu masih bisa mempertahankan peringkat ke 3 mu itu setelah Minhyun dan Seungcheol?"
Jisoo, hanya bisa menunduk. Menggigit bibirnya sekuat mungkin. Bahkan sampai sobek pun tak apa. Kedua tangan dia terkepal kuat diatas paha.
Ini bukan salah Jisoo!
"Bu, sekali lagi saya bilang, ini bukan salah saya.. Anak itu yang mencoba menjebak saya. Kalo ibu hafal bagaimana sifat saya, ibu ga bakal salah menilai." kata Jisoo, mencoba bela diri sendiri. Jisoo ga bakal terima kalo dia dijebak begini, dipermalukan di depan orang-orang yang bahkan ada kelas 10 disana.
Bu Sooyoung terlihat menarik napas lalu mengeluarkan nya perlahan.
"Maaf, ibu ga bisa nerima alasan kamu lagi. Untuk sekarang, sebagai hukuman tolong kamu bersihkan gedung atap. Karna ibu tau, membersihkan toilet terlalu berat, jadi ibu menyuruhmu untuk membersihkan gedung atap saja. Setelah itu datang keruang BK dan minta Pak Seok Jin untuk menasihati mu."
.
.
.
"AAAAAAAAAAAAAA"
Disana, bukannya bersih bersih, Jisoo malah teriak. Ngeluapin seluruh rasa emosi dan kesalnya terhadap perempuan bernama Jennie itu.
Setelah puas teriak, Jisoo nangis. Dia duduk dibalik pembatas tembok dan nutupin wajahnya dengan kedua tangan dia. Jisoo nangis disana sampe sampe ada orang yang datengin dia.
"Kalo mau teriak di hutan aja sono, jangan disini. Biar ada temennya noh si tarzan."
Begitu kata dia.
Padahal, seharusnya Jisoo merasa terhibur. Tapi ini enggak. Jisoo sekarang bener-bener dalam keadaan emosi yang ga stabil. Jisoo merasa ga di adili!
"Pergi.." begitu kata Jisoo sambil sesenggukan karna habis nangis. Jisoo pengen sendiri, tanpa ada satupun orang yang ganggu dia. Jisoo pikir gedung atap ini tempat paling sepi dan tenang. Tapi masih ada orang pengacau semacam Taeyong.
"Yaudah jangan duduk disitu, kotor. Emak lu nyuci capek capek lu malah enak kotor kotoran. Bangun dulu." Taeyong narik tangan Jisoo buat bangun. Yang kebetulan Jisoo ini duduk tanpa alas.
Jisoo mau-maunya aja dibawa keatas kursi empuk yang kayaknya udah ga dipake lagi.
"Penyebab lo kayak gini, gara-gara anak kelas 10 itu?"
"Bukan urusan lo."
"Seharusnya bu Sooyoung bisa nilai mana yang pantas dihukum mana yang engga. Lu tau sendiri, bu Sooyoung itu guru yang ga tutup mata disini. Gue rasa, anak cewek yang ngejebak lu itu nyuap bu Sooyoung."
Jisoo berdecih. Ngelirik Taeyong yang sekarang duduk disamping dia.
"Kalo emang dia guru paling adil di SMA ini, ga mungkin dia nerima kek begituan." jelas Jisoo. Taeyong malah angguk angguk.
"Heh bangun bangun. Lu kesini buat bersihin rooftop kan? Ngapain coba malah duduk disini?" Taeyong dorong pelan bahu Jisoo.
"Lo kan tadi nyuruh gue duduk disini, sekarang malah ngusir gue, manusia aneh!"
"Itu karna gue kasian liat lu nangis, gada balon."
Sialan!
Tapi bikin Jisoo. . . ketawa.
.
.
.
Jisoo lebih dulu masuk kedalam kelas ketimbang Taeyong. Anak itu ga tau kemana dulu. Dan Jisoo ga mau tau tentang dia. Yang penting jisoo udah nyelesain hukuman nya.