Plakkk
"IBU GUE UDAH KURANG APA SAMA LO, TAEYONG?? DIA UDAH BATALIN JADWAL OPERASI LO DAN SEKARANG LO MALAH NGELANGGAR LAGI? MAU LO APA SIH? DENGAN LO MILIH JISOO, APA ITU BERPENGARUH DENGAN KESELAMATAN NYAWA LO? ENGGA KAN?"
Yuta tiba-tiba dateng kerumah Taeyong dan nampar Taeyong begitu aja. Taeyong baru aja bangun tidur dan Yuta berhasil mengumpulkan seluruh kesadaran dia dengan tamparan keras nya itu.
"Maaf, gue ga bisa ngebiarin Jisoo sendirian tadi. Kalo gue ga jemput, dia mau pulang sama-"
"Jisoo, Jisoo dan Jisoo! Itu terus yang lo pikirin! Cobalah untuk bersikap egois, emang Jisoo itu siapa lo sih, huh? Pacar bukan-"
"DIA PACAR GUE!"
Yuta terkatup diam. Tidak percaya dengan ucapan Taeyong yang baru saja lelaki itu teriakan.
"Oke, terus. Apa pacar kebanggaan lo itu bisa bikin lo sembuh? Lo lebih mengorbankan Jisoo daripada nyawa lo sendiri? Lo ini sebenernya bosen hidup apa gimana sih?" tanya Yuta jengah. Ini sudah yang keberapa kalinya Taeyong melanggar ucapan ibunya?
"Jisoo adalah alasan gue untuk bertahan hidup. Dia sumber kebahagiaan gue yang ga bisa gue temuin dimana pun. Dan satu hal lagi, gue ga butuh belas kasihan dari keluarga lo, yut." Taeyong menatap Yuta tajam. Yuta yang sudah merasa lelah dengan sikap keras kepala Taeyong, akhirnya mengalah.
"Oke, fine! Tapi tolong sikap lo yang tadi itu jangan sekali lagi lo ulangi! Kecuali kalo lo emang bener-bener bosen hidup, silahkan aja, gue ga bakal ngelarang. Gue begini demi kebaikan lo sendiri. Maaf gue udah bentak lo sampai-sampai gue nampar lo dan bikin lo kaget. Maafin gue, gue cuma ga mau kehilangan lo, yong." Kata Yuta, dia nundukin kepala sambil megang sebelah bahu Taeyong.
"Gapapa, gue bisa terima itu. Lagian gue pantas dikasih ini sama lo, yut." Kata Taeyong.
"Lo mau makan? Gue bawa makanan, ada sayur sama ikan. Dimakan ya."
.
.
.
"Jis, selamat ya, gue turut bahagia atas hubungan lo sama Taeyong."
Jisoo buru-buru nengok kebelakang saat dia ngerasa kalo seseorang ngomong sama dia.
"Maksud lo apa?" tanya Jisoo. Lelaki itu ngehadep kebelakang Jisoo dengan cengiran khasnya.
"Gue cuma ngasih ucapan doang kok, salah ya?" kata Seungcheol sambil garuk kepala.
Jisoo sama sekali ga ngerti dengan Seungcheol. Hubungan Jisoo dan Taeyong, ga ada yang tau. Mereka ga ngerahasiain dan juga mereka ga membeberkan ke anak kelas. Lantas tau darimana Seungcheol tentang hubungan nya dengan Taeyong.
"Tau darimana?" tanya Jisoo bingung.
"Santai aja kali, Jis. Ga usah tegang gitu." Kata Seungcheol sambil nepuk bahu Jisoo, tapi langsung ditepis sama Jisoo karna dia merasa risi.
"Gue tanya, lo tau darimana?" Jisoo rada ninggiin suara dia. Seungcheol makin kesini makin bebal.
"Peduli amat, yang penting lo sama Taeyong lancar-lancar aja kan? Wah, berarti gue kalah telak dong ya sama dia. Ga heran sih kenapa lo lebih milih Taeyong daripada gue. Kan lo lebih milih fisik dibandingkan isi otak."
Jisoo yang ngedenger itu langsung naik darah. Sumpah, Seungcheol ini minta dihajar apa gimana sama dia?
"Isi otak Taeyong, ga ada apa-apa nya dibandingin sama gue, Jis. Kita lihat aja, siapa yang nantinya bakalan milikin lo sepenuhnya. Gue, atau Taeyong. Kita lihat aja ya, hehehe." Habis Seungcheol nepuk pundak Jisoo. Cowok menyebalkan itu pergi gitu aja.