2 - Hallo adik tiri?

51.4K 1.1K 24
                                    

Sepertinya malam ini akan bersahabat pada tubuhnya. Petir terdengar begitu saja, ditelinga perempuan yang tengah menyeruput teh hangatnya.

Angin berhembus, mengenai rambutnya yang ia juntai. Sudah setengah jam ia menatap langit. Mengingat kenangan bersama ayahnya dulu.

"Lihatlah, kau tak merestui ibu, ayah?" Seakan ayahnya ada disampingnya ia mencoba bertanya dan menghembuskan napasnya kasar. memang dia seperti orang gila. berbicara sendiri ditengahnya malam.

Sesekali gladien menggosokkan kedua telapak tangannya yang dingin. ia menyukai dingin, ia menyukai malam tanpa bintang dan ia menyukai sifat ayahnya dulu.

Terlintas bayangan ayahnya yang sedang berjuang agar dirinya dapat menaiki sepeda. Ayahnya yang tersenyum penuh arti ketika dirinya gagal. selalu menyemangati dan menanyakan beberapa hal mengenai cita-citanya. Membuat hatinya hangat.

"Aku benci perasaan seperti ini, ayah," gumam Gladien menepuk dadanya yang terasa sesak karena menahan air yang akan menjuntai kepipi.

Benar saja. malam ini akan bersahabat dengan Gladien. gadis yang baru saja menginjak umur 18 tahun kini tengah tertidur nyenyak dimalam tanpa bintang ini.

Namun, berbeda dengan disalah satu Rumah yang bernuansa mewah seperti istana itu sangat panas. Penerangan disana gelap gulita. Entah siapa yang mematikan lampunya.

Yang jelas erangan demi erangan begitu terdengar disana. terdapat tiga laki-laki yg tengah melakukan kegiatan panas disofa ruang tamu. dengan masing-masing memiliki perempuan sendiri.

"Opahh.." Racau perempuan yang tengah memeluk seseorang diatasnya.

"Sshh, Fuck." Laki-laki yang mempunyai mata besar itu menghentakkan juniornya sangat kasar. Sehingga perempuan dibawahnya terdengar lemah karena ulah laki-laki diatasnya.

"Aku tidak suka kasar, oppahh" Desahannya keluar begitu saja ketika seseorang diatasnya menghantamnya sangat keras.

"Akhh ... " Mereka berdua ambruk ketika sudah mengeluarkan hasil percintaan mereka.

Laki-laki itu langsung berdiri, mengambil beberapa lembar uang dari laci dan melempar uang yang harus ia bayar kepada jalang yang kini sedang memunguti pakaiannya.

"Terima kasih. Ini cukup untuk biaya hidupku. Lain waktu jika kau menginginkan aku lagi. Kau bisa menelponku." Perempuan itu langsung pergi begitu saja ketika sudah memakai pakaiannya.

"Hanya satu ronde?" Nathaniel mengerling kepada sang adiknya.

"Aku sedang tidak mood. jangan membuat moodku tambah hancur, kak" Ujar Alden memakai pakaiannya dengan cepat.

"Minum ini." Edgar, kakak tertuanya memberikan segelas minuman air putih pada sang adik.

Setiap kali mereka bertiga sangat kesal ataupun lelah. mereka meluangkan waktunya untuk bermain bersama jalang-jalang yang sudah mereka pesan sebelumnya.

"Ngomong-ngomong. Kau tidak ingin mendekati Gladienkan?" Tanya Nathaniel kepada laki-laki yang kini tengah meneguk minumannya sampai habis.

"Gladien?" Alden langsung mengernyit bingung.

"Kau belum tahu namanya. Yang pasti dia pernah kau jaili ketika dipernikahan ayah tadi pagi." Balas edgar.

"Kalian benar-benar ingin membuatnya meronta dibawahku?" Alden tahu tentang pemikiran kakak-kakaknya.

Terdengar decakan mulut Nathaniel yg tersenyum senang, "Kau benar-benar sudah dewasa." Ujar Nathaniel.

"Bukan meronta dibawahmu saja. dia harus meronta dibawah kita bertiga." Balas edgar sambil membasahi permukaan bibirnya yang sedikit mengering.

Pervert Brothers ( End ) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang