Suara pisau dan piring disana bertemu setelah mengoleskan roti dengan selai kacang. Keluarga Parker tengah sarapan pagi, dimeja makan rumah milik tuan parker
Lengkap sudah keluarga Parker. Semuanya bercanda ria, tanpa memperhatikan Gadis yg tengah makan rotinya dengan diam
Ia sedang menahan sesuatu dihatinya, brengsek atau bajingan buat kakaknya? yg Gladien rasakan sekarang, tangan milik Edgar menyelinap disela-sela kolong meja.
Mengusap pahanya dengan gusar. Namun, Gladien adalah wanita yg cerdik. ia pandai menyembunyikan sesuatu tanpa dirasakan oleh orang lain. contohnya sekarang, ia memakan dengan diam namun, hatinya sangat takut, gelisah dan marah
"khmmm.." deheman seseorang membuyarkan semuanya yg tengah tertawa karena suatu hal yg mereka bicarakan termasuk tangan Edgar yg mengusap pahanya dengan perlahan tangannya ia jauhkan dari paha gadis tersebut
"kau tidak apa-apa?" Ibunya langsung menyodorkan air susu yg sudah dia buat kepada anak semata wayangnya itu
Gladien langsung meminum susu itu dengan lahap. Ia menghembuskan napasnya kasar ketika sudah meletakkan gelasnya dimeja
"ayah, aku duluan" pamit gladien bersalaman dengan ibu dan ayahnya
"ayahkan sudah bilang, kamu bareng aja sekolahnya dengan Alden. Ayah pikir kamu butuh bantuan, ayah juga takut kamu kenapa-napa"
"tidak ayah. aku selalu membuat kak Alden repot akhir-akhir ini. ada temanku yg menunggu" sekali lagi Gladien menolak untuk satu mobil dengan Alden
"kau yakin?" Tanya tuan parker. Namun, mata Gladien tidak bohong pada kedua mata ibunya. Ibunya tahu, anaknya itu berbohong. setahunya, dia tidak pernah mendapatkan teman secepat itu
Gadis itu mengangguk dan lagi-lagi pamit dengan melambaikan tangannya kearah mereka berlima, termasuk Alden yg tengah menatapnya serius
"Aku juga pamit, yah" Alden dengan tidak sopannyaa meninggalkan Empat orang yg tengah memakan sarapannya pagi ini
Diperjalanan, Gladien mendengarkan musik dengan menggunakan Eorphone yg tertempel dikedua telinganya. sekali-kali ia juga ikut menyanyikan part yg ia tahu dilagu yg ia dengarkan
Ketika dia tiba dipersimpangan bus, ia berhenti untuk menunggu bus yg harus ia tumpangi menuju sekolah barunya
sekali-kali ia melihat kearah tangan kirinya yg terdapat jam tangan berwarna cokelat yg menempel begitu indah dikulit putihnya
selang beberap menit, bus yg dinanti berhenti tepat didepannya. Gladien melenggang masuk, Namun matanya menangkup sebuah adegan yg seharusnya semua orang membantu nenek-nenek yg tengah berjalan cepat sambil sesekali melihat kearah bus yg hampir ia tumpangi
Sebelum pintu bus itu tertutup. ia turun lagi untuk membenarkan tali sepatunya, yg faktanya. Tali sepatunya tak lepas ataupun yg lain membuatnya membenarkan tali sepatunya
"hei pelajar! kau tidak akan masuk?!" suara pria yg tengah menatapnya tajam dari bus itu membuat matanya tergerak untuk melihat sosok tersebut
"tunggu sebentar" ujar sopan kepada supir bus
setelah selang beberapa menit, nenek tersebut berhasil manaiki bus yg juga dinaikinya
Gladien tersenyum ketika bertemu dengan wajah supir bus tersebut. Ketika dia sudah membayar bus itu, pandangannya langsung menjuru untuk melihat apakah masih ada kursi penumpang yg kosong
sudah penuh ternyata. ia berjalan menuju belakang agar dapat berpegangan disamping nenek yg tadi
Nenek tersebut tersenyum ketika bertemu dengan gadis baik seperti Gladien. Beberapa menit dari tempat ia berdiri sambil menunggu bus datang, ia juga sudah menuruni bus lagi
Tampak orang-orang disana juga memakai seragam seperti miliknya. Lagi-lagi untuk membuatnya tenang adalah memasang Eorphone dikedua telinganya
Ia berjalan melewati gerbang sekolah yg nampak satpam yg sedang tersenyum kearah murid-murid yg melintas. Gladien puns sama, ia tersenyum ketika melewati Penjaga gerbang yg tengah heran dengan wajah asingnya
Ketika dirinya sudah sepenuhnya masuk kedalam gerbang, ia melihat murid-murid disana nampak gelisah. Ia bertanya ada apa dengan hari ini?
Ia melihat sedikit lebih jauh kedalam sekolah. Ternyata hanya ada beberapa orang yg sedang berdiri didepan pintu masuk sekolah yg tengah memeriksa sebagian tas
Mungkin, sudah semestinya sekolah harus ada razia seperti pagi ini
Gladien dengan percayanya memasuki sekolah itu dengan perasaan gelisah. Ketika ia hampir masuk kepintu sekolah
"hai kau!" seseorang berteriak padanya
Gladien mendekat pada laki-laki yg tengah menatap tajam
"kau anak baru?" laki-laki tersebut hanya bertanya tanpa mengecek didalam tasnya. Gladien mangangguk dengan ragu-ragu
"ikut aku" laki-laki tersebut menyuruhnya untuk mengikutinya. Tatapan murid disana sangat kesal, mungkin pikirnya bagaiman bisa temannya tersebut tidak kena razia. Terlebih lagi seseorang yg tidak merazianya adalah seseorang yg famous disekolahan ini
Gladien mengikuti arah pria yg ada didepannya dengan memegang tas disisi kanan dan kiri
"panggil aku Vaka" pria tersebut memperkenalkan nama tanpa memandangnya. Gladien masih menunjukan wajah dinginnya kearah punggung pria yg berjalan didepannya
"siapa namamu?" lagi-lagi pria yg bernama Vaka tersebut mengajaknya bicara
"kau bisa memanggilku Gladien" ujar Gladien dengan tatapan seriusnya
ketika mereka sudah melewati lorong demi lorong. Tiba saatnya mereka berdua didepan salah satu pintu yg gladien baca adalah 'Ruang Kepala Sekolah'
"lain kali, kalau ada apa-apa. kau bisa menghubungiku" ujar pria tersebut meninggalkan Gladien yg tengah berpikir keras. bagaimana ia menghubunginya kalau nomer saja tidak tahu?
Gladien menghembuskan napasnya kasar. Pandangannya beralih pada ruangan didepannya. Ia menelan ludahnya dengan susah payah, ketika tangannya menempel pada gagang pintu. ia memutarnya dengan hati-hati, dan mendapati seseorang paruh baya yg tengah berbicara ditelepon
"Maaf" ujar Gladien memasuki ruangan kepala sekolah
"oh kau anak tuan parker kan?" Pria tersebut langsung menutup teleponnya sepihak. Ia berjalan kearah Gladien berada untuk menuntunnya duduk di sofa yg sudah disediakan
Gladien duduk dan mengamati ruangan kepala sekolahnya dengan jeli. ada CCTV disana
Pria tadi menghampiri Gladien dengan membawa file-file yg dia pegang.
sambil duduk, pria didepannya itu langsung memberitahukannya agar bertemu langsung dengan wali kelasnya dikantor guru
Gladien tersenyum ketika sudah keluar dari ruang kepala sekolah,
Singkat cerita. Sekarang Gladien tengah berdiri didepan kelas untuk memperkenalkan dirinya siapa pada murid yg akan menjadi temannya nanti, pikirnya
"namaku Gladien Arvie Hezel. kalian bisa memanggilku Gladien" ujar Gladien. Murid disana nampak berbisik satu sama lain dengan teman sebangkunya
"ada pertanyaan untuk teman baru kita?" wali kelasnya mempersilahkan muridnya untuk bertanye kepada Gladien
Seseorang disana mengangkat tangannya asal "ya, Mike?" Guru disana langsung menatap pria
"namamu hezel? kenapa tak hazel?" murid disana langsung tertawa mendengar ocehan dari bocah yg juga ikut tertawa karena candaanya
"ada-ada aja kamu mike" wali kelasnyapun ikut tertawa karena kerecehan dari sang Mike Robertson "maafkan Mike, ya" lalu dengan cekatan guru tersebut meminta maaf pada Gladien dan menyuruh gladien untuk duduk tepat disamping pria yg bernama Mike tersebut. Tanggapan Gladien hanya tersenyum waktu itu
To Be Continued
gimana gaes? kok belum ada yg koment aja. kasih tahu dong apa kekurangan dari cerita ini? jangan diem-diem bae weh🙄😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Pervert Brothers ( End ) Revisi
Diversos⚠️warning 18+ Kedua orang tuanya koma setelah pernikahan baru beberapa hari itu dijalankan dengan baik. Kejadian dimana kedua orang tuanya harus di rawat dirumah sakit membuat seorang gadis disalahkan begitu saja. Ketiga kakaknya yang benar-benar me...