20 - Maju atau kalah

13.6K 383 2
                                    

Mereka bertiga keluar dari Rumah Sakit menuju Parkiran. Sudah pagi, banyak yang berlalu lalang keluar masuk Rumah Sakit.

Nathaniel masuk terlebih dahulu di susul suadaranya yang lain. Terdiam menunggu siapa yang akan berbicara terlebih dahulu. Mata Alden menangkup seseorang berpakaian serba hitam tengah memandang kearah mobilnya.

"Ada apa?" Tanya Alden masih fokus pada sosok yang membuatnya tertarik di hadapannya.

"Kau lihat itu?" Nathaniel memberi kode menggunakan dagunya ke arah orang yang di seberang jalan.

"Terlalu bodoh, jika berdiri terus memantau mobilmu, Al" Ujar Edgar tersenyum mengerikan.

"Seseorang datang masuk ke Kamar Ayah"

Alden melirik ke arah belakang tanpa memutarkan tubuhnya. Ia menunggu ucapan selanjutnya. Begitupun dengan Nathaniel yang memegang setir mobil.

"Ada yang aneh"

Suara Edgar membuat Keduanya berpikir. Masih terpantau kalau Laki-laki yang serba hitam itu masih menatap ke arah mereka bertiga.

"Aneh karena Ibu Tiri kita tidak ikut dalam kondisi bahaya"

"Ibu?" Alden membuang mukanya kesal. Berdecak lalu tatapannya sekarang jatuh pada Perempuan yang ada di depan mobil mereka.

Edgar dan Nathaniel pun ikut melihat siapa yang datang di hadapan mobil Alden.

"Ada apa dengannya?" Alden mengernyit heran.

Dia Gladien. Perempuan yang masih memakai baju seragam sekolah itu tidak melirik sekalipun pada ketiganya.

Mata Alden dan Nathaniel bertemu. Namun, Edgar melarang mereka untuk keluar.

"Kita liat dulu. Dia mau menemui siapa?" Kedua Adiknya setuju dan hanya memandang dari arah mobil pada Gladien yang tengah menyebrangi jalanan.

Gladien dengan tergesa-gesa menyebrangi jalanan yang memang sudah terlihat kalau lampu merah menyala.

Ia menghampiri seseorang dengan wajah kesal. Sekali tarikan membuat, seseorang itu berubah tempat tapi masih menatap kearah mobil Alden pakai.

Mereka bertiga saling bertukar pandang. Alis terpaut dan pikiran yang sudah dipenuhi tanda tanya.

"Kau sudah gila!?" Suara Gladien mengeras. Ia menampar keras pipi lelaki yang masih memakai jubah hitam itu.

"Kau puas membuat hidupku menderita? Kamu tau, apa yang kamu lakukan itu membuat ibuku terancam." Ujarnya menggebu-gebu.

"Aku sudah berjanji padamu untuk selalu mencampuri kehidupanmu, bukan?" Tanyanya. Gladien berdecak lalu memandang sosok lelaki tadi.

"Ya, Janji harus ditepati. Tapi, jika masalahnya seperti ini. Maaf, aku bisa lebih nekat dari ini" Ujar Gladien menatap sengit. Sosok tadi terkekeh mendengar ancaman dari gadis didepannya ini.

"Kau tidak ingat dengan dulu, sayang? Dulu kamu yang meminta agar aku tidak pergi. Mau mengorbankan segalanya demi aku dan ... " Ujarnya menggantung membuat Gladien tembah kesal.

"Kutarik ucapanku dulu. Jadi, kembalilah kekorea. Dan tidak usah mengganggu kehidupanku lagi. Ingat itu!" Ancam berjalan menjauh dari tempat yang sepi tadi.

Lelaki tadi tersenyum mengerikan memandang pungguh Gladien semakin menjauh, "Ku buat kamu menyesal dahulu."

Napas Gladien naik turun karena emosinya. Ia berjalan menyebrangi jalanan lagi untuk kembali kerumah sakit.

Setibanya ia ingin masuk, sebuah mobil dengan tidak sopan membunyikan klakson didepan hampir menabrak tubuhnya.

Gladien menatap tajam kearah mobil tersebut dan seketika wajahnya kembali sendu ketika dirasa. Orang didalam sana, ia kenal.

Ponselnya berdering, ia melirik dan benar saja. Nama seseorang tertampang disana. Ia menelan ludahnya susah. Lalu mengangkat dengan suara yang gemetar.

"Masuk kemobil!!"

Tbc

Maap gaes, baru Up. Sumpah, udah lama ga mampir kesini. Jadi, agak lupa jalan cerinya. Lagian kemarin admin lagi sibuk mau Up tuh. dan Alhamdulillah, nilai Admin makin bagus.

Kalian udah pada liburan kah?

Pervert Brothers ( End ) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang