23 - Teofil Rafael

12.6K 363 11
                                    

"Pakai pakaian mu kembali."

Satu kalimat yang sukses membuat Gladien bernapas lega. Alden menghentikan pergerakannya untuk mencumbu adik tirinya itu.

Dengan perlahan, Alden menjalankan mobilnya kembali setelah memakai semua pakaiannya. Begitupun dengan Gladien, yang masih menangis sesenggukan karena ulah Alden.

Memandang keluar jendela sekedar menghibur dirinya sendiri. Gladien dengan sekuat tenaganya untuk berhenti menangis. Namun, entah kenapa dihatinya seperti tersayat habis.

"Berhenti menangis." Suara Alden tidak membuat Gladien menghentikan tangisannya. Bahkan gadis itu tidak menjawab sama sekali ataupun sekedar melirik kearah Alden. Bodo amat dengan perintah Alden yang terus menerus keluar. Saat ini ia hanya ingin tenang.

"Sorry," Akhirnya kalimat ini yang keluar setelah tadi ia mengoceh layaknya radio rusak. Gladien hanya melirik sekedar kaget apa yang diucapkan bocah didepan sana.

"Gue minta maaf, gue gak suka kalau lo lemah kaya gitu. Teofil Rafael, gue gak suka dengan kehadirannya disini."

Gladien tersenyum kecut mendengar pernyataan Alden saat ini. Bahkan cowok yang tengah menyetir itu sampai bingung dengan wajah Gladien.

"Cuma karena ini, karena Teo hadir disini kamu mau merusak aku?" Gladien terkekeh, "Aku mau tanya sama kamu sekarang, status kita ini apa, hah?" Lelaki itu hanya diam mendengar pertanyaan Gladien dibelakang sana.

"Kita Saudara! Aku deket sama siapa aja terserah aku! dan Bukan urusan kamu!!"

Alden masih tetap diam. Ia hanya melirik, melihat kondisi Gladien dengan pakaian yang acak-acakan karena ulahnya tadi.

Keadaan hening, setelah Gladien mengucapkan kalimat yang memang tidak akan pernah Alden dengarkan sejak awal.

"Aku menganggap kamu sebagai perempuan." Kali ini suara Alden berubah lagi, ia menjadi lembut seketika. Gladien yang mendengarkan hanya mengernyit heran.

"Aku memang per-"

"Maksudku sebagai kekasih, kamu benar-benar perempuan tidak peka!"

Gladien kaget mendengar ucapan Alden yang memang tidak dimasuk akal tadi. Hey! Mereka saudara apa pantas berpacaran seperti in? Membayangkannya saja jijik bagaimana Alden semudah itu menganggapnya seorang kekasih?

"Orangtua kita sedang koma, lebih baik kita fokus untuk menjaga ayah dan ibu. Orang yang kamu temui kemarin adalah bisa jadi musuh keluarga kita."

Suaranya terdengar serius sekarang, cowok didepannya malah mengalihkan pembicaraan? Tidak epik memang!

"Aku kerumah sakit, sekarang."

Nada Pip menandakan panggilan berhenti. Alden menyimpan ponselnya dikursi samping. Melirik kearah Gladien lalu tidak lama Gladien mendapatkan panggilan.

"Hallo?"

"Yah ... Gladien, gadisku. Lihat apa yang kudapatkan sekarang? sosok keluarga yang selalu mengganggumu,"

Gladien langsung termenung mendengar ucapan sosok diseberang sana. Ia kenal suara ini, nomor baru tapi dia hapal siapa pemilik suara mengerikan tadi.

"Teo, apa maksudmu?" Alden yang mendengar Gladien memanggil nama yang dibencinya seketika mengerem mendadak. Membuat kepala Gladien hampir terkantuk kursi depan. Ia sempat melirik dan mendapati Alden dengan wajah seriusnya.

"Nathaniel? apa aku boleh bunuh dia? dia sudah mengganggumu kan? setelah Nathaniel ada dua orang lagi yang akan aku hilangkan, bagaimana menurutmu? aku baikan?"

"Jangan macam-macam dengan Kak Nathaniel. Atau kit-

"Akhh!"

"Kamu mendengar suara dia? lihatlah aku menyukai keadaan dia sekarang, kasihan sekali." Gelak tawa memenuhi layar ponsel.

Alden yang masih penasaran dengan Gladien kini diam ketika Gladien membicarakan kakaknya diponsel.

"Berikan alamatnya! Dia tidak tahu apa-apa. Aku masalahmu!"

"Kamu bersama Alden kan? datanglah kemari bersamanya sekarang. Aku akan berikan alamatnya lewat sms. Ingat jangan bawa orang lain, termasuk polisi. Atau Nathaniel dan orangtua kalian akan mati sekarang."

Tubuh Gladien bergetar seketika. Ia tak sengaja menjatuhkan ponselnya setelah melihat foto yang sangat mengerikan sekarang.

Alden langsung merebut dan melihat gambar apa yang dikirimkan bocah itu.

Alden malah terkekeh, melihat foto kedua orangtuanya kini disekap dan Nathaniel yang bercucuran darah. Tidak lama dari itu, alamat yang dikirimkan sekarang terbaca olehnya.

Lantas ia langsung melajukan mobilnya kealamat yang dituju. Gladien masih saja tidak percaya dengan apa yang dilakukan mantan kekasihnya itu.

Tbc

Yah potek dah😓 Gagal anu-anuan. Ini mau tamat gengs😣, maap ya kalo kurang greget✌

Sebagai gantinya, aku bikin cerita lagi yang 18++
Jangan lupa baca judulnya Double Jung dan Jodohnya Mantan ... On Going gaes

Pervert Brothers ( End ) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang