Gladien sangat kesal, pikirannya terus terngiang akan sosok Teofil. Kenangan dulu saat dia berjanji akan selamanya sampai menikah terus saja berputar diotaknya
"Bajingan, brengsek kau teo!" ia terus saja mengumpat yg membuatnya tak sadar jika seseorang berjalan berlawanan arah dengan tatapan dingin menatapnya sedekat ini
"Kemana saja?" Gladien terlonjak kaget
Ia menatap Alden dengan seksama. Tatanannya begitu rapih, dia mau kemana?
"Kau mau kemana?" Tanya Gladien tak menjawab pertanyaannya dari Alden
"Masuk kemobil" Gladien mengernyit bingung, Namun ia tetap menjalankan perintah dari Alden
mereka masuk dengan bersama. Ada supir yg menjalankan mobil ini, tidak biasanya?
"kita mau kemana?"
"Bertemu dengan Client"
"Client?" Tanya Gladien menatap Alden yg tengah mengotak-atik handphonenya
"Perusahaan Ayah"
Gladien mengangguk beberapa kali untuk membalas ucapan Alden barusan. Pandangannya ia alihkan kearah kaca mobil. Kota Jakarta, sangat panas disiang hari, banyak polusi dari kendaraan bermotor
"pakai ini" Gladien mengalihkan pandangannya kearah Alden berada. Ia menatap tas yg diberikannya dari Alden tadi
Ia mengintip dan membuka isi tas tersebut. Terlihat beberapa dress selutut yg berwarna tidak terlalu mencolok. mungkin dipikir-pikir lagi senada dengan Jas yg dipakai Alden sekarang
"Apa harus?" tanya Gladien yg menaruh kembali Dress yg ia pegang tadi
"ya, kau harus. aku tidak ingin dicap sampah karena memilih perempuan yg begitu kucel, sepertimu"
Mata Gladien membulat, berani-berani Alden berbicara seperti itu? dia melirik pakaiannya yg ia pakai saat ini. Hanya Jeans dan kemeja kebesaran. apa itu terlihat kucel?
"hati-hati dengan ucapanmu, Alden. Jika tidak ingin dicap Sampah. Tak usah bawa aku" Gladien mempertegas Alden yg tengah menatap layar ponselnya seperkian detik lalu menatap Gladien dengan tatapan remehnya
"Kau yakin ingin memakai seperti itu dipesta?"
"pesta? kau bilang tadi hanya bertemu client lalu ini pesta. apa maksudmu-"
"aku tak pernah bilang bahwa kita akan bertemu client direstaurant" potong Alden
"lalu aku harus memakainya dimana, Tuan Alden?" ujar Gladien yg jengah sendiri dengan sikap Alden
"dimobil"
"kau gila!" refleks Gladien
"tak ada waktu. Pak berhenti" Perintah Alden
Dengan terpaksa, Gladien mendengus sendiri. Ia melirik sekilas untuk waspada jika mereka berdua mau mengintipnya sedang mengganti baju
Setelah 5 menit berlalu. Mobil yg ditumpangi Gladien berjalan kembali. Namun, kali ini bukan supirnya yg menjalankan melainkan Alden sendiri
"Ngomong-ngomong, Bramu juga senada dengan warna Dress mu" ujar Alden yg masih fokus menyetir
Mata gladien melotot. Untung saja tidak ada siapapun disini. Supirnya sudah ia tinggalkan tadi dipinggir jalan
"kau mengintipku?"
"terlihat dari keca spion mobil, bodoh"
"kau yg bodoh. sudah tahu terlihat, masih saja mengintip"
"hanya beberapa"
Gladien menggelengkan kepalanya beberapa kali. Namun, setelah perdebetan itu semuanya hening. Rasa kantuk melanda Gladien yg tengah menatap jalanan dari bilik kaca mobil
Alden terus saja fokus kedepan. Ia melirik sekilas kearah Gladien dengan senyuman yg menggebung dibibirnya
"Dasar aneh" ujar Alden lalu melajukan mobilnya ketempat tujuannya
***
Alden menghentikkan mobilnya diparkiran sebuah hotel. Ia melirik sekilas Gladien yg masih tertidur. Rasa Ragu muncul ketika Alden ingin membangunkan gadis ini
Dengan secara perlahan, wajah Alden mendekat pada wajah Gladien. Ia menatap lekat dari rahang wajah gadis ini. Lalu menatap bibir Gladien cukup lama
Ada gejolak dalam tubuhnya ketika ia menatap bibir ini. yg pernah ia cium waktu dirumah sakit
tangannya terulur memegang leher gadis ini. Pembodohan dengan semuanya, sepertinya Gladien merasakan ada pergerakan aneh dilehernya
dengan mata sedikit membuka. Ia melihat wajah Alden sedekat ini. Lalu ia terpaksa membuka matanya lebar-lebar. Bukannya Alden menjauh malah ia langsung menempelkan bibirnya diarea bibir Gladien
Gladien membulat, ia sejenak tak memikirkan apapun. Tak ada pergerakan sama sekali dari Alden, ini yg membuat Gladien hanya diam saja
Ketika kesadarannya muncul. Gladien mendorong bahu Alden dengan cepat membuat Alden meringis seketika
"kau benar-benar gila" ujar Gladien lalu keluar dan menutup pintunya keras-keras
Aldenpun ikut keluar, dan mendapati gedung mewah didepannya
"Kenapa malah kesini?" Gladien berujar ketika ia mengetahui tempat ini
"Ini sudah terlalu jauh dari daerah kita. Pesta itu dibatalkan"
"Lalu?"
"kita akan menginap disini" ujar Alden dengan berjalan menuju bangunan bertingkat didepannya
"dia sudah gila" umpat Gladien. Dengan langkah terpaksa. Gadis itu berjalan mengikuti Alden
Ia menunggu Alden yg tengah memesan kamar, ia menatap mata yg juga ikut meliriknya
Dengan gagahnya Alden menghampiri Gladien, dan menarik tangan Gladien untuk ikut bersamanya
Gladien tak memprotes tindakan Alden yg memegang erat tangannya. Ketika mereka masuk ke lift baru Gladien menarik tangannya sendiri lalu menyilangkannya didepan dada
"Terserah kau mau marah atau tidak, yg terpenting aku bisa beristirahat malam ini"
Gladien mengembuskan napasnya pasrah. Ketika Lift sudah terbuka lagi dan Alden keluar dari sana
Ia mengikuti langkah Alden dan berhenti ketika sudah ada didepan kamar nomor '326'
Alden membuka kamarnya itu dengan kunci yg ia pegang, Gladien ikut bersama Alden yg masuk kedalam kamar hotel tersebut
Lagi-lagi Gladien dibuat kaget dengan ranjangnya
"kenapa harus satu ranjang denganmu?"
"untuk mengirit pengeluaranku"
"kau itu benar-benar-"
"aku mau mandi" ujar Alden membuka satu persatu pakaiannya. Dimulai dari Jas, lalu dasi dan terakhir kemejanya
Mata Gladien tertutup ketika Alden membuka sebagian bajunya, ia hampir berteriak ketika Alden membuka satu persatu kancing milik kemejanya sendiri
To Be Continued
Full ya, Alden sama Gladien. hehehe, kira-kira nanti part selanjutnya ada adegan ☺ , you know lah (hehehehe 😅)
dasar author😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Pervert Brothers ( End ) Revisi
Rastgele⚠️warning 18+ Kedua orang tuanya koma setelah pernikahan baru beberapa hari itu dijalankan dengan baik. Kejadian dimana kedua orang tuanya harus di rawat dirumah sakit membuat seorang gadis disalahkan begitu saja. Ketiga kakaknya yang benar-benar me...