12 - Lekas Bebas

18.8K 525 10
                                    

Alden mengambil Sendok untuk mencicipi Kuah Ramyun, Mie nya masih dipanci belum ia pindahkan

"Gladien"

Suara seseorang mengglegar diruangan tamu yg menyatu dengan dapur disana

Alden menaikan alis kirinya, ia memilih menghiraukan panggilan itu dan mengambil pancinya dengan lap lalu membawanya kemeja makan untuk ia santap

"Dikamar"

Suara Alden menyahut panggilan Kakaknya tadi, kakaknya sempat melirik lalu membuang muka dan berjalan kearah tangga tempat Gladien berada

Ia mengetuk pintunya asal, tak ada suara dari dalam kamar Gladien. Ia mendobrak dan menatap kamar Gladien yg rapih dan tidak menemukan siapapun didalamnya

hanya ada suara guyuran air dari arah kamar mandi. Edgar berjalan santai ketika mendapatkan adiknya tengah mandi

Ketukan pintu terdengar dipendengaran Gladien, Gadis itu menyudahi mandinya dan mengambil handuk lalu berjalan kearah pintu

Rambutnya yg belum sempat keringkan menambah kesan seksi pada lehernya

Pintu terbuka dan mata Gladien bertemu dengan mata Edgar, Gladien menatapnya bingung

"kau sibuk?"

Gladien menarik napasnya dalam-dalam lalu ia keluarkan dengan lembut

"aku sedang mandi"

Edgar mengangguk lalu berbalik meninggalkan Gladien dengan tatapan bingungnya

Mata Gladien jengah sendiri melihat tingkah laku Edgar, ia memilih masuk kembali untuk menyelesaikan acaranya yg sempat tertunda

Hingga selang beberapa menit, Gladien sudah keluar dari kamarnya menuju dapur. Perutnya masih lapar sekarang, ia belum sempat makan apa-apa tadi

Mata Gladien melihat sekeliling Dapur dan Ruang Tami secara bergantian, tidak ada siapapun disana. Matanya memicing, ia berjalan dan mendapati Ramyunya sudah tidak ada hanya ada bekas kuahnya saja

Ia menghela napasnya dalam-dalam, lalu berjalan kearah kulkas. Tangan kecilnya mengambil Ramyun lagi dan hampir membukanya ketika orang dengan sengaja memanggilnya

Mata Gladien menatap seseorang mendekat padanya, ia melirik kantung plastik yg terbungkus rapih disana

"Makan ini"

Alden menyerahkan sebungkus makanan pada Gladien. Ia teringat dengan gadisnya bahwa tadi mienya ia habiskan

"Nasi Goreng, Aku harus pergi"

Tambahnya, Tangan Gladien menaruh ramyun dan mengambil Bungkusan tersebut

Wajahnya yg tadi muram seketika berubah ceria, ia langsung memakan Nasi Goreng yg diberikan Alden tadi dengan tenang karena semua orang tidak ada dirumah

Ketika tanganya mengambil sesuap nasi kemulutnya, ia teringat dengan kedua orangtuanya. Benar, Akhir-akhir ini Gadis itu tidak menjenguk sang Ibu

Tugas dan pekerjaan rumah ataupun sekolahnya membuat dia sibuk dan tidak ingat dengan kondisi orangtuanya

Gadis itu mempercepat makanya, lalu pergi dari sini dan menemui sang ibu dirumah sakit

Langkahnya yg tergesa-gesa membuat semua orang memandangnya heran, tak banyak namun bisa membuat siapapun risih dengan tatapan itu

Ketika beberapa menit ia menaiki Bus yg menuju Rumah Sakit dimana kedua orangtuanya dirawat tiba dihalte bus terdekat dari Rumah Sakit

Ia berbelok ketika sudah ada dilorong, namun tubuhnya langsung berhenti. Matanya yg menatap lurus tiga orang tengah berbicara didepan pintu masuk kamar kedua orangtuanya

Ia sempat berbalik, tak jadi masuk. Namun bukan Gladien namanya jika dia tidak mendengarkan apa yg mereka bicarakan

Gladien paham betul dengan pembicaraan orang tadi, Ia menghela napasnya dalam ketika dua tubuh sedang berbaring diatas ranjang rumah sakit

"aku disini, ibu. Kau tak merindukanku? Aku sudah datang kesini untuk hidup bersama ibu"

Ia memegang tangan sang ibu, dengan tatapan sendunya. Tak terasa, air yg ia tahan sedari tadi meluncur seketika dari matanya

Ia mengusap kembali air yg menjuntai mengenai pipinya, Hidungnya memerah dan menatap sang Ayah yg juga sama bebaring disamping sang ibu

"Tolong bangun"

Lagi-lagi air matanya menjuntai kebawah, ia menangis sesenggukan. Tatapanya beralih pada jendela disamping ibunya. Ia berdiri didekat jendela. Gadis itu melipatkan kedua tanganya didada

Ia menajamkan matanya ketika ia melihat satu orang yg tadi ia lihat didepan pintu kamar ibunya. Dengan membawa sebatang rokok yg menyala ditanganya

ia menatapnya tajam, ia teringat dengan ucapan ketiga pria tadi

"Jangan sampai mereka terbangun, atau rencana kita benar-benar gagal total, mengerti?"

Ia mengerti apa yg diucapka pria tadi. Ketika pikiranya terus bergulat, suara pintu terbuka terdengar ditelinganya

Mata Gladien menatap dua orang yg tengah menatap Gladien dengan tatapan bingung

"kau siapa?" dua orang tadi langsung tersenyum dan mendekat pada Gladien

Bentuk seringaian muncul dalam wajah dua orang tadi

"Hai Gladien"

Dia mengenalnya? ah mungkin dia datang diacara pernikahan ibunya dulu, jadi mungkin dia kenal denganya

"kau siapa?" Gladien mengulang pertanyaan tadi

"Kau sedang apa disini gadis manis?"

Mata Gladien jengah sendiri, ia manatap sinis pada dua pria tadi

"aku tahu, kau sempat menguping pembicaraanku tadi"

Ada rasa kekhawatiran muncul dari Gladien, namun ia pintar membuang rasa kekhawatiranya itu dengan baik

"mendengar apa?"

Pria tadi tersenyum kecut lalu berjalan kearah ibunya berada. Ia mengelus pipi sang ibu dengan tatapan yg tak bisa dibaca

"kau yakin? tak mendengar ucapanku tadi?"

Ia menatap Gladien dengan dingin, seperti biasanya Gladien akan membalas ucapan pria tadi

"Maaf tuan, aku baru sampai disini"

"kau anak pintar"

Mata Gladien hampir saja keluar, ke khawatiranya muncul kembali. tubuhnya bergetar hebat, ia menatap pria yg ada dibelakangnya

"Jangan lakukan itu, atau aku akan berteriak dan kau mendapat masalah"

Ia terkekeh dan menaruh kembali pistolnya yg ia arahkan kepelipis ibunya ke saku jas yg ia pakai

"selow gladien, aku tak akan membunuh ibumu secepat itu" ia mengarahkan pandanganya pada pria sibelakangnya

dengan gerakan mata, Gladien tahu. Ia sempat melirik pintu keluar, Jika ia kabur dari sini melewati pintu, mungkin ia akan tertangkap

Tak lama, pria yg tadi langsung berjalan. Gladien tak ambil pusing. Ia membuka jendela dan meloncat dari jendela dengan cepat sebelum dia benar-benar tertangkap

"Shiit" pria tadi mengumpat masih bisa Gladien dengar

Pria tadi hanya melihat kepergian Gladien yg sudah menjauh dari Rumah Sakit

Gladien menelpon seseorang, yg ada dipikiranya sekarang adalah bertanya pada Alden siapa mereka?

To Be Continued

Pervert Brothers ( End ) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang