22 - Renggut

14.5K 406 6
                                    

"Entahlah, aku akan share lokasinya."

Nada pip pertanda Gladien mematikan panggilan. Gadis itu segera mengetik sesuatu didalam smsnya. Suara Gladien terdengar oleh Alden yang tengah menyupir.

Ringisannya terdengar ketika kepala Gladien terbentur jok depan. Untung saja ponsel pintarnya, tidak jatuh. Gadis itu langsung menampakkan wajah kesalnya tentang Alden yang tiba-tiba menginjak rem.

"Berikan ponselnya!!" Kini tangan Alden, ia sodorkan begitu saja. Menunggu adik tirinya memberikan ponsel.

Gladien menggeleng, gadis itu langsung menyembunyikan ponselnya kedalam saku.

"Keberi waktu, berikan ponselmu atau kau tidak akan bisa jalan untuk hari ini!!" Kini mata Gladien membulat. Heyy, Gladien mengerti ancaman dari Alden.

Lelaki yang masih menunggunya memberikan jawaban yang baik.

"Beritahu aku alasan, kenapa kau marah?"

"Berikan ponselnya, Gladien Arvie Hezel."

Gladien tetap mempertahankan persegi panjang itu disaku. Membuat tubuh didepan sana berdecak, beringsut melihat Gladien lebih jelas.

"Baiklah, pilihan kedua." Alden berpindah posisi dengan cepat. Bahkan Gladien tidak bisa berkata-kata ketika tubuh Alden kini disampingnya.

Mata Gladien hampir keluar, gadis itu melihat Alden yang tengah melonggarkan dasi dan membuka kancing baju satu persatu.

"Alden, are you crazy?!" Gadis disampingnya gugup seketika. Entah kenapa matanya terus fokus kearah samping, dimana Alden berada.

Bukannya membuka pintu lalu kabur. Ia malah melamun, membayangkan apa saja yang akan dilakukan Alden.

"Hei, sadarlah!!"

Gladien terlonjak kaget, ketika alam bawah sadarnya kini berteriak untuk membangunkannya dari lamunan.

Tangan gadis itu memegang gagang mobil dengan cepat. Alden yang merasa pergerakan Gladien ingin keluar, langsung menarik pinggang Gladien dengan cepat.

Pintunya berhasil terbuka, namun naas. Gladien kini sudah menutupnya kembali karena tarikan Alden yang membuatnya menindih tubuh Alden yang kini sudah polos itu.

"Alden!!" Sekali lagi Gladien berteriak ketika Alden mengubah posisinya. Alden kini diatas dengan atasan toples.

"Kau yang memilih, sayang."

***

"Kita harus cepat." Suara gelisah dari seseorang yang kini tengah melajukan mobilnya menuju lokasi yang dikirim gadis itu.

Iya, tanpa membawa Edgar. Nathaniel mengambil alih Taksi yang ditumpanginya. Bahkan kini supir taksi itu hanya memantau Ponsel Nathaniel.

"Terima kasih karena sudah datang tepat waktu. Akan ku bayar jika taksimu rusak nanti."

"Fokuslah menyetir, kita harus menyelamatkan gadis itu terlebih dahulu. Aku tahu bagaimana sikap Alden, dia tak akan segan-segan membuat Gadisku Rusak."

Teofil Rafael, yap benar!! Dia adalah sosok yang ditemui Gladien diseberang jalan. Yang selalu melihat kearah mobil Alden, hanya untuk memberikan ancaman pada lelaki itu.

"Kenapa mendadak memikirkan gadis secantik Gladien yang kau selingkuhi dulu?"

Wajah Teofil mendadak melirik. "Bagaimana dia tahu?"

"Aku punya koneksi, tidak sengaja aku menemukan namamu di profil Gladien." Seakan tahu dari rasa bingung Teo.

Nathaniel masih dengan fokus menyetir dengan memberikan jawaban.

***

"Berhenti Alden!!" Suara teriakan gadis yang menggema dari bilik mobil yang terpakir disamping jalan.

"Nikmatilah, atau aku tidak akan membiarkanmu berjalan untuk setiap harinya."

Ancaman Alden yang terus menyergap bibirnya membuatnya melemas. Gadis itu kini, hanya diam sambil meneteskan air matanya.

Rambut acak-acakan, Tubuh yang menyisakan BH, hidung memerah, bibir bengkak dan juga mata sembab itu semata-mata karena ulah Alden.

Bahkan, untuk mendesah saja rasanya kelu. Ia tidak ingin Alden puas sehingga lelaki diatasnya memberhentikan pergerakan.

Tangan Alden sepenuhnya memegang leher gadis dibawah, ia mengambil napas dan kini tatapannya beralih kearah leher putih Gladien.

"Akhhh." Kali ini Gladien mendesah ketika Alden menyerobot langsung Lehernya.

Tangannya kini kembali mengusir tubuh Alden yang kekar itu.

"Alden cukup!!" Air matanya terus mengalir, tubuhnya yang melemas seketika bangkit lagi semangat untuk mendorong bahu Alden.

Ia bodoh, Tubuh Alden tidak bergerak sedikitpun. Mencecap setiap jengkal tubuh yang hampir polos dibawahnya membuat birahi Alden memuncak.

Ia ingin lebih!!

Tbc

Anjaayyyy, nulis apaan sih gue😪 Tahun baru dah lewat ya gaes.

Maap baru update, hehehe😂

Jangan lupa Ketuk bintang sama komentarnya buat nambah semangat author❤

Pervert Brothers ( End ) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang