24 - AGN

10.1K 348 8
                                    

"Buka mulutnya ... " Nada perintah dari seorang lelaki yang kini tengah berdiri didepan membuatnya menggeram.

Ia tak habis fikir, kedatangan bocah itu ternyata disengaja. Ketika dia bertemu dengan Teofil dijalan dan membantunya untuk mengejar Gladien dan Alden saat itu.

"Bagaimana Nathaniel? Aku tahu dari semua saudaramu. Bahwa kamu yang paling berkuasa disini. Membuat gadisku terluka? ingin memperkosanya? Wah ... " Suara tepuk tangan menghiasi pendengaran Nathaniel walaupun sekarang memang ia tidak bisa melihat karena kain hitam dimatanya.

"hebat sekali keluarga kalian, membuat hidup gadisku tersiksa dan berani Memutuskan Aku?!"

"Brengsek!" Akhirnya daripada dia berteriak kesakitan kini ia bisa mengumpat sebagai jawaban.

Teofil berdecak, " Sayang ya, penderitaan keluargamu baru dimulai. Tenang saja, aku tak akan kasar." Ujar Teo dan Suara pekikan sakit Nathaniel karena sayatan benda tajam di lengannya membuat Teo senang.

"Lihat! Darahnya keluar, wahh ... memang sangat bagus tatoku itu." Teo langsung tertawa terbahak-bahak karena melihat wajah Nathaniel yang terlihat sudah berantakan menahan sakit.

Perlahan Teo melepaskan kain hitam yang menutup mata Nathaniel, lelaki didepannya sungguh tengah kesal karena ulahnya sendiri.

Teo menarik dagu Nathaniel paksa, menatapnya lekat lalu tersenyum monster seperti baru menemukan mangsa baru.

"Santai saja, saudaramu akan kesini dan menyaksikan kakaknya akan sebentar lagi dibuatkan tempat paling nyaman setelah kematian."

"Brengsek!!" Umpat Nathaniel sembari menarik tanganya agar bisa terbebas dari ikatan serat tali berwarna cokelat disana.

Gudang yang dijadikan sandra benar-benar tidak terawat, namun Nathaniel mengernyit heran dengan beberapa tempat yang sepertinya ada orang tinggal disini.

"Kamu tahu, apa percakapanku dengan Gladien di depan rumah sakit?" Ujar Teo berjalan menjauh dari Nathaniel berada, ia menatap jalanan seoul dari atas sini melalui jendela besar didepannya.

"gadis itu lagi." batin Nathaniel

"Jika kamu mendengarnya, mungkin akan kesal. Ck."

Nathaniel hanya bisa diam sembari mencari cara agar lolos dari ikatan tali. Matanya melirik sekitar siapa tau ada benda yang bisa membuat talinya putus atau apapun itu.

Matanya berbinar ketika ia menemukan bongkahan kaca tidak jauh dari dirinya berada. Sebelum mengambil, Nathaniel melirik sekitar takut-takut ada yang sadar dengan tindakannya.

Penuh debu, begitulah ketika dirasa aman untuk menggeser duduknya menuju serpihan kaca. Disini ia hanya melihat tiga sosok, termasuk dirinya.

"Ayahmu disini, Nathaniel. Ia menungguku agar bisa membuatnya kesurga." Ujar Teo sambil melirik korban, ia hanya mengernyit bingung ketika posisi Nathaniel yang agak sedikit menjauh darinya.

Lalu kembali fokus kedepan sana tanpa rasa curiga sedikitpun, Nathaniel pun ikut berhenti ketika Teo meliriknya sekilas.

Kembali dengan tujuannya, Nathaniel mencoba menyeret badannya lagi dan hap! akhirnya dia bisa mengambil bongkahan kaca yang sepertinya cukup untuk ia pakai.

Sembari melirik bergantian, Nathaniel dengan pekikan sakit pelannya karena tangannya sekarang tengah bergesekan dengan tajamnya kaca.

Tanpa disadari, Nathaniel hanya merasakan licin ketika darahnya mulai keluar. Matanya masih mengawasi dua sosok yang berdiri membelakanginya.

Sedikit lagi saja, hanya itu yang Nathaniel inginkan. Ia mencoba mengulur wakti sebisa mungkin dengan menanggapi ucapan bodoh Teo.

"Gadis itu? sayang sekali, ck. Mungkin Alden sudah membuatnya tidak bisa berjalan lagi." Ujar Nathaniel sembari terus menyayat tali yang melingkar ditangannya.

"Alasanku mengejar Gladien hanya untuk menghentikan tujuan Alden selama ini. Kau salah, jika saja kau saat itu tidak membawaku kesini. Mungkin Gladien bisa terselematkan dari amarah adikku."

Pendengaran Teo dibuat panas, jari-jarinya memutih dan giginya ia gertakan menahan kesal mendengar ucapan Nathaniel barusan.

"Karena kamu Gladien kehilangan mahkotanya." Nathaniel terus menerus membuat telinga Teo memerah, setelah seperkian detik tali yang mengikat tangannya akhirnya terlepas. Walaupun darah memenuhi telapak tangannya sekarang.

Nathaniel sesekali melirik kearah penjaga yang membelakanginya, kini ia mencoba menarik tali yang mengikat dikaki. Hanya butuh beberapa detik tali itu terlepas.

Dengan pelan, ia berjalan kearah penjaga yang memang keberadaannya lebih dekat dengan Nathaniel. Teo tidak melirik sekalipun, Nathaniel benar-benar bersyukur kalau Teo tidak meliriknya.

Setelah dibelakang penjaga itu, tangan Nathaniel langsung memegang leher orang didepannya. Sekali tarikan, sebuah bunyi tulang patah membuat Teo melirik.

Penjaga tadi tersungkur dibawah Nathaniel, namun Nathaniel merasa aneh ketika Teo hanya menyeringai saja melihatnya sudah bebas dan membunuh penjaga didepannya.

Suara klak, membuat Nathaniel waspada. Bunyi yang pernah ia dengar itu membuat mata Nathaniel melebar seketika. Teo mengacungkan Senjatanya entah dari mana, jika sekali tarik. Pasti, pistol itu akan mengenai Nathaniel.

"Kau tau, Pistol berbeda dengan anjing. Jika tuannya menyuruh Anjing untuk mencabik seseorang, mungkin bisa dicegah. Tapi, pistol. Aku tidak bisa membuatnya kembali berjalan kearahku."

Teo merasa tertarik ketika Nathaniel seketika bebicara lebar sebelum ia menarik pistolnya. Mengoceh tidak jelas membuatnya merasa aneh. Lantas Teo mengambil pistol yang bersarang di saku dan membuat Nathaniel terdiam seperti sekarang.

Suara keras pintu yang dibuka paksa membuat mereka berdua melirik kearah pintu. Teo hanya menyeringai dan Nathaniel makin di buat takut. Tidak!Natahniel tidak takut jika pistol itu melukainya, tapi ia takut jika itu melukai kedua orang yang baru saja masuk.

"Alden, Gladien, pergi dari sini!" Suara Nathaniel membuat mereka kaget, terlebih lagi Teo sekarang tengah membawa senjata ditangannya.

Tawa Teo pecah seketika dengan dibarengi suara tembakan oleh ulahnya.

"Akhhh"
"Tidak!!"

Gladien berteriak sembari menutup telinganya dan Nathaniel hanya bisa menolak apa yang terjadi setelah Teo menarik senjatanya.

Alden hanya bisa melebarkan matanya tidak percaya dengan apa yang terjadi, ia melirik sekilas kearah Gladien dan Nathaniel.

Tbc

Hayo gaes, tebak siapa yang kena tembakan?

Maaf ya, baru bisa update, aku bingung soalnya, ini part hampir ending-ending sih. Makanya bingung mau aku jadiin sad ending atau malah sebaliknya.

Jangan lupa sentuh tombol bintangnya ya, sama jawab pertanyaanku tadi dikolom komentar ...

Pervert Brothers ( End ) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang