"Ah rese!"
Kamu memeluk Arin yang tengah duduk di ranjang milikmu. Iya, Arin datang berkunjung ke rumahmu. Katanya sih, ingin tau keadaan kamu.
Iya, keadaan setelah kejadian hari itu.
Dimana Jaemin bahkan tidak pernah berbicara lagi, bahkan untuk sekedar merespon ucapanmu saja tidak. Pesan pun hanya dibalas seadanya seperti, "ya", "tidak", "gak usah dipikirin", "iya ngerti", "udah dimaafin" , padahal kamu belum menjelaskan apapun.
Dan setiap kali kamu mau menjelaskan soal hubungan kamu dengan Haechan serta kejadian saat hari itu, Jaemin selalu menghindar dan hanya tersenyum tipis. Kamu merasakan sekali bahwa Jaemin memang menghindari kamu.
Bahkan ini sudah jalan 3 hari.
"Aduh jangan nangis dong," ucap Arin seraya menepuk-nepuk punggungmu.
"H-hiks, gue bingung rin, dia bakal salah paham terus kalo gini" jelas kamu pada Arin. Kamu mengusap air matamu.
"Sorry gue gak bisa bantu. Gue cuma bisa peluk dan kasih lo semangat, jangan nyerah ya. Pasti ada jalan kok, yakin deh.." Arin tersenyum tulus membuatmu mau tak mau ikut tersenyum.
◆◆◆
Jaemin yang tengah duduk di jendela kelas itupun menengok begitu mendengar suara langkah kaki memasuki kelas. Tapi kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah luar.
"Berantem lo?" tanya perempuan yang diketahui sebagai mantan dari Jaemin.
"Bukan urusan lo" jawabnya singkat.
Somi ikut duduk di jendela samping Jaemin, tapi posisinya membelakangi Jaemin.
"Jangan childish. Bukannya lo sendiri yang bilang kalo (y/n) gak mungkin kaya gue?" ucap Somi serius, dan Jaemin terkekeh mendengar penuturan Somi tersebut.
"Gak usah ketawa. Gue juga udah cape ngejar lo" Somi ikut memandang ke arah luar.
"Gue minta maaf. Gue tau gue salah udah selingkuh dari lo, padahal lo baik banget udah nolong gue, dan mau pacaran sama orang seculun gue" Somi menarik nafas dalam, menikmati udara sejuk pagi ini.
"Gue cuma gak mau, ngeliat lo diem kaya gini. Lo kan dulu bacot banget kan? Masa sehari bisa nanyain gue udah makan apa belom sampe 10x? Nanyain gue dimana lagi apa, aman atau engga. Hahahaha" Somi tertawa mengakhiri ucapannya.
"So sorry for everything, udah bully lo juga. Padahal dulu lo nolongin gue dari bully-an orang-orang," Somi beranjak dari posisinya.
"Thanks som," ucap Jaemin pelan.
"Buat apa?" Somi yang tidak mengerti hanya menatap Jaemin bingung.
"Buat diri lo, yang kuat dan berani. Hahaha" Jaemin tertawa, dan Somi hanya tersenyum.
"Ini juga berkat lo, ck"
◆◆◆
"Hah? Jeon Somi tobat?" tanya kamu tak percaya.
"Coba sadari, dia jadi agak kalem. Iya gak sih?" tanya Hyunjin memastikan.
"Eh iya juga sih, biasa aja gue digangguin mulu" ucap kamu seraya memperhatikan Somi yang diam dibangkunya.
"Nah kan. Gue bilang juga apa"
Hyunjin tertawa sebentar, lalu meninggalkan kamu dengan Arin yang sedang mengobrol seraya menunggu jam kosong ini habis. Lagipula setelah ini kalian boleh pulang.
"Menurut lo, kenapa?" tanya Arin.
"Gatau, apa ada hubungannya sama Jaemin ya?" kamu menatap Jaemin dari jauh. Ia sedang mendengarkan lagu seraya membaca buku, sama seperti biasanya.
"Ngadepin marahnya orang diem lebih susah ya dibanding orang bacot" gumam Arin.
Krriiingggg..
Bel sekolahpun berbunyi, itu tandanya kalian sudah boleh pulang ke rumah masing-masing.
"Gue duluan ya!" pamit Arin.
Kamu hanya melambaikan tangan melihat Arin yang langsung melesat keluar kelas. Iya, dia terburu-buru karena jemputannya sudah sampai.
Kamupun berjalan keluar kelas sendirian. Tadi kamu lihat Jaeminpun sudah tidak ada, mungkin sudah pulang duluan. Ah, cepat sekali dia.
Kamu pun menaiki bis yang kebetulan lewat. Kamu duduk di sisi jendela dan hanya melamun melihat jalanan. Rasanya sangat sepi sekali, apalagi semenjak Jaemin marah. Di hari itu pula, akhirnya Haechan pulang ke rumahnya karena telah berbaikan dengan kedua orang tuanya. Makin kesepianlah kamu.
Entah karena efek melamun atau bagaimana, tiba-tiba kamu sudah sampai saja di halte tempat biasa kamu turun. Tentu saja, biasanya kamu dan Jaemin turun di sini. Ah jadi sedih.
Tepat setelah kamu turun, hujan besar mengguyur. Sial sekali bukan? Bahkan kamu tidak membawa payung hari ini.
Karena kamu terlanjur basah, kamu pun melanjutkan perjalanan pulang. Kamu berjalan perlahan menikmati hujan dan dinginnya angin yang menerpa tubuh kamu. Tentulah air hujan ini sudah bercampur dengan air mata kamu yang perlahan turun sejak turun dari bis barusan.
Kamu merindukan Jaemin, amat sangat.
Kenapa dia semarah itu? Bahkan kamu bingung sendiri.
Tiba-tiba saja, kamu merasakan bahwa hujan telah berhenti turun dari atas kepala kamu. Kamu yang sedaritadi menunduk pun mencoba menengok.
Kamu benar-benar tidak percaya, di hadapanmu sekarang ada Jaemin, tengah memegang payung agar kamu dan dirinya tidak kehujanan.
"J-jae" lirih kamu pelan.
"Jangan hujan-hujanan," Jaemin menarik tangan kanan kamu, lalu memberikan payungnya itu agar kamu genggam.
Jaemin tersenyum tipis padamu, lalu ia berjalan menerobos hujan dengan santai. Padahal, sebelumnya tubuhnya tidak basah sama sekali. Kamu dapat melihat dengan jelas Jaemin yang perlahan basah dan tubuhnya mulai bergetar akibat kedinginan.
Kamupun mengejarnya, menahan lengannya agar ia tak kembali berjalan di bawah hujan. Kamu memayunginya. Bagaimanapun, pemilik payung ini adalah Jaemin.
"Kenapa?" tanya Jaemin, dapat ia rasakan bahwa kamu menatapnya dalam.
"Haechan di rumah karena berantem sama orang tuanya, terus maaf udah bohong sama-"
Jaemin menepuk-nepuk kepala kamu pelan seraya tersenyum. "Iya, udah tau. Maaf udah marah sama kamu."
"H-hiks" kamupun mulai menangis.
"Maaf" Jaemin menarik kamu ke dalam pelukan hangat.
◆◆◆
Maap kl ada typo, akhir-akhir ini sindrom mengantuk terus menyerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent x Jaemin✔
FanfictionJaemin x You [END] Kamu akan jatuh cinta hanya dengan mendengar suaranya. Sept, 2018 ©_Littlefox