26💩

7.7K 1.3K 39
                                    

Beruntunglah kamu karena air yang disiramkan itu tidak terlalu pekat.

Air itu benar mengandung H2SO4 atau lebih dikenal dengan nama Asam sulfat, tapi kadarnya tidak lebih dari 50%. Walaupun begitu, tetap saja timbul beberapa luka seperti luka bakar, bahkan rambutmu yang agak panjang pun terpaksa harus dipotong sebagian karena rusak.

Wajahmu juga terkena dampaknya, baik pipi kanan maupun kiri keduanya ditutupi oleh perban, dan sisanya tidak ada luka sama sekali.

Kamu masih bingung, siapa sih pelakunya? Bodoh sekali dia mencelakai orang lain.

Kamu dan ibumu melihat ke arah pintu begitu mendengar benda tersebut diketuk beberapa kali. Tak lama, ia pun memasuki ruangan dengan membawa bunga dan buah-buahan.

"Malam.." sapanya padamu dan ibumu.

"Oh, malam jaemin." Jawab ibumu seraya tersenyum, kemudian ia meninggalkan kalian berdua saja.

"Maaf." ucap Jaemin setelah ia duduk di samping ranjangmu.

"Gak usah dipikirin." Jawabmu seraya tersenyum lembut.

Keadaanpun mendadak hening. Kalian larut dalam pikiran masing-masing.

"Ada yang ngasih kamu teror?" tanya Jaemin tiba-tiba.

"Ada," dan kamupun bercerita soal sticky notes yang kamu dapat tadi siang. Sayangnya, sticky notes itu sudah kamu buang ketika membututi Jaemin.

"Siapapun pelakunya, kamu jangan mau nurut sama dia. Mulai sekarang, tolong selalu bilang sama aku oke.." Jaemin terlihat sangat serius dengan wajah khawatirnya.

***

"Jae! Berita soal (y/n) beneran?" Arin dengan segala kepanikannya adalah hal yang paling membuat Jaemin malas.

"Iya" jawab Jaemin singkat, ia bahkan pasrah ketika Arin terus menerus menggoyang-goyangkan tangannya.

"Weh mau nengok dong!"

"Iya ntar pulangnya"

Arinpun bersorak ria, kemudian ia melepaskan cengkramannya pada tangan Jaemin. Akhirnya Jaemin bernafas dengan lega.

Padahal dia tidak dicekik.

**

Masih pukul 10 pagi dan kamu masih di rawat di rumah sakit. Katanya kamu baru boleh pulang 3 hari lagi, menunggu beberapa luka yang parah itu membaik.

Ibumu tengah pulang ke rumah untuk memasak, sementara ini kamu di kamar rumah sakit sendirian.

Tidak boleh main ponsel, tidak bisa bergerak terlalu banyak, ah sangat membosankan.

Toktok..

Kamu menengok pada sumber suara. Kemudian pintu yang berwarna putih polos itu terbuka dan menampilkan seseorang yang sempat membuat kamu sebal.

Jeon Somi.

"Sakit nih?" Somi menghampiri kamu setelah memastikan pintu tertutup dengan rapat.

"Iya keliatannya?" Tanya kamu balik.

Somi hanya tersenyum tipis kemudian duduk di kursi samping ranjang kamu. "Nih gue kasih buah, cepet sehat lo" ujarnya seraya meletakkan sekantung plastik penuh buah-buahan di nakas.

"Makasih. Btw, lo bolos?" Tanya kamu bingung, sebab Somi menggunakan seragam sekolah seperti biasanya.

"Iya nih, demi musuhku. Kasian dia lagi sakit." Jawab Somi seraya terkekeh.

"Cape-cape gue nganggep lo temen, lo malah nganggep gue musuh." Kamu ikut terkekeh.

"Ck, terharu nih gue"

Somi beranjak dari duduknya dan hendak keluar dari ruangan tersebut. Tapi ia menghentikan langkahnya tepat di hadapan pintu. Ia kembali melihat ke arahmu.

"Oh iya, cepet sembuh. Kalo gak ada lo, gue makin gampang buat nyakitin pacar lo." Somi tersenyum miring kemudian hendak keluar dari ruangan.

"Jadi ini perbuatan lo?!" Kamu mulai emosi.

"Emang ada bukti?" Somi kembali menghentikkan pergerakannya.

"Lo bilang janji gak akan ganggu lagi!" Ucap kamu keras. Kamu tidak bisa menghampirinya karena pergerakan kamu yang dibatas.

Padahal tangan ini sudah gatal untuk menamparnya.

Somi menatapmu dengan ekspresi kesal, kemudian ia kembali mendekat padamu dan melipat kedua lengannya di dada.

"Gue gak pernah janji. Ah bodo amat soal itu. Sekarang gini," Somi menggantung kalimatnya.

"Gue gak suka liat lo sama Jaemin." Ucapnya penuh penekanan, mengintimidasi kamu.

"Terus, gue harus jauhin Jaemin gitu? Lucu!" Kamu tertawa miris.

Somi ikut tertawa sebentar, kemudian dengan tatapan sinisnya ia menggebrak nakas di samping ranjangmu.

"Iya. Gue gak akan ganggu Jaemin kalo lo putusin dia. Gue iklas selama dia sama orang lain, tapi buat lo engga." Somi mulai terlihat tenang.

Kemudian ia melanjutkan ucapannya setelah menghela nafas, "Putus, atau gue lakuin hal lebih parah dari sekedar numpahin air keras. Itu pilihan lo."

Kamu terkejut bukan main, kenapa Somi begitu berani seperti ini?

Somi pergi dari hadapanmu dan membuka pintu. Tepat sebelum keluar, ia kembali menatap kamu dengan ekspresi tidak suka.

"Gue bisa tabrak Jaemin sekarang juga. Terserah lo pilih keselamatan dia atau putus. Oh iya, sekalipun lo tau gue yang berbuat, itu gak ada bukti ya. Cepat sembuh, musuh."

Pernyataan perang.






















██████████

Apaan sih drama banget:( Efek kebanyakan nonton film azab kayanya aku, hampir tiap sore soalnya 4 jam aku nonton film azab wkwkwkkwkwkk

Silent x Jaemin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang