25...

8.2K 1.4K 73
                                    

"Dia gak lagi ngerencanain hal yang aneh-aneh kan?"

"Maksudnya?"

Arin menyimpan rotinya dan menatap kamu tajam. "Gak ngerasa Somi mulai aneh?"

"Gak usah berburuk sangka" Jaemin menimpali.

"Dia minta maaf sama gue, dan janji gak akan ganggu lagi" lanjutnya seraya melahap nasi goreng yang sudah mendingin.

"Oh ya? Kok ga cerita?" tanya kamu penasaran.

"Ngapain juga, gak penting." jawab Jaemin dingin.

Kamu mengerucutkan bibir sebal, sementara Arin terus saja memperhatikan Somi yang tengah duduk bersama Yeri dan Lami di bangku kantin paling tengah. Somi terlihat banyak diam, padahal kedua temannya itu tengah tertawa bersama. Entah perasaan Arin saja, atau memang sesuatu yang buruk akan terjadi.

Kamu mengabaikan Arin yang terus melamun. "Jae, emang Somi kenapa sih?"

Jaemin melirik kamu sebentar, kemudian ia mengangkat kedua bahunya dan melanjutkan makan.

◆◆◆

'Coba selametin doi lo di belakang sekolah'

Kamu menautkan kedua alis bingung, apa maksudnya sticky notes yang terletak di mejamu ini? Siapa yang mengirimnya? Lagipula doi kamu, Jaemin, ada di sebelah kamu. Ia tengah membolak-balikan buku secara frustasi.

Kringgg..

Bel pulang tiba-tiba saja berbunyi. Kamupun mengurungkan niat untuk mengatakan soal sticky notes itu kepada Jaemin.

Jaemin berdiri begitu ia sudah mengemas barang-barangnya dan memasukkan ke dalam tasnya dengan rapih. "Aku mau kembaliin kunci gudang dulu. Kamu tunggu di sini ya, sayang." Jaemin tersenyum, ia mengusak rambutmu kemudian pergi keluar kelas.

Kamu mengikutinya secara diam-diam, kamu takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Jaemin. Bagaimana jika seseorang memang berniat jahat dan mengirimkan sticky notes itu padamu sebagai peringatan?

Jaemin berjalan dengan santainya, ia memainkan kunci gudang yang tengah dipegangnya. Kalian terus berjalan hingga sampai di sekolah bagian belakang.

Kamu merasa sangat was-was dan takut sekarang. Mata elangmu menangkap seseorang tengah berdiri di lantai 2 dengan membawa sebuah ember yang siap ditumpahkan. Tidak terlihat jelas siapa dia, tapi sepertinya dia akan menumpahkannya begitu Jaemin lewat.

Dan benar saja, ketika Jaemin berada di bawahnya, ia mengangkat ember itu dan menumpahkannya. Kamu yang melihat itu tak bisa tinggal diam. Kamu berlari dan mendorong tubuh Jaemin agar tak terkena tumpahan air tersebut.

Jaemin jatuh terduduk akibat dorongan kamu, matanya terbuka lebar terkejut.

Byurrrr..

Kamu terkena tumpahan air tersebut, sedangkan Jaemin hanya terkena cipratan nya saja.

Jaemin shock, begitu pula kamu.

Jaemin melihat ke atas dan pelakunya sudah hilang entah kemana. Kamu merasa tubuhmu lemas dan perlahan jatuh terduduk.

Jaemin menyadari, tangannya yang terkena cipratan air mulai memanas, dan bau menyengat terus menyeruak indra penciumannya.

"Asam sulfat?" Gumamnya pelan.

Dengan mata membelalak, Jaemin menghampiri kamu yang mulai melemah. "(Y/n)!" Panggilnya dengan suara paraunya.

"Jae, ini panas, sakit.." kamu tak tahan dan mulai menangis. Jaemin memeluk kamu agar sakitmu mereda.

Jaemin yakin bahwa cairan yang ditumpahkan itu merupakan asam sulfat. Dengan panik, ia pun buru-buru menggendong tubuhmu dan berjalan dengan hati-hati menuju UKS. Terlambat sedikit saja, ini akan benar-benar berakibat fatal bagimu.

→←

Jaemin menghela nafasnya berat, dia bersandar pada dinding rumah sakit.

Iya, dokter yang berada di UKS langsung mengirim kamu ke rumah sakit untuk perawatan intensif. Jaemin ikut karena merasa khawatir.

"Ahhhh!" Jaemin meringis sakit. Punggung tangan kanannya yang terkena cipratan asam sulfat mulai iritasi.

Ia terlalu mengkhawatirkanmu hingga lupa akan lupanya. Tapi ia sadar, bahwa kamu pasti lebih kesakitan dibanding dirinya.

"Jangan khawatir, dia gak akan apa-apa" dokter yang mengantar kalian ke rumah sakit duduk di hadapan Jaemin. Lalu ia mulai mengobati luka Jaemin.

"Kamu lihat pelakunya?" Tanyanya, dan Jaemin hanya menggeleng sebagai jawaban.

Wanita paruh baya yang merangkap jadi dokter dan guru itupun tersenyum tipis. Ia membalut tangan Jaemin dengan perban. "Sudah selesai, ibu tinggal ya."

Wanita itupun meninggalkan Jaemin sendirian. Jaemin terus bergelut dengan pikirannya seraya menatap tangannya yang terbalut perban.

"Useless" umpatnya.

Silent x Jaemin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang