PMS

1.9K 183 29
                                    

Jimin mengacak rambutnya dengan kekesalan memuncak. Pasalnya tidak lain; Nana marah. Gadis yang sedang PMS memang menakutkan, dan Jimin malah memancing emosi si cantik tepat di hari pertama si tamu bulanan datang. Bayangkan sendiri bagaimana kesulitan Jimin mengatasi Nana yang bahkan sekarang ini tidak mau mengangkat panggilan darinya. Padahal ini malam Minggu dan Jimin ingin menghabiskan waktu seperti pasangan lain.

Ingat saat Nana meminta Jimin untuk tidak menunjukkan tubuhnya ke gadis lain dan Jimin menyetujui? Nah! Itu masalahnya. Sebab ternyata koreografi Jimin di lagu Serendepity mengharuskan pria itu untuk mengangkat pakaian hingga ABS-nya terlihat. Sepele memang, tapi namanya PMS, ya begitu.

"Argh!! Kim Nana!" Jimin berteriak begitu saja sambil memukuli tempat tidur yang tidak bersalah karena geram.

"Aku sudah minta maaf. Memangnya apa lagi yang harus kulakukan?" keluhnya setelah merasa lelah dengan kegiatan tidak berguna yang ia lakukan.

"Yo, Jimin-ssi. Kau baik-baik saja?"

Jungkook yang kebetulan lewat melongokkan kepalanya di sela pintu. Mata kelincinya mengerjap lucu, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada sang hyung. Tetapi, bukannya dapat jawaban, dia malah diberi bantal yang melayang ke arahnya dari Jimin.

"Pulang sana kau!"

Begitulah kira-kira teriakan Jimin karena sebelum bantal mengenai wajah berharganya, Jungkook sudah lebih dulu menutup pintu. Sambil mengangkat bahu, pria Jeon itu pun melanjutkan langkah. Mia dan Miku di rumah sudah menunggunya.

"AAA!! KIM NANA!!"

Kasihan. Jimin sangat frustrasi, hanya karena seorang Kim Nana.

∞•∞

Jam sepuluh malam.

Jimin nekat keluar demi menemui Nana setelah memikirkan matang-matang dan otaknya buntu dengan cara lain. Pria kelahiran tahun 1995 itu terlihat buru-buru di setiap gerakan, bahkan saat berada di lift yang membawanya ke lantai tempat Nana berada, dia berulang kali melihat nomor yang menunjukkan dia ada di lantai mana.

Baru saja pintu lift terbuka, dia langsung bergegas, setengah berlari pergi ke depan pintu Nana.

"Nana....," panggilnya sembari menekan tombol intercom, tidak hanya sekali, tapi berulang kali seperti orang yang benar-benar tidak sabaran.

"Nana... kumohon—"

Pintu dibuka, memunculkan gadis yang sibuk dipikirkan Jimin dengan pakaiannya yang luar biasa santai; kemeja putih transparan dengan hotpans super pendek yang memamerkan kaki jenjang nan putihnya.

Mampus! Jimin harus tahan nafsu.

"Mau masuk atau tidak?" tanya Nana ketus. Di tangannya ada mangkuk es krim yang isinya sudah habis setengah.

"Mau." Jimin memelas dan layaknya anak ayam, dia mengekori Nana yang menuju ruang tengah.

"Jadi, ada urusan apa tengah malam datang ke sini?" Nana bertanya. Lagaknya... sudah seperti putri raja. Duduk di sofa dengan kaki menyilang, sedangkan Jimin berdiri di depannya coba menahan diri agar tidak mengapa-apakan si cantik.

"Aku mau kita baikan."

"Tidak akan!"

Penolakan langsung yang sakitnya bagai ditusuk ribuan jarum. Jimin tabah ya Tuhan.

"Na... haruskah aku memohon? Itu bukan mauku. Tapi koreografinya—"

"Pulang sana."

Baiklah, Jimin benar-benar harus ekstra sabar menghadapi Nana yang sedang PMS. Senyumnya muncul, manis sekali, dan dia juga duduk di samping Nana. Menebalkan muka seperti tak mendengar bahwa tadi Nana mengusirnya.

"Nana sayang, aku—"

"Aku bukan kesayanganmu!"

"Yak... siapa yang bilang?" Jimin terkaget-kaget.

"Kau sendiri."

"Kapan?"

"Bukan dari mulut, tapi tindakan."

Hh, masalah itu lagi pasti.

"Na... sudah berapa kali kubilang, koreografinya memang seperti itu sejak dulu. Jadi tidak mungkin aku mengubahnya secara drastis." Jimin coba memberi pemahaman.

"Kalau begitu ya seharusnya jangan berjanji padaku!" omel Nana sambil memeluk bonekanya dengan ekspresi kesal.

"Iya, ke depannya aku tidak akan sembarangan berjanji lagi."

Nana diam. Jimin tersenyum diam-diam, lantas berdehem dan mendekatkan diri ke gadisnya.

"Na...," rayunya sembari ingin menyentuh helaian rambut Nana.

"Apa?!"

Gerakan Jimin terhenti. Dengan tersenyum kecut, pria bermarga Park itu menarik tangannya dan menghela napas panjang. Nana sangat galak ternyata. Tidak punya pilihan, Jimin pun menyandarkan punggung ke sofa dan memandang TV yang menayangkan sebuah drama.

"Tas Ch***L warna coral pink itu, kau menginginkannya, 'kan?" gumam Jimin membuka percakapan baru.

Nana bergeming. Iya, dia ingat postingannya minggu lalu yang membagikan foto sebuah tas seharga 4466 dolar (setara Rp. 64.944.600). Yah... dia hanya membagikan, karena untuk membelinya dia pasti mempertimbangkannya masak-masak. Meski terbilang sudah bekerja dan memiliki uang cukup banyak, Nana tetap berpikir ulang untuk menghabiskan uangnya demi sebuah tas. Bukan pelit, tapi kehidupan, kita tidak tahu ke depannya bagaimana.

"Aku akan belikan itu untukmu." Jimin bersuara, membuat Nana refleks mengalihkan pandangan.

"Kenapa lagi?" tanya Jimin saat menyadari tatapan Nana bukannya tatapan senang, melainkan kekesalan.

"Yak! Kau pikir aku gadis apa hah?! Aku tidak perlu tas itu, Berengsek!"

Ah, sudahlah. Menghadapi gadis yang sedang PMS memang sulit.

Jimin, sabar ya. Kami mendoakan agar Nana cepat baik dan bermanja lagi padamu.

--FIN--

[Well~ ini baju Nana waktu Jimin datang. Seksi kan? 😋 ]

 Seksi kan? 😋 ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Jimin ❣ Nana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang