Mad

1.7K 206 14
                                    

Jimin berulang kali menghela napas dan memandang HP yang tak kunjung memberitahu ada pesan masuk. Bosan, ia pun membuka aplikasi chat dan men-scroll seluruh percakapannya dengan Nana.

Aktif satu jam yang lalu.

Mengerang, lelaki tampan itupun menutup wajah dengan bantal. Baru satu jam, dan dia sudah serindu ini dengan si cantik Kim. Ya... sebenarnya dia serindu ini karena beberapa hari lalu Nana tidak bisa dihubungi karena sedang liburan. Kata Nana, di sana susah sinyal, jadi mereka jarang berkomunikasi. Jadi sekarang waktunya untuk membalas semua rindu.

Tak sabaran, ia pun membuang bantal dan mengambil ponsel untuk langsung menghubungi sang kekasih. Biarlah Nana merajuk, marah, terganggu atau apalah, dia hanya ingin mendengar suara gadis itu. Lagipula Nana juga tidak bilang mau apa waktu me-non aktifkan chat.

Tetapi, hingga nada panggilan selesai, Nana tetap tidak menjawab dan itu berlanjut hingga beberapa panggilan selanjutnya. Sukses membuat Jimin semakin frustrasi.

Sebenarnya Nana sedang apa?

Direbahkannya tubuh, lantas nyalang menatap langit-langit kamar yang melukiskan wajah kekasih cantiknya. Membuat rindu semakin menumpuk di dada.

"Na... Jimin rindu."

—♥—

Jam sebelas malam, Jimin terbangun saat ponselnya bergetar. Ya, karena terlalu lama menunggu Nana, dia sampai tertidur.

Menyipitkan mata, ia pun bisa dengan jelas melihat nama Nana tertera di layar sebagai orang yang menghubungi di tengah malam seperti ini. Ada rasa senang yang muncul, menjalar cepat ke hati dan menyebar hingga otak. Tak menunggu lama, ia langsung menekan ikon menjawab dan menempelkan ponsel ke telinga.

"Mm, yeoboseo, Sayang," sapanya dengan bibir tersenyum.

"Kau baru bangun tidur?"

"Ah... iya. Aku tadi tertidur," gumam Jimin sembari mengusap sudut mata.

"Ow, maaf. Aku mengganggumu, ya."

Ada nada menyesal di suara Nana, membuat Jimin buru-buru berkata, "Tidak masalah. Aku senang mendengar suaramu."

"Benarkah?"

"Mm. Ngomong-ngomong, aku merindukanmu."

Lebih dulu Nana berdehem, dan itu membuat Jimin menahan senyum, yakin bahwa gadisnya sedang malu-malu di sana.

"Nana juga."

Jawaban yang diharap.

"Kapan kita bisa bertemu?" tanya Jimin dengan nada gembira.

"Eum... kapan Jimin mau."

"Sekarang?"

Ada jeda sebelum akhirnya Nana berdehem. "Boleh," jawabnya.

Berbinar mata Jimin. Bahkan kantuknya hilang begitu saja entah ke mana. "Benar tidak apa?" jelasnya lagi sembari mencoba menahan senang di dada.

"Ya... sejak kapan coba Nana melarang Jimin ke sini?"

Uwaw, kalimat yang membuat Jimin langsung mengambil topi, masker dan kunci mobil.

"On the way!"

Sambungan dimatikan.

Tidak sampai sepuluh menit, Jimin sudah sampai di bagasi dorm dan segera mengendarai mobil berkaca gelap yang juga biasa Jungkook bawa jika berjalan-jalan dengan Mia. Masker dan topi dilepas, waktunya fokus ke jalan.

—♥—

Jimin buru-buru menekan nomor kombinasi password apartemen Nana. Tak sabaran ia masuk dan langsung menjumpai gadisnya yang duduk di sofa dengan laptop yang menayangkan sebuah drama.

"Sayang."

"Hai...." Nana merentangkan tangan minta dipeluk, dan itu dikabulkan Jimin dengan suka rela.

"I miss you...." Jimin menangkup gemas pipi Nana, lalu hidung yang mancung dikecup tiba-tiba, membuat pemiliknya tertawa geli.

"Miss you too...." Nana memeluk leher Jimin dengan manja.

"Sedang apa, hum?" tanyanya ketika mereka sudah duduk berdampingan.

"Menonton itu." Polos Nana menunjuk drama di hadapannya yang berhenti tepat di scene Ji Chan Wook.

Kening Jimin berkerut. "Sejak kapan?"

"Sejak tadi."

Hening sejenak. "Jangan bilang ponselmu tidak aktif karena terlalu sibuk menonton ini?" selidiknya.

"Eum... sejujurnya... aku lupa memeriksa ponsel." Nana tersenyum terpaksa, tak sadar bahwa raut kekasihnya mulai berubah.

"Jim?" panggilnya saat Jimin tak kunjung bersuara.

"Jimin?"

"Aku tidur duluan."

Nana mengerjap saat Jimin langsung berdiri dan menuju kamar. Pun ekspresinya, sangat datar. Perubahan yang sangat signifikan, 'kan?

"Jimin? Kenapa tiba-tiba?"

Nana berhenti di ambang pintu saat melihat kekasihnya sudah merebahkan diri dengan muka ditutup bantal.

"Jimin...," panggilnya hati-hati. "Marah, ya?" tanyanya kemudian.

Tidak ada jawaban.

"Jim...."

Sedikit kasar saat Jimin menjauhkan bantal. "Aku mau tidur," katanya tegas.

"Ya tapi kan—"

"Aku mengantuk."

"Bohong."

"Na...."

"Cium."

Jimin menghela napas. "Besok saja," tolaknya akibat terdorong kekesalan. Ya siapa yang tidak kesal jika diduakan dengan film? Apalagi dikondisi rindu yang tak tertahankan, sampai-sampai dia tertidur menunggu balasan chat dan berujung datang ke sini.

"Jim."

"Aku tidur. Jallja."

Dengan begitu, Jimin benar-benar tidak mau diganggu dengan cara apapun lagi. Tinggal Nana yang kebingungan harus bagaimana.

—TBC—

Tanya Nana soal dramkor apa yang dia tonton, karena diriku juga gak tau 😂

[Jimin ❣ Nana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang