Tiga hari Nana tak berkabar. Tidak ada pesan, apalagi panggilan. Gadis cantik itu seolah menghilang di telan bumi, lenyap tanpa bekas. Padahal seingat Jimin, dia tak membuat masalah sama sekali.
Berdecak, pria berkaos abu itu melempar ponsel keluaran terbarunya ke meja. Dihempaskannya punggung ke sandaran sofa. Kedua tangan yang bebas dijadikan bantal, sedang mata sipitnya menerawang, mengingat lagi dengan baik apa ia ada salah ucap atau semacamnya.
Tidak menemukan apa yang dicari, ia pun menarik napas panjang dan kembali mengambil benda persegi yang tadi dilempar. Dihubunginya satu nomor yang sudah ia hapal di luar kepala. Dan di sela menunggu panggilan dijawab, meja kaca diketuk-ketuk dengan satu jari. Tanda bahwa ia sedang cemas.
"Mm, yeoboseo?" sapanya cepat ketika panggilan tersambung.
"Ada apa?"
"JEMENSHIE! KAU PENGGANGGU!"
Jimin memutar malas bola mata ketika mendengar teriakan Jungkook. Ya... mana dia tahu bahwa pasutri itu sedang melakukan sesuatu.
"Hmm, jadi ada apa?" Mia bertanya, mengembalikan Jimin ke tujuannya semula.
"Itu, tentang Nana. Dia ada menghubungimu, tidak?" Jimin menyandarkan punggung seraya memijat pelipis yang berdenyut.
"Aku sudah lama tidak chat dengannya."
Kening si pemilik marga Park berkerut. "Kenapa?" tanyanya.
"Tidak ada."
"Kalian bertengkar?"
"Tidak."
"Lalu?"
Mia bergumam panjang. "Hanya ingin," jawabnya.
"Dasar." Ia berdecak sebal. "Aku harus bertanya ke siapa lagi?" gerutunya kemudian.
"Kenapa? Dia tidak menghubungimu?"
"Mm, sudah tiga hari."
"Apa--"
"Hyung, kenapa tidak datang saja ke rumahnya?" Jungkook tiba-tiba berceletuk, memotong kalimat yang ingin diucap Mia.
Ah... andaikan ini film kartun yang biasa ditonton Miku setiap pagi, maka di sudut kening Jimin pasti sudah muncul empat sudut siku-siku yang menandakan bahwa si tokoh sedang kesal.
Huft... baiklah. Tarik napas... embuskan.
Tarik napas... embuskan. Lalu....
"KAU KIRA SIAPA YANG MEMBUAT AKSES KELUAR RUMAH KITA DIBATASI, HAH?!"
Percayalah, Mia langsung menjauhkan ponselnya dari telinga saat Jimin berteriak.
"KAU YANG MEMBUAT SEMUA JADWAL KENCANKU BERANTAKAN KARENA MANAGER MELARANG KITA PERGI SENDIRI SEJAK KASUSMU, JEON JUNGKOOK! KAU BAHKAN MEMBUAT AKU TIDAK BEBAS MEMAKAI MOBIL YANG KUBELI SENDIRI! KAU--HALLO?! YAK! JEON JUNGKOOK SIALAN!"
Jimin mendengus. Marah sekali dia dengan Jungkook ya Tuhan. Andaikan si Jeon bukan anggota yang paling ia sayang, pasti lelaki yang berpostur lebih besar darinya itu sudah ia abaikan. Kesal sekali rasanya ketika semua jadwal yang sudah kau susun dengan baik harus hancur begitu saja karena kesalahan satu orang yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kita.
Tetapi, tetap saja satu hal yang paling membuatnya resah; Nana.
Sebenarnya gadis itu ke mana?
Haruskah ia memberontak dan pergi ke rumah si cantik Kim?
—TBC—
•
|
•Datangin Nana gak nih?