Semua anggota BTS sedang berkumpul ketika Jimin tiba-tiba berdiri dan menyambar jaket, tak lupa kunci mobil juga diambil olehnya, membuat seluruh anggota yang lain saling memandang bingung. Namun sebelum ada yang sempat bertanya, Jimin sudah lebih dulu menghilang di balik pintu. Seluruh anggota lain hanya bisa saling mengangkat bahu dan kembali ke aktivitas masing-masing.
Tujuan Jimin sebenarnya ke tempat kerja Nana—sebuah restoran ternama, sekaligus tempat mereka pertama kali bertemu. Tadi Nana mengatakan ada lelaki mesum yang menunggunya setiap kali pergi dan pulang bekerja. Awalnya hanya menggoda biasa, tapi hari ini tingkahnya bertambah menakutkan, membuat Nana tidak berani pulang jika tidak ditemani.
Belum sampai ke tempat tujuan, Nana sudah melapor lagi bahwa ada pelanggan yang mengambil fotonya secara diam-diam dan terus memandanginya. Ayolah... Jimin benar-benar kesal sekarang. Dia tahu Nana cantik, sangat malah, tapi tidak bisakah para lelaki menahan napsunya di depan umum dan menghormati privasi para wanita?
Jimin menekan gas, melajukan mobil yang dikendarai. Menyalib beberapa mobil dengan handal dan mengabaikan klakson dari pengemudinya. Come on! Dia hanya ingin cepat bertemu Nana, apalagi jam kerja Nana akan berakhir beberapa menit lagi.
Beruntung, bertepatan dengan Nana yang keluar dari gedung, Jimin pun sampai. Ada garis lega di wajah Jimin, terutama ketika dia tersenyum dan membiarkan Nana masuk ke mobil.
"Maaf aku merepotkan," kata Nana sambil memasang sabuk pengaman.
"Tidak juga." Jimin memutar mobil. "Bagaimana dengan pelanggan mesummu tadi?" tanyanya sambil melirik sejenak ke arah Nana.
"Eum... dia pulang tidak lama setelah itu."
"Syukurlah."
Nana tidak menjawab.
"Padahal aku sudah menyuruhmu berhenti bekerja."
Gerakan Nana yang sedang mengecek ponsel berhenti. "Jim... aku tidak bisa hanya berdiam diri," katanya sambil memandang Jimin yang fokus ke jalan.
"Kau kan sudah menjadi model, Na."
"Tidak setiap hari ada pemotretan, sedangkan aku terus memerlukan uang."
"Kau bisa memakai uangku."
"Jimin...."
Mobil ditepikan. Mereka berhenti di pinggir jalan. Nana diam memandang Jimin yang mengubah posisi jadi menghadapnya. Tatapannya duhai... sangat teduh dan lembut, membuat Nana tersanjung karena disayang begitu banyak oleh sang kekasih.
"Jimin... aku—"
"Aku menyayangimu, Kim Nana."
Nana diam kehabisan kata. Jimin menggenggam lengannya.
"Aku memang sering bergonta-ganti pasangan, tapi baru denganmu aku merasa seperti ini. Aku berdebar begitu banyak ketika bersamamu, dan aku langsung merasa marah ketika ada yang mengganggumu. Aku seperti kehilangan kontrol karena mencemaskanmu, Na." Jimin sendu menatap Nana, "Mungkin ini sulit dipercaya, tapi aku benar-benar jatuh cinta dengamu, Kim Nana. Dan ini bukan kebohongan."
Katakan apa yang harus dijadikan jawaban oleh Nana, karena gadis Kim itu hanya mampu terdiam dan memilih untuk memeluk Jimin.
"Aku juga menyayangimu, Jim." Nana bergumam. Diusapnya punggung Jimin, dibalas dengan tubuhnya yang balik dipeluk oleh sang pria.
"Maaf jika aku terkesan terlalu mengekang, tapi aku mau yang terbaik untukmu." Jimin menyurukkan wajahnya ke leher Nana, lalu menghirum aroma manis yang membuatnya mabuk dalam sekejap.
"Aku tahu. Tapi aku juga tidak bisa asal mengundurkan diri. Bos restoran itu sudah sangat baik padaku, Jim."
Jimin tidak memberi jawaban dan hanya membiarkan Nana mengusap punggungnya.
"Bukannya aku tidak menghargai permintaanmu, tapi ini keputusanku, dan kuharap kau mengerti," lanjut Nana kemudian.
Melepas pelukan, Jimin pun langsung menyalakan mobil. Membuat Nana menjadi sedikit kebingungan dengan tingkah yang ditunjukkan Jimin.
"Jim, kau marah?" tanya Nana hati-hati.
Jimin masih tidak menjawab.
"Maaf." Nana mengalah, suaranya pelan, dan ia hanya memainkan kuku. Tidak tahu hal apa yang harus dilakukannya untuk membuat kemarahan Jimin menghilang.
Namun, hingga mereka sampai di rumah Nana pun, tidak ada pembicaraan yang terjadi. Jimin membisu, membiarkan Nana turun dari mobilnya dan langsung pergi ketika sudah mendapat ucapan selamat malam dari sang kekasih.
Situasi berubah menjadi tidak mengenakan dalam sekejap.
-TBC-