Nana bangun dengan mata bengkak akibat bergadang menunggu kabar dari Jimin tadi malam. Awalnya, dia berharap Jimin akan menghubungi duluan. Tetapi, semua harapannya pupus setelah puluhan pesannya tak satupun dibalas. Sungguh, Nana tidak tahu harus memakai cara apa lagi agar kekasihnya tidak marah.
"Sudah bangun?"
Si cantik Kim mengucek mata. Mia sudah rapi dengan pakaian yang lebih sopan daripada tadi malam saat menyambut Jungkook. Di tangan wanita itu, ada nampan berisikan nasi goreng yang mengepulkan asap hangat serta segelas susu putih.
"Sarapanmu," katanya.
"Mm, terima kasih."
Nampan ditaruh Mia ke nakas. "Ngomong-ngomong, Jimin ada di luar," celetuknya kemudian.
"Huh?"
"Jimin!" Mia memanggil.
"Ya? Nana sudah bangun?"
Hampir Mia terbahak saat melihat raut panik Nana. Jimin memang ada di luar, sejak pagi-pagi sekali malah. Tetapi, dia tidak berani menemui Nana di kamar. Humm... lelaki baik.
"Sana mandi, dan pakai baju yang cantik." Jahil, Mia melempar handuk ke muka bantal Nana, membuat gadis Kim itu menggerutu dan langsung bergegas menuju kamar mandi.
Tersenyum, istri Jungkook itupun keluar dan menyusul duduk di samping suaminya yang menggendong Miku.
"Dia mandi," beritahunya ke Jimin.
"Hmm, ya."
"Tunggu saja di kamarnya," suruh Jungkook di sela kesibukan menahan Miku yang tidak mau dipangku.
"Itu tidak sopan," tolak Jimin, membuat Jungkook mengerutkan kening heran.
"Sejak kapan Hyung tahu tentang kesopanan?"
"Yak...."
"Kapan kau mau melamarnya?" Mia memutus kekesalan Jimin. Santai, dia menuang teh dan menyeruput sedikit.
"Entah."
"Kau bilang mau—"
"Aku ragu."
Kalimat tegas yang membuat Jungkook dan Mia terdiam. Apa maksud Jimin?
"Aku ragu bisa membina rumah tangga dengannya. Selama ini kami hanya terfokus dengan hubungan yang... kalian tahu sendiri. Aku takut jika nanti kami sudah menikah, yang kuberi ke dirinya bukan kebahagiaan, tapi kesedihan dan hal yang tidak mengenakkan lainnya." Jimin berkata pelan, seolah ada beban berat di pundaknya.
"Hyung bilang Hyung mencintainya."
"Iya, aku mencintainya. Aku menyayanginya. Tapi aku takut. Aku tidak siap dengan hubungan yang lebih serius dari saat ini."
"Hyung...."
"Kalian membicarakan apa?"
Obrolan terputus begitu saja ketika Nana keluar dengan gaun peach kesukaannya. Rautnya terlihat lebih segar, bahkan Jimin pun langsung memuji habis-habisan di dalam hati. Kekasihnya memang sangat cantik.
"Hai," sapa Mia sembari melambaikan tangan. Pun Miku, ikut-ikutan tersenyum lebar ke bibinya itu.
"Sepertinya kalian perlu waktu untuk berdua." Jungkook menggendong Miku, bersiap hendak berdiri karena paham dengan keadaan dua orang di depannya.
"Ah, tidak. Aku mau pulang sekarang." Nana buru-buru mencegah. "Jim, antarkan aku, ya," pintanya ke Jimin.
"Eum, ya. Baiklah."