Jimin menghempaskan tubuh ke kasur yang empuk. Badannya penat, perlu istirahat, tapi HP di samping bantal lebih menggoda. Bukan punyanya, tapi Nana. Hanya saja ada yang berbeda di HP gadis itu daripada biasa. Yap! Kali ini Nana menggunakan casing dengan foto seksi dirinya. Uh... rasanya Jimin tak kuasa menahan senyum.
"Sudah pulang?"
Mengangkat kepala, Jimin pun langsung tersenyum riang melihat kekasihnya yang baru masuk dengan tentengan tas plastik di tangan. "Casing baru, hmm?" katanya langsung.
"Itu papercase, bisa diganti kapanpun aku mau." Nana duduk di samping Jimin setelah menaruh belanjaannya ke nakas. "Baguskan?" pamernya saat mengambil alih benda persegi itu.
"Mm, beli di mana?"
"Di Mia."
"Mia?" Kening Jimin berkerut. "Beli apa saja?" selidiknya kemudian.
"Eng... itu rahasia."
"Na...."
"Hehe." Gadis bersurai abu itu tercengir lucu. Buru-buru diambilnya plastik di nakas, lalu menuju kulkas untuk memasukkan isinya. Namun, saat baru memasukkan setengah, pintu kulkas tiba-tiba ditutup.
"Kim Nana, kau belum menjawab pertanyaanku." Jimin yang berada di belakang Nana berkata. Disandarkannya dagu ke bahu si cantik, lantas mengusap rambut lurus wanitanya. "Jangan bilang kau beli yang bertema Jungkook atau Cooky," tebaknya.
"Eng... tidak kok."
"Kenapa ragu jika memang tidak, hmm?" gumam Jimin sembari mengendus leher kekasihnya, lalu iseng mengecup kulit putih tersebut, membuat pemiliknya bergerak kegelian.
"Jim...."
"Kau tahu aku cemburu bila kau menduakanku, 'kan?"
"Kan aku sudah pakai papercase fotomu," protes Nana mencari pembelaan.
"Hmm,"—Jimin mengecup bahu yang terbuka—"berapa banyak yang dibeli?"
"Hanya beberapa."
"Lebih banyak barang bertema Jungkook atau aku?"
"Imbang."
"Hmm."
Nana menahan napas ketika Jimin mensejajarkan bibir ke telinganya. Dan satu tiupan pelan berhasil membuat roma gadis Kim itu meremang.
"Gadisku nakal, ya. Dan gadis nakal harus dihukum."
Sudahlah.
"Dari atas lalu ke bawah."
Sialan!
"Hadap ke sini, Na."
Bagai terhipnotis, Nana menurut saja dengan perintah Jimin. Dia berbalik, menghadap ke lelaki tampan yang menatap sayu penuh godaan tersebut.
"Kau tidak kuizinkan meminta berhenti sebelum dua ronde. Oke?" perintah Jimin sembari menyentuh bibir kekasihnya, tapi kemudian dikecup dengan lembut. "Now, you are Daddy mine," desahnya ketika mengangkat Nana dan menyandarkan gadis itu ke kulkas.
"Jim...."
"Jangan tahan apapun, Na."
Oke, kalian pasti paham apa maksudnya, 'kan? Karena setelahnya Jimin langsung meraup bibir sang kekasih dan menyesapnya secara tak sabaran. Dia tak masalah dengan berat Nana, termasuk saat ia memindahkan gadis itu ke meja rias.
Beberapa barang berjatuhan tersapu tangan Nana yang sibuk mencari pegangan saat Jimin menyesap lehernya yang mulus.
"Milikku adalah milikku. Ingat itu, Kim Nana."
—FIN—