I Miss You....

1.7K 185 10
                                    

Jimin menggigit bibir tak tenang. Berulang kali dia memeriksa ponsel, memastikan pesannya sudah dibalas oleh Nana atau belum. Tetapi, wanita yang baru-baru ini mengubah warna rambutnya jadi ungu itu tidak kunjung memberi balasan meski Jimin sudah mengiriminya puluhan pesan sejak kemarin.

"HYUNG!"

BUK!

Pria bermarga Park itu mendesis saat ada bantal yang mendarat di belakang kepalanya. Matanya tajam ketika memandang si pelaku; Jeon Jungkook.

"Dasar—"

"Manusia galau."

Jimin melotot, tapi Jungkook hanya mengangkat alis seolah tak bersalah. Dengan seenaknya pria termuda di grub itu berlalu, membiarkan Jimin tenggelam dalam kekesalan yang tak berujung.

"Kenapa? Jungkook mengganggumu lagi?" RM yang baru kembali dari dapur menegur Jimin yang masih memasang wajah kesal.

"Mm."

"Maklum, dia terlalu bahagia karena dibolehkan menjemput Mia ke sekolah."

Ucapan RM tak diacuhkan oleh Jimin, hingga laki-laki yang merupakan pemimpin tersebut duduk di sampingnya.

"Ada apa?" RM bertanya.

"Tidak ada."

"Karena Nana?"

Wajah Jimin bertekuk. Lucu sebenarnya, menggemaskan, tapi demi menghargai perasaan lelaki yang sedang gelisah tersebut, RM menahan rasa gemasnya.

"Kenapa tidak datang saja ke rumahnya?" usul pria Kim tersebut.

"Dia marah denganku."

"Marah karena?"

"Tidak tahu."

"Bagaimana bisa?"

"Dia mengatakan benci padaku. Padahal aku tidak merasa melakukan kesalahan apa pun. Dia juga tiba-tiba berubah. Semuanya terjadi begitu saja, drastis. Aku bingung."

"Hmm...."

"Mungkin dia sudah bosan denganku." Jimin menunduk, memainkan ponselnya seperti orang yang kehilangan semangat. Sangat menyedihkan.

"Sudah coba video call dengannya?" RM terpikirkan hal lain. Bagaimana pun juga, dia jadi prihatin apabila salah satu anggotanya terpuruk seperti ini. Apalagi anggota itu adalah Jimin, kesayangannya.

"Tidak diangkat."

"Datang saja ke rumahnya supaya keadaan menjadi jelas."

"Bagaimana jika dia bertambah marah?" Jimin menoleh ke RM dengan tatapan tidak yakin. Ada banyak kekhawatiran di sana yang terlihat jelas.

"Setidaknya kau sudah mencoba."

Jimin kembali menunduk. Di matanya terbayang wajah cantik seorang wanita yang sedang tertawa. Perlahan, rindu itu merebak, memenuhi ruang hati hingga terasa sesak.

"Aku sayang Nana. Aku tidak ingin kehilangan Nana." Berbisik ia mengatakan hal tersebut, tapi masih bisa terdengar oleh RM.

"Aku percaya itu."

"Aku rindu Nana, Hyung."

"Aku paham."

"Tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku takut semuanya bertambah buruk."

RM hanya bisa menghela napas, sedang Jimin menekuk kaki dan menenggelamkan wajah di antara lutut. Kepalanya pening, dan hatinya tidak tenang.

"Na... Jimin rindu."

--FIN--

—Rambut baru Nana—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Rambut baru Nana—

[Jimin ❣ Nana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang