[160819]

1.6K 177 37
                                    

Jimin hampir terjatuh dari tempat tidur saat alarm ponselnya berbunyi. Dengan mata yang hampir tak terbuka, ia bangun. Dipandangnya seisi kamar, lantas melihat ponsel untuk mengetahui hal apa yang ingin dilakukannya hingga membuat alarm di jam sore.

"Nana 💜"

Hanya satu nama, tapi membuat Jimin seketika tersadar. Secepatnya ia turun dari tempat tidur, menyambar handuk dan langsung masuk ke kamar mandi. Harum sabun tercium samar, menyegarkan, mencerminkan kepribadian pemakainya.

Sepuluh menit, Jimin keluar dengan handuk melilit di pinggang. Rambutnya yang basah meneteskan air ke lantai. Pun di luar sana, matahari sudah hampir menghilang di kaki langit sebelah barat.

Diambil satu set pakaian. Tetapi, lidahnya berdecak saat memandang layar ponsel yang berkedip. Dia terlambat lebih dari setengah jam.

Satu dering panggilan membuat ia dengan cepat mengambil benda persegi tersebut.

"Yeobeoseo?"

"Yak! Jadi menjemputku tidak?!"

Jimin menjauhkan ponsel dari telinga saat suara memekik terdengar dari speaker. Itu Nana, kekasih tersayangnya yang baru pulang dari kampung halaman.

"Sebentar lagi aku ke sana." Sambil menjepit ponsel di bahu, Jimin memasang celana jeans-nya.

"Aku sudah setengah jam di sini." Nana merengek, "Tahu begini, lebih baik aku naik taksi."

"Taksi tidak aman untukmu. Ada banyak ahjussi mesum di luar sana," bantah Jimin di sela repotnya ia memasang kemeja.

"Ya daripada menunggumu sendirian seperti ini."

"Maaf."

"Cepatlah ke sini."

"Mm."

Sambungan diputus. Jimin langsung mengambil topi dan masker, lalu segera memakainya. Setelah siap, baru ia mengambil kunci mobil dan keluar dari kamar. Memastikan sebentar bahwa tidak ada sasaeng, wartawan atau sejenisnya, baru ia bergegas menuju area parkir. Nananya tidak boleh menunggu lebih lama dari ini.

Decit ban terdengar nyaring di area parkir yang luas. Jimin menginjak pedal gas, lincah memutar stir dan langsung masuk ke jalan raya untuk bergabung dengan mobil lain yang searah.

Di tempatnya, Nana berdecak sebal. Sudah hampir satu jam ia menunggu dan Jimin belum datang. Senja sudah pergi sedari tadi, lampu jalan menyorot terang, mengganti matahari yang beristirahat sejenak.

Beruntung, lima menit kemudian sebuah mobil berwarna hitam menepi. Tanpa harus menurunkan kaca jendela yang gelap, Nana sudah tahu siapa pengemudi di dalamnya.

Sembari berdecak, si cantij langsung berdiri dan menghentakkan kaki, baru masuk ke mobil dengan wajah cemberut.

"Kau marah?" Jimin melirik sambil menjalankan mobil.

"Ya menurutmu?" Nana berdecak. Wajahnya bertekuk menggemaskan, benar-benar kesal dengan pertanyaan super tidak penting dari sang kekasih.

"Maaf, aku baru bangun."

"Terserah."

Nana menyandarkan punggung. Hatinya masih kesal, tapi rasa kantuk malah mengganggu. Apalagi Jimin dengan sengaja memutar lagu bertempo lambat, sangat mendukung Nana untuk terlelap.

Menarik napas, gadis cantik itu pun menutup mata. Melupakan rasa kesal, kantuk lebih berkuasa sekarang.

Dia... ingin tidur.

—♪

Nana membuka mata dan objek pertama yang ia tangkap adalah langit-langit ruangan berwarna putih dan aroma lembut yang merasuk ke penciuman. Simpul-simpul otaknya bekerja dengan cepat, memberitahu bahwa ia berada di kamar Jimin dan harum yang dicium adalah milik lelaki Park tersebut.

"Jimin?"

"Mm?"

Nana menoleh ke samping, tepatnya ke sofa yang biasa jadi tempat mereka bercengkrama. Tetapi, ada yang sedikit berbeda dari Jimin. Rautnya datar, seperti menyimpan kesal dan situasi mendadak jadi menegangkan.

"Taehyung lebih menarik dariku, huh?"

Menelan ludah, Nana pun melirik ponselnya yang di tangan Jimin. Pasti lelaki itu membaca chat-nya dengan Mia yang membahas soal Taehyung. Ya... dia memang mengatakan bahwa sedikit tergoda dengan si tampan Kim.

"Memangnya live-ku kurang untuk menarik perhatianmu?" Jimin mengomel, kesal sekali dia gara-gara secuil percakapan tidak penting itu. Padahal jika di hari biasa, tidak di saat dia berpisah dengan Nana, dia pasti tak akan sekesal ini.

"Bukan begitu, tapi—"

Nana mengerutkan kening saat menyadari bajunya sudah diganti dengan lingerie berwarna putih. Ia bangun, heran memandang baju seksi itu, lalu ganti memandang Jimin yang menopang kepala.

"Aku yang mengganti. Pemanasan sebelum hukuman."

Habis sudah.

"Jimin...."

"Hmm."

"Maaf...," pinta Nana memelas.

"Kau tahu apa yang harus dilakukan, 'kan?"

Situasi yang sangat menyebalkan.

"Here, come to Daddy." Jimin menyandarkan punggung, lalu merentangkan tangan.

Meski risih dengan pakaiannya, Nana tetap berjalan mendekati Jimin.

"Buka."

Sialan!

"Satu...."

"Dua...."

Berdecak, wanita cantik itu pun meloloskan kain tipis tersebut dari tubuhnya. Jimin tersenyum senang, sudah lama dia tidak melakukan ini.

"Apa lagi?" tanya Nana kesal.

"Kita tidur. Sudah malam."

What?!

Jimin tertawa kecil, berdiri, lantas langsung menggendong Nana ala bridal. Tak peduli wajah heran sang kekasih, ia pun menuju tempat tidur dan merebahkan Nana ke sana.

"Good night, Baby," katanya sambil mengecup kening si cantik.

Nana masih memandang bingung saat Jimin berbaring di sampingnya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua.

"Jim, bukannya...?" Nana bergumam heran.

"Bukannya apa?" Si tampan tersenyum menggoda sambil menopang kepalanya dengan satu tangan. Sedang satu tangannya yang lain merapikan rambut Nana.

"Itu... kupikir...."

"Hmm?"

Nana mengerjap.

"Kau mau sesuatu?" bisik Jimin sembari mengerling nakal, berhasil membuat rona merah hadir di pipi sang kekasih.

"Nana harus tidur sekarang." Nana menarik selimut dan membalikan tubuh, malu karena pikirannya terbaca oleh Jimin.

"Benarkah?"

Perut Nana menegang saat jemari sang kekasih menyentuh lembut, menghantar percikan listrik yang membuat panas. Ditambah lagi bibir lelaki itu sudah berada di bahunya, benar-benar kombinasi sempurna yang membuat Nana kehilangan akal.

"Katakan apa yang kau mau, Na." Jimin berbisik, sedikit menggigit bahu yang terbuka, membuat empunya mendesah kecil.

"Nana...."

"Enghh... Nana mau Jimin."

Satu pernyataan yang membuat Jimin tak lagi ragu dalam setiap gerakan dan sentuhan. Yang pasti, malam ini akan jadi malam yang sangat panas untuk mereka berdua.

—FIN—

[Jimin ❣ Nana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang