14 : Suspicion

138 8 0
                                    

Ada sesuatu dari Jove yang membuat Jana yakin kalau cowok itu memiliki hubungan dengan Dave. Kemiripannya dengan Dave juga membuatnya semakin yakin, pasti cowok pendiam itu memiliki jawaban atas segala pertanyaan yang menggantung di benak Jana tentang Dave. Semuanya tentang Dave. 

Mengapa Dave menyamar menjadi seorang 'Jove' kalau misalnya Dave tidak mengenal Jove? Apa hubungan yang dimiliki keduanya? Mungkinkah Jove mengetahui siapa yang membunuh Dave? Mengapa keduanya begitu mirip, kalau misalnya semua terus mengatakan padanya bahwa tidak ada hubungan apa pun di antara Dave dan Jove?

Jana yakin ia bisa menemukan jawaban-jawaban itu. Rasanya menyakitkan melihat seseorang yang dulu ia kenal bernama Jove telah meninggal, dan kini seseorang yang bernama asli Jove muncul di hadapannya dan bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Ia hampir gila memikirkan Dave, ia stress, ia depresi. Bagaimana tidak, ia sudah sangat menyukai Dave. Dan cowok itu meninggal di hari ulang tahunnya!

Satu-satunya hal yang menjadi kunci, yang bisa menariknya dari depresi, adalah Jove sendiri. Mengamati cowok itu diam-diam, mencari tahu segala sesuatu tentangnya-walau membutuhkan waktu yang lama, adalah kunci yang tepat.

Dan Jana bisa bersabar, demi Dave. Karena ia menyayangi Dave.

Setiap saat, setiap hari, Jove tak pernah luput dari matanya di sekolah. Walau tidak sekelas, Jana terus mengamati cowok itu setiap istirahat. Tentunya diam-diam, karena ia tidak mau Jove mengetahui dirinya mengamati diam-diam.

Benar saja, keberadaan Jove di Casaluna memang menggemparkan. Bukan hanya kenyataan bahwa 'Jove' yang dahulu bukanlah yang sebenarnya, tetapi karena ternyata Jove yang sebenarnya lebih tampan. Githa dan kawan-kawan, serta seluruh cewek kegenitan di Casaluna, berusaha sebisa mungkin untuk menarik perhatian Jove. Tentu saja berharap ingin lebih dekat sekadar dari teman, tapi sayangnya untuk menjadi teman bicara Jove saja susahnya setengah mati. Sedangkan yang cowok-cowok merasa tersaingi dengan ketampanan, kekayaan, serta kekerenan yang dimiliki Jove. Mereka berlomba-lomba menarik Jove masuk ke dalam gengnya, mengajaknya berkumpul bersama, tapi sayangnya yang ditawari malah tutup kuping.

Dalam hati Jana tertawa, sekaligus bertanya-tanya. Tidak pernah ia melihat teman-teman Casaluna setengah mati ingin bergaul dengan Jove. Biasanya, ia yang setengah mati ingin mencari teman. Sekarang keadaan berbalik.

Jove adalah seseorang yang pendiam, gemar menyendiri, dan....dingin. Dimana rasanya Jana pernah mendengar seseorang yang menceritakan sosok seperti itu kepadanya? Entahlah. Tapi memang Jana diam-diam kagum. Kalau saja ia sedang tidak dalam misi menemukan keadilan untuk Dave, ia sudah ikut-ikutan yang lain memuja Jove.

Dan kabarnya, Jove adalah anak yang cerdas, bukan pintar saja-melainkan cerdas. Jana tidak pernah mendapati cowok itu mengikuti pelajaran di kelas. Ia hanya tertidur di kursinya di pojok belakang, dan saat ulangan-ia selalu yang pertama selesai. Ia tidak pernah mengerjakan PR. Ia tidak pernah mengerjakan tugas. Mungkin guru-guru tidak memarahi atau menegurnya karena beberapa alasan. Pertama, ia adalah putra dari konglomerat yang masuk ke dalam peringkat lima besar di Indonesia dan sepuluh besar di Asia. Kedua, karena walaupun tidak pernah menyentuh buku pelajaran, Jove sudah bisa menempati peringkat pertama di kelasnya.

Jana tahu Jove kadang dipanggil ke ruang kepala sekolah. Itu juga membuatnya bertanya-tanya. Apakah...mereka membicarakan soal kematian Dave? Entahlah, bisa juga mengenai hal yang lain.

Diam-diam Jana mencari waktu yang tempat untuk berbicara empat mata dengan Jove. Sepulang sekolah, ia selalu telat. Kalau tidak ada cewek-cewek genit yang menghampirinya, ya Jove pulang cepat-cepat dengan motor besar berwarna hitamnya. Istirahat? Tidak mungkin di kantin, banyak orang. Bagaimana jika Jove menolak untuk berbicara dengannya? Bisa-bisa ia dilempari tawa dari anak-anak yang lain. Pasti mereka berpikir ia ingin berteman dengan Jove. Kadang juga cowok itu menyendiri di halaman belakang sekolah yang luas, membaca buku di taman. Tapi...Jana takut. Padahal itu adalah kesempatan bagus untuknya. Ia takut...takut untuk berbicara dengan cowok dingin itu, juga takut untuk mendengar kenyataan tentang Dave.

Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang