27 : I Need You More Than Ever

137 7 0
                                    

Awal tahun baru, awal pelajaran baru, awal yang baru.

Jana tidak yakin dengan tahun ini. Entah mengapa, ia memiliki perasaan yang tidak enak saja. Didukung lagi dengan semakin memuncaknya masalah yang ia miliki sekarang, ditambah ruwet dengan hubungannya dengan Jove, ia semakin pusing dan yakin kalau hidupnya jadi berantakan begini. Ia jadi tidak begitu bersemangat lagi.

Perayaan tahun baru saja ia bekerja di Oranje. Tidak ada yang menarik. Keluarga Tante Ani pergi ke Malaysia untuk merayakan tahun baru, dan beberapa anak Casaluna pergi ke luar kota atau bahkan juga ke luar negri. Maklum, mereka kaya-kaya. Siapa anak Casaluna yang merayakan tahun baru dengan mengambil pesanan orang dan mencuci piring kotor serta membersihkan meja? Jana. Siapa lagi.

Tak urung Jana menggalaui Jove. Semenjak kejadian di Bogor waktu itu, Jove tidak berbicara lagi padanya, mendiamkannya. Walau memang wajah dingin dan sikap cueknya itu sudah sangat biasa, tapi rasanya kali ini begitu menyakitkan bagi Jana. Cowok itu kini marah padanya. Tapi, apakah ia salah? Sebetulnya ia juga merasa bersalah karena telah memaki dan menghardik Jove di hadapan banyak orang. Apalagi saat ia tahu kalau ternyata Jove yang membantunya saat ia terjatuh di lembah itu.

Ia semakin merasa bersalah.

Tapi untuk minta maaf ia tidak berani, ia takut, dan ia tahu ia adalah pengecut. Ia ingin sekali memperbaiki hubungannya dengan Jove, ingin sekali. Tapi datang ke rumah cowok itu? Tidak. Terlalu...pribadi. Di sekolah? Harus menunggu dua hari lagi. Karena semenjak rekreasi bersama ke Bogor, sekolah langsung libur.

Ia harus menunggu, ia harus minta maaf. Waktu itu Jove hanya berusaha untuk peduli padanya, dan tidak seharusnya Jana berbalik menyerangnya...Jove juga sudah begitu baik padanya. Mengingat kebaikan Jove (yang sebenarnya lebih sedikit dibandingkan keburukannya) membuat Jana merasa semakin buruk dan tidak enak.

Ia juga rindu Jove. Aneh sekali kan? Siapa dia untuk merindukan Jove?

"Jan! Jana! Heh!" Dea menghampirinya dengan tergesa-gesa, lalu menyenggol sikunya. Jana langsung membuyarkan lamunannya dan berhenti menyiapkan gelas untuk disajikan.

"Hah kenapa!? Sori gue melamun, gue tahu kita ada banyak tamu sekarang...gue nggak tahu kenapa gue melamun..." Jana memelas. Ia sedang berada di bar yang bentuknya lingkaran, tempat melayani langsung pesanan minum dari pelanggan. Letak bar ini di tengah-tengah restoran, jadi ia bisa melihat para tamu yang datang dan sedang makan di Oranje. Dan ia bisa lihat kalau Oranje sedang ramai. Sangat ramai. Ternyata banyak yang menjadikan Oranje sebagai pilihan perayaan tahun baru.

"Bukan! Lo liat tuh siapa yang baru aja masuk ke restoran kita!" seru Dea antusias.

Jana mengangkat wajahnya. Dan sosok itu. Menatapnya balik. Jana terpaku untuk beberapa detik, bertatapan mata dengan Jove. Ya, cowok itu ada di Oranje kini! Seperti mimpi, padahal Jana baru saja membayangkan dan memikirkannya! Tapi kemudian, saat Jana hendak menyunggingkan senyumnya yang paling manis Jove melengos dan duduk di kursi yang paling dekat dengan tempatnya berdiri. Jana langsung memonyongkan bibirnya. Jove masih ngambek, kalau begitu ngapain dia ke sini!?

Hem, mungkin mau makan. Dia kan ke Oranje bukan untuk menemuinya, paling cowok itu hanya ingin mencoba makanan Oranje.

"Itu Jove yang lo ceritain ke gue kan!? Bener lo, wajahnya mirip banget sama Dave!"

"Ya iyalah, Dea...orang jelas-jelas dia adiknya Dave!" Jana memutar bola matanya, "Tapi dia ke sini mau ngapain, ya?"

"Mau ketemu lo kali!"

"Masa sih?" Jana tersipu, "Tapi kayaknya enggak, deh..."

"Aduh! Lo banyak ngomong!" Dea mengambil menu Oranje dan menyodorkannya paksa pada Jana, "Cepetan samperin!" Gadis itu mendorong Jana keluar dari bar.

Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang