30 : The Danger I Don't Want You to Get

131 8 0
                                    

Jove melepaskan helmnya setelah memarkir motornya dari kejauhan. Ia masih mengenakan seragam Casaluna, sengaja tidak ia ganti. Di hadapannya adalah gedung SMA Harmoni yang besar, dan ia sedikit pun tidak merasa ragu atas apa yang akan ia lakukan sekarang. Tanpa ragu lagi ia masuk ke dalam SMA Harmoni, melewati satpam yang hanya memandangnya bingung, dan pergi ke daerah kantin untuk menemui ketua geng mereka yang kemarin telah merusuhi sekolahnya dan yang paling penting, telah melukai Jana.

Tidak ada rasa takut sedikit pun di dalam dirinya.

Ia mengingat-ingat ciri-ciri yang dikatakan Jana. Bibir tebal, mata sipit, tubuh tinggi dan kekar....

Ia melihat orang itu di pojok kantin bersama teman-temannya yang lain sambil tertawa-tawa. Walaupun begitu, Jove sudah tahu itu orangnya. Kelihatan sekali caranya berpakaian seragam begitu bengal dan beringas.

Dari kejauhan salah satu temannya sadar akan kedatangan Jove, oleh karena itu semuanya langsung canggung dan tampak tak pernah menduga bahwa Jove akan memiliki nyali untuk menghampiri mereka di markas mereka. Hal itu membuat mereka bungkam dan terdiam.

"Mana ketua geng kalian?"

"Mau apa lo?"

Ternyata cowok yang dideskripsikan oleh Jana yang menjadi ketua gengnya, sekaligus dalang di balik semua ini.

"Apa lo yang udah melakukan kerusuhan di sekolah gue dan kemarin malam udah menculik salah satu anak Casaluna kemudian membuangnya setelah lebih dahulu menyiksanya?"

Ganang, begitulah nama cowok itu yang dibaca Jove lewat name tag yang terjahit pada kemeja seragamnya, tampak panik.

"Mau lo apa?" ia bertanya lagi, matanya tampak panik dan ketakutan karena kini semua pasang mata menatap mereka berdua.

"Walau gue bukanlah pembunuh temen lo si Tommy itu, tapi kalau lo mau berurusan, urusan lo ama gue." Jove mengangkat dagunya angkuh, "Lo jangan membuat perhitungan sama sekolah gue. Terlebih lagi, jangan lo sakiti temen gue yang kemarin udah lo siksa. Gue bisa aja lapor lo ke polisi, tapi sekarang gue akan membuat penawaran ke elo."

Ganang tertawa, disusuli tawa teman-temannya yang lain di belakangnya.

"Lo mau membuat penawaran sama kita? Maaf, kita bukan pedagang." Ganang merubah raut wajahnya menjadi galak, "Lo lapor polisi gue juga nggak takut. Emang buktinya apa kalau gue udah menculik temen elo?"

"Lo yakin gue nggak bisa? Lo nggak tau siapa gue? Ada nama Maherlangga di belakang nama gue, dan gue yakin lo udah tau apa arti nama itu." Jove mendekatkan wajahnya, "Gue bisa melakukan apa pun yang gue mau ke siapa pun yang gue inginkan."

Ganang mundur beberapa langkah, "Gue nggak takut."

"Hanya pengecut yang beraninya main bergerombol, dan hanya pecundang yang memiliki hati untuk menyiksa seorang gadis."

"HEH! Jangan sembarangan lo ngomong, ya! Lo nggak tau siapa gue? Dengan kedatangan elo ke sini sendirian, jangan harap bisa menyelesaikan masalah! Nyawa harus dibayar nyawa!"

Tangan Jove terkepal menahan emosi. Ingin sekali rasanya ia melayangkan tinju di wajah lebar orang di hadapannya ini.

"Jadi lo kesini mau membuat perhitungan karena gue udah menyiksa gadis lo? Owwh...apa lo sayang sama dia...?" Ganang jalan memutari Jove, membuat Jove semakin kesal. "Kira-kira apa yang akan terjadi kalau...kalau...kita menjadikan dia sebagai pengganti Tommy? Gue kehilangan Tommy, dan lo kehilangan cewek itu...bagaimana kalau itu saja penawaran kita?"

Jove tidak tahan lagi. Ia segera melayangkan tinju terkeras dan terkuat yang paling ia miliki, dan tinjunya itu berhasil membuat Ganang terkapar di lantai dengan sudut bibir yang langsung mengeluarkan darah. Teman-temannya langsung panik, dan beberapa orang di kantin segera jaga-jaga hendak melarikan diri dari adegan tinju-tinjuan itu.

Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang