34 : The Little Play of The Heart

130 8 0
                                    

"Hai, Jan!"

Jana tersentak. Ia mengintip dari balik pintu lokernya dan mendapati wajah Lukas. Lukas? Biasanya Jove, gumamnya sedih dalam hati. Tetapi, ia tetap tersenyum. "Hai,"

"Lo mau ngapain?" tanya Lukas sambil berusaha mengintip isi loker Jana.

"Gue mau ganti baju olahraga, nih. Bentar lagi pelajarannya mulai di lapangan."

Lukas manggut-manggut, namun ia segera mengernyitkan dahi ketika melihat Jana seketika berubah panik sambil mengaduk-aduk isi lokernya. "Ada yang salah?"

"Kaos olahraga gue kemana!?" Jana berubah panik, "Kayaknya gue selalu taruh di loker! Mampus! Mana bentar lagi pelajaran dimulai, lagi!"

"Waduh," Lukas berdeham, "gue juga nggak ada pelajaran olahraga hari ini. Coba lo liat di tas lo, siapa tau ada. Tas lo dimana?"

"Di kelas," Jana menggaruk kepalanya kesal. "gue ke sana dulu, deh."

"Ya, udah. Yuk, gue temenin!"

Karena panik, Jana berlari ke kelasnya untuk memastikan apakah ia membawa baju olahraga atau tidak. Sial, kalau ia sampai lupa, pasti karena tadi malam ia lembur bekerja dan tidur larut sekali! Terlalu banyaknya masalah yang ia miliki saat ini juga begitu menyiksanya. Pikirannya jadi tidak bisa terfokus dan selalu terbayang-bayang oleh masalah itu.

"Aduh, nggak ada!" Jana menepuk dahinya. "Kok gue bisa lupa bawa, sih? Terus sekarang gimana, dong?" Ia terduduk lemas.

"Ya, udah. Mau gimana lagi? Emang nggak ada yang bisa minjemin elo?"

Jana menggeleng lemah. Siapa yang mau meminjamkannya baju olahraga? Memangnya ada yang mau berteman dengannya?

"Hem, Jan. Gue minta maaf banget, nih, gue harus balik ke kelas. Nggak apa kan?"

Jana mengangguk. Ia tersenyum, mengiringi langkah Lukas keluar dari kelasnya. Setidaknya cowok itu telah membantu, batinnya dalam hati. Ia melangkah gontai keluar kelas menuju lokernya, setidaknya memastikan apakah ada baju olahraga di sana. Jelas saja tidak ada, tetapi memastikannya sekali lagi membuatnya merasa lebih baik.

Ketika ia membuka lokernya....

DEG!

Baju olahraga putih dengan sedikit corak merah itu terlipat rapi di lokernya. Jana membuka matanya lebar-lebar. Apakah ia tidak salah lihat? Ia yakin sekali baju ini tidak ada di sini sebelumnya! Ia kan tadi sudah mengubek-ubek! Ia celingak-celinguk, apakah jangan-jangan ada yang mengerjainya?

Entahlah. Sudah jam olahraga, lebih baik ia segera berpakaian dan berkumpul dengan teman-temannya yang lain di lapangan.

Semuanya berjalan lancar, sampai ia tersadar kalau baju olahraga itu bukanlah miliknya. Baju itu begitu kebesaran, celananya juga kedodoran. Baju olahraga tersebut adalah baju cowok. Tetapi, karena terpaksa, ia tetap memakai baju itu. Sampai dirinya pun ditertawakan teman-temannya karena baju yang dipakainya begitu kedodoran dan membuatnya kelihatan begitu lucu dan bodoh.

Ia harus menemukan siapa pemilik baju ini, mengembalikannya, dan bertanya mengapa baju ini bisa berada di dalam lokernya di waktu yang tepat.

Sampai, saat pergantian jam pelajaran, ia tak sengaja lewat di lapangan tempat tadi ia berolahraga. Giliran kelas lain yang memiliki jam pelajaran olahraga kini. Jana lihat dari kejauhan, guru olahraganya sedang memarahi seorang murid, sementara teman-teman sekelasnya yang lain tengah berlari keliling sekolah untuk pemanasan. Murid itu pun dibiarkan berdiri di pinggir lapangan, saat matahari sedang bersinar terik. Jana terkesiap saat menyadari siapa murid yang sedang dihukum itu.

Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang