38 : Why It Has to Be You?

129 7 0
                                    

"Jana! Jana!" Dea berlari-lari menghampiri Jana di bagian dapur Oranje, wajahnya terlihat panik. "Lo harus liat berita di TV! Cepetan!" Ia menarik Jana ke officer lounge, dan menyuruh Jana untuk menyimak berita di TV.

Awalnya, Jana tidak mengerti mengapa berita tentang seorang pengusaha rokok begitu membuat Dea panik dan menyuruhnya melihat berita ini, tetapi kemudian ia mengerti saat tahu siapa pengusaha rokok itu. Pengusaha itu adalah ayah Jove.

Pemilik utama perusahaan rokok Kirchoff, Bramantya Maherlangga, tengah diperiksa oleh pihka kepolisan perihal tuduhan pengedaran narkoba atas dirinya. Ditemani oleh putra semata wayangnya, Jove Maherlangga, pengusaha kaya raya ini pun menghadap kepolisian untuk penyelidikan lebih lanjut....

          Cepat-cepat, Jana melepas celemeknya.

"Eh! Elo mau kemana?" tanya Dea.

"De, tolong! Izinin gue hari ini aja, ya? Gue harus ketemu Jove, pasti dia terpukul dengan berita ini!"

Dea mengangguk cepat.

Dengan sepeda kesayangannya, Jana melesat ke kantor polisi di daerah Jakarta Selatan seperti yang disebutkan tadi di TV. Ia harus menemui Jove. Lewat berita di TV tadi, Jana bisa tahu kalau Jove terpukul. Wajahnya begitu sayu, dan ia tampak begitu geram. Setidanya, Jana berusaha menjadi seorang teman yang baik untuknya, menemaninya di saat-saat seperti ini.

Sesampainya di sana, ternyata begitu banyak wartawan dari berbagai macam sosial media, berusaha untuk masuk dan mewawancarai salah satu dari anggota keluarga Maherlangga. Jana baru tahu, ternyata ayah Jove begitu terkenal. Mungkin, karena kekayaan yang dimilikinya dan perusahaan rokoknya yang terkenal di Asia.

       Setelah sekian lama berusaha menyeruak kerumunan, Jana akhirnya dapat masuk ke dalam gedung kepolisian. Ia mencari-cari sosok Jove, dan sekitar lima belas menit kemudian barulah ia menemui Jove sedang terduduk lemas di ruang tunggu. Ia menumpu kedua tangannya pada kedua lututnya, dan tampaknya ia sedang memikirkan sesuatu dengan keras.

Dengan hati-hati, Jana menghampiri Jove dan menyentuh bahunya perlahan.

"Jov?"

Jove tampak kaget melihat Jana ada di sebelahnya dengan pakaian masih berseragam Oranje.

"Maaf, gue...gue rasa gue harus ada di sini, menemani elo....di saat-saat genting seperti ini."

Jove mengangguk mengiyakan, namun ia tetap tak bersuara. Matanya merah, dan agak sembab.

"Lo bisa bicara sama gue, Jov," Jana menyentuh punggung tangan Jove, berusaha memberanikan dan menguatkan Jove, "apa yang terjadi?"

"Kemarin polisi datang ke rumah, mencari papa. Tapi, papa nggak ada di rumah dan kebetulan memang selalu berada di luar negri." Jove membuka mulut, sementara Jana serius mendengarkan. "Gue tetap sebagai anaknya dibawa ke kantor polisi, dan nggak lama papa menyusul dari Thailand. Ternyata, ternyata..."

"Apa, Jov?"

"Papa dituduh memiliki mafia pengedar narkoba dan ganja di Asia. Tuduhan itu...entah datang darimana, tapi yang jelas polisi hampir memercayainya. Pertama, karena berlimpahnya harta papa. Kedua, karena memang papa memiliki usaha rokok yang beredar di Asia juga."

Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang