29 : I Will Take Care of You

133 8 0
                                    

"Jana!"

Saat Jana dan Jove keluar dari ruang kepala sekolah, seseorang meneriakkan nama Jana dari arah belakang. Lukas.

Jana melirik Jove dengan tidak enak dan canggung. Ia masih ingat apa yang terjadi antara Lukas dan Jove, dan walaupun hanya tersirat Jana tahu Jove sangat tidak suka dengan Lukas.

Lukas berdiri di hadapan Jana dan Jove, "Lo nggak apa-apa?" tanyanya sambil tersenyum. Ia tersengal-sengal karena tadi berlari menghampiri Jana.

Dari sudut matanya Jana menangkap Jove membuang mukanya ke arah lain.

Jana tampak tidak enak karena Lukas sudah begitu baik padanya, namun harus diabaikan oleh Jove. Tapi ia tidak mau menuai keributan dengan cowok itu lagi. "Gue nggak apa-apa, kok."

"Bagus, deh. Oh, ya...Jov..." Lukas mengalihkan pandangannya pada Jove.

Jana menahan napas menunggu apa reaksi Jove.

"Apa bener lo yang membunuh Tommy?"

Jana melotot tidak percaya dengan pertanyaan Lukas barusan. Ia mengalihkan wajahnya, tidak berani melihat apa reaksi Jove.

"Iya, gue yang bunuh Tommy. Selanjutnya, lo yang bakal gue bunuh." Desis Jove penuh benci, disertai tatapan matanya yang berkilat-kilat marah.

Bukannya kasihan dengan Lukas, malah Jana menahan tawa karena perkataan Jove barusan terdengar begitu lucu. Lukas juga tertawa, namun tampak dipaksakan. Jana tahu awalnya Lukas terguncang mendengar jawaban Jove.

"Ah! Ada-ada aja..." Ia berdeham, "Hem...Jana...nanti sore ada acara nggak? Kita makan di luar, yuk!" ajak Lukas antusias.

Jana hendak membuka mulut, namun Jove lebih dahulu bersuara.

"Mau ngapain lo sama Jana? Nanti sore gue ada acara sama Jana, nggak bisa diganggu gugat!" sela Jove ketus.

Lukas terhentak. Wajahnya tersimbul gurat kekecewaaan, "Yah...gue keduluan. Ya udah kalau gitu, lain kali aja, deh. Gue duluan, ya, Jov, Jan!" Ia pun berlalu.

Sepeninggal Lukas, Jana menuntut penjelasan dari Jove.

"Lo ada acara sama gue?" Jana memberikan penekanan penuh di pertanyaannya barusan. "Lo mau mengada-ada apa yang tidak ada?"

"Apanya yang nggak ada?" Jove tampak tidak peduli.

"Lo kan nggak ada bikin acara apa-apa sama gue ntar sore!" pekik Jana gemas.

"Siapa bilang?" Jove menaikkan alisnya dan memakai jaketnya, "Gue baru aja mau ngajak lo makan ntar, sehabis lo kerja di Oranje."

Dalam hati Jana mendengarnya begitu senang, namun ia berusaha mengendalikan dirinya agar tidak terlihat begitu gembira. Pikiran bahwa Jove sedang mengajaknya kencan berusaha ia abaikan.

"Ma...mau kemana?"

"Terserah gue." Jove bersiap memakai helmnya, "Pokoknya lo tunggu aja, ya, di depan Oranje. Nanti gue jemput di sana."

"Tapi gue nggak bawa baju!"

Jove mengernyit, "Siapa bilang gue mau ngajak lo kondangan? Gue cuma mau ajak makan, ngapain harus pake baju bagus?" Ia menyalakan mesin motornya.

Jana mencibir. Ia pun hanya mengamati Jove yang berlalu dari pandangannya dengan motor ninja hitamnya itu.

****

Selesai bekerja di Oranje, Jana cepat-cepat membersihkan wajahnya dan merapikan penampilannya. Walau hanya mengenakan seragam Casaluna, ia harus tetap terlihat segar dan bersih. Jove pasti tampan nanti, walau hanya mengenakan kaus dan celana panjang sederhana. Selama bekerja tadi, ia sampai sulit berkonsentrasi saking senang dan tidak sabarnya menunggu waktu selesai bekerja. Sampai-sampai Dea terus menggodanya telah jatuh cinta pada Jove. Mendengarnya membuat Jana semakin bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apalagi mengingat sikap dan tingkah Jove yang seakan mengarah kepada hal yang sama.

Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang