8 : A Little Bit of Your Heart

140 9 0
                                    

"Ini apa?" tanya Dave.

"Hem....undangan ulang tahun...yang gue bikin sendiri..." Jana mengulum senyum.

Dave menatap kartu undangan berukuran persegi panjang berwarna jingga dengan ukiran silver yang sepadan dengan warna dasar kartunya. Sederhana, namun bagus. "Ini bikinan elo? Bagus juga...lo kreatif ya!"

"Kan gue udah bilang kalau gue ini kreatif," Jana sengaja membuat kartu itu sebagus dan seindah mungkin. Demi Dave!

Dave tertawa.

"Gimana? Elo dateng kan?"

Dave memandang Jana, "Pasti, dong. Gue bakal dateng ke ulang tahun elo. Masih tiga hari lagi."

Tiba-tiba, Githa datang menghampiri Jana dan berdiri di hadapan Jana dan Dave. Ada dua dayang-dayang di belakangnya, yang selalu mengikutinya kemana pun, kapan pun. Gisella dan Dania. Cantik-cantik, tapi tebak saja, bahkan untuk perkalian sebelas mereka tidak hafal.

"Si upik abu lagi merencanakan pesta ulang tahun, hah?" Githa melirik kartu undangan yang ada di tangan Dave. "Lo mau rayain dimana? Kuburan? Atau...taman kota tempat elo suka nongkrong?"

Jana menunduk, menahan emosinya agar tidak keluar. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, berusaha menahan keinginannya untuk  membuat bibir Githa jontor.

"Lo darimana dapet uang? Pasti gaji lo di Oranje lo tabung baik-baik, ya? Kasian. Tapi kenapa nggak di hotel aja, Jan? Kayak kita-kita ini, anak Casaluna. Bukan anak Casaluna kalau nggak sweet seventeen di hotel." Githa kemudian menepuk dahinya, "Ah, gue lupa. Lo bukan bagian dari Casaluna. Untuk membuat pesta gede-gedan di hotel, pasti butuh waktu tiga puluh tahun bagi elo kerja di Oranje. Tapi gue ragu juga, sih. Bisa jadi walau udah tiga puluh tahun, gaji lo itu cuma cukup buat mesen kateringnya doang." Githa berpidato panjang lebar, kemudian ia tertawa-disusul dengan tawa cekikikan dayang-dayangnya itu.

Jana merasa muak. Tapi, bukankah ia sudah biasa dipermalukan seperti ini?

"Emang apa salahnya, sih?" Dave tiba-tiba bangkit berdiri dan menatap Githa tajam, "Apa kalian selalu menilai seseorang dari status sosial dan uang?"

Jana memandang Dave tidak percaya. Baru kali ini ia memiliki seseorang yang benar-benar membelanya.

"Jo..Jove," Githa nampak salah tingkah ditatap oleh Dave, "lo nggak mungkin kan...dateng ke acara ulang tahunnya dia?" Githa memaksakan senyum.

Jana menunggu jawaban Dave.

"Gue akan datang,"

Githa terpekik. Dua dayang-dayangnya juga ikut terpekik. Sedangkan Jana mengulum senyum.

"Jo...Jove, kalau lo mau....gue bisa, kok, adain pesta besar. Lo..nggak harus datang ke pesta ulang tahunnya dia! Iya kan!?" Githa merujuk. Jana tahu sekali ia ingin mengambil hati Dave. Apalagi setelah ia tahu Dave adalah orang yang paling kaya di Casaluna. Dengar-dengar, Githa telah memutusi Rico karena Dave.

Jana hanya tertawa dalam hati. Coba saja kalau Dave mau mengiyakan Githa.

"Walau pesta lo tujuh hari tujuh malam, walau pesta lo adalah pesta termewah, gue nggak akan pernah sudi dateng." Desis Dave.

"WHAT!?" Dua dayang-dayang Githa terpekik kaget.

Githa menghentakkan kakinya ke tanah, lalu pergi dari hadapan Dave sambil mengomel-ngomel. Jana yakin dia sangatlah malu.

"Makasih. Baru kali ini ada seseorang yang belain gue." Jana tersipu.

"Kenapa elo nggak ngelawan?"

"Hah...." Jana menghela napas, "panjang ceritanya."

"Bagaimana kalau...lo ceritain ke gue nanti malam?"

Ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang