2. Gunting, Batu, Kertas

44 14 7
                                    

"Nanti kalo sudah nyampe rumah, terus masuk kamar langsung ganti baju, cuci muka sama gosok gigi ya," ucap Axel memberitahu dan melirik Dera melalui kaca spionnya.

"Uhm."

Setelah itu tak ada percakapan selama perjalanan menuju rumah Dera, hanya semilir angin dan hembusan napas yang mengisi keheningan diantara keduanya. Hingga tak terasa motor Axel sudah berhenti dan terparkir tepat di depan gerbang rumah Dera. Dera segera melepas helmnya, memberikannya pada Axel, lalu berdiri menghadap ke arah Axel.

"Terima kasih ya untuk acara kencannya hari ini," ucap Dera seraya melemparkan senyumnya.

"Sama sama, Der."

"Aku masuk dulu ya," kata Dera.

"Iya, aku juga sekalian pulang, sweetdream sayang," ucap Axel mengakhiri percakapan, lalu menyalakan mesin motornya dan menjalankannya menjauhi area rumah Dera.

Dera melangkahkan kakinya menuju pintu rumah, setelah sebelumnya menutup gerbang. Di ketuknya pintu itu dengan beberapa kali ketukan, Dera menunggu sekitar 8 menit tak ada sahutan atau terdengar kunci pintu diputar dari dalam. Dera menghembuskan napas sebelum memutuskan memencet bel rumahnya. Tak lama dari itu baru terdengar bunyi klek bersamaan dengan Bundanya yang membukakan pintu.

"Lain kali langsung pencet bel aja gak usah sok sokan ketuk pintu dan harusnya sekalian gak usah pulang," ucap Tania–Bundanya ketus.

Dera menundukan kepalanya sebelum menjawab,
"Ini jam 9 pas, Bun aku gak telat kan. Aku juga gak pernah pulang telat meskipun jalan sama siapa aja," balas Dera.

"Kerjaan kamu kan main terus."

"Dera keluar juga seminggu sekali, Bun kalo lebih itupun kerja kelompok kan Bunda tau sendiri."

"Alasan kamu aja kali, sana masuk!"

Dera hanya menganggukan kepala, lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Ia berpikir apakah ketukannya tadi tak terdengar oleh orang rumah? Padahal ia sudah mengetuk pintu beberapa kali, namun tak ada sahutan dari Papa, Bunda, maupun kakak kembarnya. Apa mereka sesibuk itu hanya untuk mendengarkan ketukan pintu? Bahkan Bundanya mengomelinya hanya karena ia mengetuk pintu. Namun saat berjalan melewati ruang tamu ia menemukan Papanya tengah asik bercengkrama bersama Dara seperti terakhir kali ia meninggalkan rumah saat berpamitan dengan keluarganya untuk pergi bersama Axel tadi sore.

"Baru pulang, Der?" tanya Dara mencoba berbasa basi.

"Iya."

Setelahnya Dera berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Semua terasa asing bagi gadis itu, bahkan suasana dalam rumahnya pun tak sehangat yang ia perkirakan, sejak ia duduk di bangku Taman Kanak-Kanak ia hanya tau bahwa kesehariannya ditemani oleh nenek dan kakeknya entah apa kesibukan orang tuanya saat itu yang pasti Dera hanya bersama dengan pasangan suami istri yang sudah sepuh itu. Tiap kali Dera bertanya dimana orang tuanya jawaban yang sama diberikan oleh neneknya yaitu, orang tuanya tengah bekerja.

Sesampainya di kamar Dera merebahkan tubuhnya diatas ranjang, setelah lebih dulu menaruh tasnya diatas meja belajar. Di tatapnya langit-langit kamar seraya menghembuskan napas secara teratur. Tak lama matanya terpejam, namun saat baru memejamkan matanya beberapa menit suara dering ponsel Dera terdengar menandakan satu pesan masuk dalam notifikasinya.

bujank^:
der, temanin

Dera hanya mengernyitkan dahinya, namun dengan cekatan ia membalas pesan Axel.

Dera:
hm? temanin apa?

Setelah membalas pesan Axel, Dera bangkit dari posisi tidurnya, lalu beranjak menuju kamar mandi untuk berganti baju dan menggosok giginya. Hanya butuh 15 menit Dera kini berjalan kembali ke arah ranjangnya, menaruh bantal serta guling dan menatanya sebelum naik keatas ranjang untuk memposisikan tidurnya dengan nyaman. Dilihatnya ponsel yang tadi diletakkannya diatas nakas, melihat beberapa notifikasi yang masuk dan melihat pesan singkat Axel.

Adera dan AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang