4. Dia yang ngelempar?

34 12 14
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 10.15 saat bel tanda istirahat berdering dan menggema di seluruh pelosok sekolah SMA Harapan Tama, murid-murid berhamburan dari kelasnya masing-masing menuju kantin untuk mengisi kekosongan perutnya selama mengikuti jam pelajaran pertama dan kedua di hari ini. Begitupun dengan seorang laki-laki yang kini berjalan beriringan dengan kedua temannya menuju area kantin.

Dengan langkah lebar dan penampilan yang sedikit urakan, rambut acak-acakan, kumis tipis yang sudah tumbuh di area bawah hidungnya, namun masih dengan atribut sekolah yang lengkap. Kini ia berjalan masuk ke dalam kantin dan ikut berbaris seperti murid-murid lainnya yang tengah mengantri makanan pada stand-stand yang menyediakan makanan di kantin sekolahnya.

"Ga, lo aja deh yang ngantri gue gerah nih," ucapnya dan menarik lengan baju Raga untuk menggantikannya mengantri bakso.

"Kebiasaan lo," gerutu Raga, namun diabaikan oleh laki-laki bername tag Fauzan Mahendra itu.

Lalu ia melangkah menjauhi antrian dan mencari tempat duduk di bagian paling pojok dan pemandangan yang secara langsung mengarah ke lapangan. Fauzan melepas 2 kancing teratas seragamnya yang sebelumnya ia sudah menurunkan sedikit dasinya ke bawah.

Ia melihat seorang siswi berjalan melewati mejanya, lalu di panggilnya siswi itu,
"Eh lo," ucapnya.

"Gue?" tanya siswi itu seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Iya lo."

"Ada apa?"

"Pinjam kipas dong, ntar gue balikin kalo ketemu lo lagi," katanya, lalu mengulurkan tangannya ke arah siswi tadi.

"Awas gak lo balikin!"

"Iya ntar gue balikin, mana sini cepat gerah ini."

Siswi tadi menyerahkan kipas lipat yang di bawanya kepada Fauzan, dengan cekatanya laki-laki itu membuka lipatan kipasnya dan langsung ngibaskan kipas itu ke arah wajahnya. Tak lama Raga berjalan ke arah Fauzan dengan nampan yang berisi bakso, siomay, dan 2 es jeruk untuk dirinya dan Fauzan, sedangkan Galang masih sibuk duduk di meja tengah yang tidak jauh dari meja yang di duduki Fauzan dan Raga. Jika kalian bertanya apa yang tengah dilakukan Galang, seperti biasa laki-laki blasteran Jawa-Sunda itu sangat gemar mengoda adik-adik kelas, teman seangkatannya, maupun kakak kelasnya yang ia rasa memiliki wajah cantik.

"Oi, Galang!" teriak Fauzan dari mejanya.

Galang menoleh ke arah suara yang baru saja memanggilnya, lalu berjalan meninggalkan 2 siswi yang tadi tengah duduk bersamanya yang sebelumnya telah berpamitan pada kedua siswi tersebut.

"Apa sih, Jan? Ganggu kegiatan gue aja lo."

"Berisik! Disini aja gak usah ganjen!" kata Fauzan dengan kata yang terdengar memerintah dan nada tidak suka.

"Lo cemburu lihat Galang sama 2 adek kelas tadi, Jan?" tanya Raga penasaran.

"Ya enggak lah ngapain anjir cemburu dikata gue homo, dekat dia aja mual gue."

"Lah terus ngapain lo nyuruh gue disini aja?" tanya Galang galak.

"Pedas mata gue lihat lo ganjen mulu kaya yang gak ada kerjaan."

"Bilang aja lo iri, karena gak ada yang dekatin lo, yakan?" tanya Galang seraya menaik turunkan alisnya.

"Lihat nanti gue bakal dapatin...."

"Dapatin siapa?" tanya Raga dan Galang bersamaan.

Fauzan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin dan ia menemukan seorang siswi yang dicarinya, siswi itu tengah duduk di meja yang terpaut 2 meja dengan Fauzan. Fauzan tersenyum memerhatikan gadis itu, hingga membuat Raga dan Galang menatap satu sama lain. Mereka mengira bahwa Fauzan tengah demam atau terkena jin letoy kantin, namun saat mereka mengikuti arah pandang Fauzan mereka kini mengerti apa arti dari tatapan temannya itu.

Adera dan AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang