13. Dimulai Hari Ini

16 7 12
                                    

Hari ini Dera bangun lebih awal dari biasanya, jam dinding di kamarnya masih menunjukkan pukul 05.13, ketika Dera melipat mukenah yang ia kenakan setelah selesai menjalankan ibadah sholat Shubuh. Dengan tubuh yang lebih segar dan perasaan yang lebih lega, Dera menaruh gantungan mukenahnya di lemari baju miliknya, lalu berjalan ke arah meja belajar dan menata buku-buku yang menjadi mata pelajarannya hari ini.

Sambil bersenandung kecil Dera merapikan bukunya, lalu dimasukan ke dalam tas ransel hitam miliknya. Setelah selesai Dera langsung menuju lemari gantungan dimana seragam sekolahnya berada. Setelah beberapa menit berganti pakaian dan kini tengah memasang dasi pada lehernya Dera dengan langkah kecil-kecilnya keluar dari dalam kamar untuk membuat sarapan pagi ini atau mungkin akan membantu Bundanya.

"Tumben sudah bangun hm?" tanya Tania yang ternyata tengah sibuk dengan wajan dan beberapa bahan masakan untuk membuat nasi goreng.

Dera tersenyum menanggapi ucapan Bundanya, lalu memeluk wanita setengah baya itu dari belakang.

"Dera senang bisa ngerasain kasih sayang Bunda," ucapnya tulus dengan tangan yang masih menggenggam erat perut bundanya.

Tania ikut tersenyum membalas ucapan anak bungsunya yang nampak bahagia hanya dengan hal kecil seperti ini, itulah menurut pengelihatan Tania saat ini.

Tania membalikan tubuhnya untuk menghadap ke arah Dera di usapnya lembut kedua pipi anak bungsunya, lalu mengecup puncak kepala Dera sedikit lebih lama dan di tatapnya manik mata berwarna hitam pekat milik Dera.

"Bunda harap setelah ini kamu bisa membenci Bunda atau setidaknya tolong marah lah pada Bunda, ketika ada kesalahan yang Bunda lakukan. Tolong, Dera dan kamu boleh memperlakukan apapun pada Bunda." Kembali Tania berkata mengenai perihal kebencian, agar putrinya itu mau membencinya, setidaknya ia ingin Dera menumpahkan kekesalan, sakit hati, juga luka-luka yang tertanam pada hatinya, hingga menganggu mentalnya, ketika keluarganya sendiripun tidak berpihak padanya. Termasuk kedua orang tuanya sekalipun.

Tania hanya ingin Dera dapat melampiaskan itu, melampiaskan setiap rasa sakit yang diterimanya, tekanan dari keluarganya melalui air mata, kebencian, ataupun sebuah makian yang siap ia terima dari anak bungsunya.

"Gak setiap hal bisa dilampiaskan melalui salah satunya, Bunda. Dera mungkin memang sakit hati, gak pernah dapat perhatian dari Bunda, tapi semua itu terbayarkan sejak tadi malam. Dera bisa merasakan kasih sayang Bunda dan Bunda jangan minta Dera buat benci Bunda ya? Gak ada seorang anak yang benar-benar bisa membenci orang tuanya sebesar apapun kesalahan yang dilakukannya, Bunda begitupun sebaliknya."

Tania tidak pernah berpikir bagaimana jadinya, ketika Dera tau mengenai satu fakta yang nanti dapat lebih menghancurkan dirinya. Sejak kecil ia telah kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya, bahkan perhatian-perhatian kecil, pertanyaan seputar bagaimana nilai rapot yang di terimanya tak pernah ia dapatkan. Namun setidaknya ada satu orang yang mau menemani Dera kala gadis kecil itu bersedih, tapi bagaimana orang yang di percayainya selama ini ternyata menghianatinya? Tania tak dapat lagi berpikir mengenai bagaimana luka hati anak bungsunya saat mengetahuinya nanti, bagaimana cara untuk memperbaiki setiap kesalahan yang telah dilakukannya.

Mengembalikan apa apa yang telah digoreskan hingga menjadi luka. Tania tidak tau apa yang nantinya akan dilakukan Dera setelah mengetahui faktanya.

Tania hanya menghembuskan napas lelah, mengecup kening Dera sekali lagi dan tersenyum samar di hadapan anak bungsunya. Dan tanpa disadari sejak tadi seorang laki-laki terdiam di depan pintu kamarnya menyaksikan bagaimana interaksi anak dan istrinya kini mulai membaik. Sebuah senyuman terbit di bibirnya saat mengetahui anaknya dapat begitu baik memperlakukan istrinya yang telah melupakannya sejak kecil, namun di sisi lainnya seorang perempuan berdiri di depan penyangga lantai dua dengan tatapan iri, tidak suka dengan pemandangan yang baru saja di lihatnya.

Adera dan AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang