21. Jangan Kasih Kendor (a)

11 6 7
                                    

"Sudah sampe, lo mau tetap nangkring di motor gue aja?"

Kini Fauzan dan Dera tengah berada di parkiran toko buku yang jarak tempuhnya sekitar 20 menit dari rumah Dera. Dera yang masih setia duduk di jok belakang baru tersadar dari lamunannya saat Fauzan menoleh kebelakang untuk menatap Dera dan melemparkan pertanyaan pada gadis itu, hingga membuatnya langsung turun dari atas motor dengan cengirannya serta tangan yang terulur untuk memberikan helm pada Fauzan.

Setelah meletakkan kedua helm pada motornya, Fauzan dan Dera melangkah menuju pintu masuk dan masuk ke dalam toko buku tersebut yang sebelumnya Fauzan telah mebukakan pintu untuk Dera. Di dalam toko Fauzan terus mengikuti Dera yang sedari tadi berkeliling menuju buku-buku pelajaran, komik, agama, hingga novel sekalipun.

Laki-laki itu bahkan tak segan untuk membantu Dera mengambil buku yang kebetulan berada di rak teratas. Dan Fauzan sendiri juga membaca salah satu novel bergenre action atau horror, juga mengecek beberapa komik yang berbeda judul.

Masih dengan Dera yang terus berjalan ke depan menuju rak novel bergenre teen fiction dan dengan Fauzan yang masih setia berjalan mengikutinya dari belakang. Dera mengambil satu buah novel, lalu membalikkan tubuhnya ke belakang untuk menghadap kearah Fauzan yang justru malah menabrak keningnya, hingga membuat kening keduanya berbenturan.

"Kamu ini kenapa jalan kayak yang gak ada remnnya," kata Dera seraya mengusap keningnya.
"Lagian siap yang suruh lo tiba-tiba balik badan terus berhenti mendadak kayak gitu hm?"

"Iya saya mana tau kalo jarak kamu sedikit itu tadi sama saya, kan niatnya saya mau nanya novel ini bagus enggak."

Dera mengangkat novel yang sedari tadi digenggamnya untuk menunjukkan pada Fauzan, memberikannya pada laki-laki itu tepat yang di hadapannya dan masih mengusap keningnya yang terasa sediki sakit.

"Lumayan sih kalo suka beli aja," jawab Fauzan setelah beberapa saat terdiam untuk membaca sinopsis novel yang tadi di pegangnya

Dera mengambil kembali novelnya yang tadi diberikan pada Fauzan, lalu mengangguk dan kembali memutar badannya ke depan. Berjalan lagi untuk mencari beberapa novel yang nanti mungkin akan dibelinya juga.

Menuju rak berikutnya Dera mengambil beberapa buku yang nantinya mungkin dapat ia baca untuk bekalnya menjelang Ujian Nasional atau untuk test masuk kuliah nanti. Fauzan yang memerhatikannya hanya tersenyum, lalu melangkah untuk berdiri di samping Dera yang saat ini tengah sibuk dengan bacaannya.

Fauzan mencondongkan tubuhnya ke samping kirinya untuk membisikkan sesuatu pada Dera yang langsung disadari oleh gadis itu, membuatnya ikut sedikit mencondongkan badannya ke samping kiri agar tidak terlalu berdekatan dengan Fauzan.

"Der," panggil Fauzan yang saat ini tengah berbisik tepat pada telinga kanannya.

Membuat Dera kembali sedikit menggeser kepala serta tubuhnya untuk memberi jarak pada Fauzan.

"Ada apa?" tanya Dera yang sebisa mungkin tidak memerhatikan Fauzan yang saat ini tengah menatapnya.

"Lo tau kenapa gue bisa suka sama lo?"

"Enggak," jawab Dera lugas dengan tangan yang lincah membuka buku yang saat ini digenggamnya dengan dada yang detak hebat.

"Karena setiap hal yang ada di diri lo itu milik lo sendiri."

"Maksudnya?"

"Lo mencintai diri lo dalam segala hal, tapi juga masih bisa peduli sama orang lain."

"Kalo saya gak mencintai diri saya sendiri terus siapa lagi yang mau mencintai saya tanpa melihat apapun dalam diri saya dan mau menerima apa yang menjadi kekurangan, kelemahan dan kelebihan saya?"

Adera dan AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang