Setelah Axel mengantarkan Dera pulang ke rumah dan laki-laki itu sendiri pulang ke rumahnya, kini Dera sudah berada di kamarnya dengan beberapa kaos yang sudah berada di atas ranjang kamarnya. Saat sebelum Axel memutuskan untuk pergi, ia berpesan pada Dera bahwa dirinya akan menjemput Dera kembali pada saat pukul 17.00 sore nanti dan akan mengajak Dera untuk pergi ke suatu tempat. Seperti biasa Dera akan selalu mempersiapkan diri lebih awal dari jam yang sudah di janjikan sebelumnya dan saat ini ia baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap padahal jarum jam di kamarnya baru saja menunjukkan pukul 16.16 yang berarti ia harus menunggu Axel selama satu jam lebih, ketika persiapannya sudah selesai.
Dera berjalan ke arah meja riasnya, mengambil hair dryer lalu menyalakannya untuk mengeringkan rambutnya yang basah setelah keramas. Setelah selesai mengeringkan rambutnya, kini Dera mulai menyisiri rambutnya dan mengepang rambutnya sendiri.
"Susah banget sih cuman buat ngepang doang," gerutunya, ketika ia mencoba mengepang rambutnya, namun rambutnya malah menjadi acak-acakan.
Dera mencoba sekali lagi untuk mengepang rambutnya, saat ia akan menguncir rambutnya dan menjadikan kepangannya menjadi satu gulungan sebuah ketukan terdengar dari luar kamarnya.
Tok tok tok
"Masuk," kata Dera yang masih sibuk menyatukan kepangan rambutnya.
Klik
Terdengar suara pintu di buka dari luar dan sosok Dara yang baru saja masuk ke dalam kamar Dera seraya tersenyum melihat adik sekaligus saudari kembarnya yang kini sudah rapi dan nampak kesulitan membenarkan tatanan rambutnya.
"Sini aku bantuin," ucap Dara yang kini sudah berada tepat di belakang Dera dan mengambil alih rambut Dera.
Dara mengurai rambut Dera, menyisirinya ulang, lalu mulai membentuk sebuah kepangan rapi, menjadikan satu anak rambut yang muncul dan keluar dari genggamannya, membagi rambut Dera menjadi tiga bagian. Lalu menyelipkan bagian rambut satu dengan rambut yang lain dengan sesekali merapikan bagian anak rambut yang keluar. Dera hanya diam dengan sesekali memerhatikan cara Dara mengepang rambutnya dengan telaten melalui kaca rias yang berada di depannya.
Meskipun beberapa temannya mengatakan mengenai Dara yang kemungkinan menyukai Axel ataupun Dara yang tidak suka mengenai hubungannya dengan Axel. Dera merasa tingkah Dara tidak menunjukkan seperti apa yang di bicarakan oleh teman-temannya, meskipun saat malam setelah acara kencannya bersama Axel, Dara tiba-tiba saja menanyakan hal yang tidak biasa. Namun bagi Dera mungkin hanya sebuah pertanyaan spontan, ketika Dara tau jika dirinya memang jarang berkumpul dengan keluarganya. Ia hanya tidak mau merasa terpojok di tengah-tengah antara keluarganya sendiri, meskipun dalam hatinya ia sangat ingin berkumpul bersama layaknya keluarga normal yang berbagi kisah dan canda tawa.
Setidaknya tidak ada yang perlu ia takutan mengenai hubungan persaudaraannya dengan Dara, karena nyatanya sampai saat ini ketika umurnya dan Dara menginjak remaja keduanya masih dengan sikap dan sifat yang sama. Apalagi keduanya adalah seorang anak kembar yang pasti memiliki ikatan batin lebih kuat di banding dengan kakak beradik pada umumnya. Bahkan Dara masih peduli dengan hal-hal kecil yang dilakukan olehnya, mengenai apa yang tidak boleh di makan oleh Dera, sesuatu yang tidak seharusnya Dera lakukan untuk menjaga kesehatannya, begitupun sebaliknya. Keduanya seolah dua manusia, dua tubuh, tapi dengan satu jalan, satu tujuan, dan satu raga. Dera berpikir seberat apapun masalahnya bersama Dara, ia yakin bahwa kisah akhirnya mereka akan kembali memaafkan, lalu bersama selayaknya saudara kembar.
"Uhm sudah!" kata Dara yang masih memerhatikan hasil karyanya pada kepangan rambut Dera.
Gadis itu menyanggul, menjadikan satu kepangan rambut Dera dan merapikannya tepat di tengah-tengah. Dara tersenyum, lalu mendongakkan kepalanya dan menatap Dera yang kini mengamati wajahnya sendiri pada cermin yang berada di hadapannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adera dan Adara
Teen FictionMulanya semua berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan Dera, namun lambat laun perihal sebab karena cinta perlahan datang dan mulai menghantuinya. Perlahan namun pasti orang-orang disekitarnya seakan pergi tanpa ia sadari, hingga suatu waktu ia be...