Dera melangkahkan kakinya menuju rumahnya, masuk tanpa mengetuk pintu, lalu melangkahkan kakinya dan membopong seorang laki-laki yang kini berada dalam pelukannya dan diikuti oleh beberapa langkah kaki lain dari belakangnya. Dera berjalan menuju sofa ruang tamunya, menyuruh lelaki itu untuk membaringkan tubuhnya diatas sofa dengan teman-temannya yang lain.
"Tunggu sebentar saya ambilkan minum dulu," kata Dera seraya melangkah menuju dapur dan kembali dengan nampan yang berisi beberapa gelas teh hangat untuk menetralisir rasa mual pada ketiga adik kelasnya.
"Kalian minum dulu pelan-pelan aja biar gak merasa mual lagi, wajah kali sudah pucat banget," lanjut Dera menjelaskan dan menaruh gelasnya di depan ketiga adik kelasnya yang langsung diteguk oleh mereka secara perlahan.
Setelah meneguk beberapa kali teh hangat yang tadi diberikan Dera kini Fauzan, Raga, dan juga Galang menghembuskan napas lega, karena telah terbebas dari rasa mual dan pusing saat menaiki angkot tadi. Mungkin suasana dan sedikit bebauan yang ada dalam angkot membuat ketiganya mual, hingga menumpahkan isi perutnya. Sebab mereka tidak terbiasa menaiki angkutan umum pada umumnya yang mengakibatkan wajah mereka menjadi pucat.
Namun beruntung kini ketiganya kembali membaik setelah meminum teh hangat yang Dera bikin untuknya.
"Lo pada mau nginep disini?" tanya Raevy yang kini nampak duduk dengan anggun disamping kanan Dera.
"Pulang lah ngapain kita tidur disini, kita bertiga bukan lo yang suka nginep-nginep nyari makan gratis yang enak ya corong," jawab Raga ketus seolah telah mengibarkan bendera perangnya pada Raevy.
Raevy mendengus mendengar perkataan Raga membuatnya geram dan ingin menjawab setiap celotehan pedas yang datang dari mulutnya, namun sebelum hal itu dimulai olehnya perkataan Dera membatalkan aksinya tersebut.
"Kalian bisa istirahat sebentar disini, mungkin beberapa jam gak usah buru-buru takutnya malah kenapa-kenapa dijalan," ucap Dera lembut yang di angguki oleh ketiganya dan membuat mereka menyandarkan kepalanya pada kepala sofa dan memutuskan untuk memejamkan mata.
Dera menarik tangan Raevy untuk mengikutinya menuju kamar berniat untuk mengganti baju dan meminta Raevy untuk menemaninya.
"Kamu kok bisa kenal sama Fauzan, Der? Bukannya dia adik kelas yang waktu itu sudah lempar kertas ke kamu waktu itu kan?" tanya Raevy dengan nada dan tatapan menyelidik seolah menuntut sebuah jawaban dari Dera.
Dera mengangguk, lalu menjawab, "dia tiba-tiba dekatin aku, Rap, terus minta nomor telepon aku, ngikutin aku kemanapun tiap kali aku disekolah, bahkan dia meluk aku waktu...."
Dera menghentikan kalimatnya sejenak, namun ketika ia ingin menjawab tenggorokannya seakan tercekat dan membuatnya mengurungkan niatnya, lagi pula ia tidak ingin sahabatnya itu bertengkar mengenai hal hal yang berhubungan dengan dirinya.
"Waktu apa, Der?" tanya Raevy yang melihat Dera tidak melanjutkan kalimatnya, namun justru malah melamun.
"Ehm... enggak, Rap maksudnya waktu aku lagi latihan tinju tadi dia tiba-tiba dekatin aku terus meluk aku gitu aja," jawab Dera lancar tanpa mengundang kecurigaan pada Raevy dan itu membuat Raevy mengangguk memercayainya, lagi pula ia juga tidak berbohong mengenai hal itu, karena tadi saat dirinya telah selesai melaksakan sparing tanpa diminta Fauzan telah memeluknya begitu erat.
"Dia kayanya suka sama kamu deh, Der," kata Raevy yang curiga dengan garak-gerik adik kelasnya tersebut yang nampak gencar mendekati Dera, padahal ia sendiri tau bahwa Dera memiliki seorang kekasih.
"Kok kamu mikirnya gitu?" tanya Dera yang kini sudah berada di dalam kamarnya dan mendudukan dirinya diatas ranjang miliknya bersama dengan Raevy yang mengikutinya disisi kanannya.
"Lihat deh bahkan dia sekarang gencar banget dekatin kamu kaya yang waktu muntah tadi, dia kaya nyari perhatian kamu," jawab Raevy.Dera hanya tersenyum menanggapi perkataan Raevy, namun ia tidak pernah berpikir hingga sejauh itu, mungkin saja Fauzan hanya ingin mengenalnya sebagai kakak kelas? Menjalin hubungan pertemanan dengannya? Atau hal lain yang menjadi fokusnya untuk mendekati Dera.
"Tunggu sebentar aku ganti baju dulu," kata Dera, lalu beranjak dari tempat duduknya ke arah lemari, menyambar baju dan bawahan celana tiga perempat, lalu berjalan kearah kamar mandi untuk mengganti seragamnya.
Seseorang membuka pintu kamar Dera, ketika Raevy tengah sibuk dengan ponselnya dan berpindah mendudukan dirinya diatas kursi belajar milik Dera.
"Lo ngapain di kamar adik gue?" Sebuah suara dengan nada yang sedikit ketus dan tatapan tidak bersahabat terdengar bersamaan dengan Dara yang berdiri di ambang pintu kamar.
"Gue temannya dan Dera yang ngajak, dimana masalah lo sampe-sampe lo judes sama gue?" tanya Raevy cepat, setelah memberikan perhatian penuh pada Dara.
"Terus 3 cowok di ruang tamu siapa?" Kembali Dara bertanya seraya menatap tajam ke arah Raevy.
"Adik kelas kita, aku yang bawa kesini mereka lagi sakit," jawab Dera dengan handuk yang bertengger di bahunya dan melangkah masuk ke dalam kamarnya.
"Oh, ada Axel di bawah mau ketemu sama kamu katanya," kata Dara dan dibalas anggukan oleh Dera.
Dara berbalik berniat untuk keluar dari dalam kamar Dera, namun sebelum itu ia melemparkan tatapan dingin dan menusuk kearah Dera yang dapat dilihat oleh Raevy dengan ekor matanya. Nampak jelas tercetak segaris lengkungan di bibir Dara yang menandakan bahwa ia tidak suka padanya atau entah tidak menyukai Dera dan hal hal lain yang membuat Dara sedikit ketus saat ini.
"Rapia, mau ikut ke bawah atau disini aja istirahat hm?"
"Ikut aja."
Dera menganggukan kepalanya, lalu berjalan keluar kamar dan menuruni tangga, di bawah sudah ada Axel yang duduk di sofa ruang tamu bersama dengan Fauzan, Galang, dan Raga yang tampaknya masih memejamkan matanya.
Dera menghampiri Axel, tersenyum ke arah kekasihnya itu. Namun belum sampai di hadapan Axel laki-laki itu sudah beranjak dari duduknya, lalu menarik pergelangan tangan Dera menuju ruang makan rumahnya dengan tarikan yang cukup kencang.
"Kenapa adik kelas itu ada disini?" tanya Axel yang sudah melepaskan cengkeraman tangan Dera.
"Tadi habis latihan mereka minta pulang bareng dan kita naik angkot, pas turun mereka muntah kebetulan turunnya di halte dekat perumahan depan, jadi aku bawa kesini," jelas Dera.
"Kamu sendiri tadi kenapa tiba-tiba pergi ninggalin aku? Dan sekarang datangnya tadi bareng sama Dara?"
"Aku kesel sama pertanyaan kamu yang seakan-akan nyudutin aku tadi dan aku kebetulan ketemu Dara dijalan aku ajak bareng aja," jelas Axel yang kini menggiring Dera untuk duduk di kursi meja makan.
"Maaf aku gak bermaksud kaya gitu, aku tadi cuman nanya gak bermaksud apa-apa kok serius."
"Iya sayang aku tau kok." Axel mendekatkan kursinya dengan kursi Dera mengusap puncak kepala kekasihnya itu dengan sayang dan senyuman yang terbit dibibirnya.
"Aku minta maaf—"
"Axel, ayo aku sudah selesai!" Dara berseru dan meraih pergelangan tangan Axel, menarik laki-laki itu untuk berdiri dan beranjak dari tempat duduknya memotong ucapan Dera pada Axel.
"Kalian... mau kemana?" tanya Dera yang terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Dara.
"Der, pinjam Axel bentar tadi dia sudah janji mau anterin aku ke rumahnya Laili. Duluan ya, Der!"
Setelah itu Dara telah menarik Axel untuk mengajaknya pergi bersamanya, Dera yang melihat hal itu hanya tersenyum menyaksikan kedekatan antara kakak kembarnya dan kekasihnya yang nampak begitu intim. Namun kenapa? Sejak kapan Axel mau diajak pergi dengan perempuan lain selain dirinya?
Sejak kapan kedekatan keduanya semakin terlihat begitu lekat? Ketika sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada kedekatan Axel dan Dara membuat Dera tak sadar ada sebuah tepukan pada bahunya, membuatnya menoleh dan mendapati Raevy berdiri dan tersenyum kearahnya.
"Gak perlu diambil hati, mungkin mereka cuman dekat aja gak sesuai dengan apa yang kamu pikirkan," kata Raevy mencoba menyemangati Dera.
Namun dilain sisi hatinya Raevy berkata dalam batinnya,
"aku bakalan bantuin kamu buat cari tau apa yang terjadi diantara keduanya, Der."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adera dan Adara
Teen FictionMulanya semua berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan Dera, namun lambat laun perihal sebab karena cinta perlahan datang dan mulai menghantuinya. Perlahan namun pasti orang-orang disekitarnya seakan pergi tanpa ia sadari, hingga suatu waktu ia be...