"Boncel! Mau naik yang itu," ucap Dera seraya menarik-narik kaos yang di pakai Axel dan menunjuk-nunjuk permainan yang ingin dinaikinya, merengek layaknya anak kecil yang jika tidak dituruti ia akan rela menangis, hingga menggulingkan tubuhnya di tengah keramaian.
Axel menarik napasnya dalam sebelum menghembuskannya, lalu berkata, "iya ayo sayang naik."
"Ayooo!"
Setelah itu keduanya menuju tempat penjualan tiket dan memesan dua tiket untuk Dera dan Axel. Dera nampak antusias dan sudah meloncat senang seperti balita yang baru saja mendapatkan permen berbungkus-bungkus. Kini Axel dan Dera tengah mengantri di depan gerbang permainan ombak banyu. Dengan antusias Dera menggenggam pergelangan tangan Axel dan ketika gilirannya untuk menaiki wahana bersama Axel, Dera terlebih dahulu maju, lalu duduk di salah satu tempatnya dengan Axel yang duduk pada kursi sebelah tempat duduk Dera. Setelah sang petugas wahana menutup palang tempat duduknya dan mulai menjalankan wahana dengan senyum merekah Dera menikmati permainan.
Sesekali ia terkekeh, karena merasa dibuat pusing dengan wahana ombak banyu tersebut. Kecepatan kencang membuat air matanya sedikit keluar kala ia tertawa menikmati putaran wahana dan setiap apa yang dilakukan Dera tak luput dengan perhatian Axel yang juga menikmati permainan dari tempatnya di sebelah Dera, laki-laki itu tersenyum, tercetak jelas dari sudut-sudut bibirnya yang terangkat ke atas. Memerhatikan Dera yang sangat bersemangat dan senang ketika gadis itu menaiki beberapa permainan.
Sekali lagi, Axel merasa senang, bahagia, dan turut sedih secara bersamaan. Axel senang dapat menemani Dera seperti ini, bahagia dengan apa yang dilakukannya bersama kekasihnya, bahkan ia tak pernah menyesal sekalipun meskipun Dera mengajaknya ke tempat-tempat kesukaannya, namun juga sedih ketika merasa bahwa apa yang dilakukannya untuk Dera saat ini tak luput hanya untuk memberi kenangan yang lebih indah untuk di kenang Dera nanti.
Yang pasti Axel percaya bahwa waktunya bersama Dera adalah salah satu hal yang membahagiakan dan sangat menyenangkan dalam kisah hidup yang dijalaninya.
Wahana ombak banyu baru saja berhenti, membuat Dera memegangi kepalanya, karena sedikit pusing setelah beberapa putaran, dibuat seolah-olah ia tengah berkeliling di suatu tempat yang sama. Axel kembali menggenggam tangan Dera menuju gerbang keluar wahana ombak banyu, berdiri di dekat tiang-tiang antar wahana.
"Mau naik apa lagi?" tanyanya pada Dera.
"Uhm... itu aja," jawab Dera seraya menunjuk sebuah permainan yang berada beberapa meter di depannya.
Dera dan Axel berjalan menghampiri stand permainan lempar gelang dengan Axel yang sudah membayar untuk satu kali permainan. Pada awal permainan Dera mencoba melempar gelang ke depan mengarahkan pada kaleng-kaleng yang menjadi targetnya, agar gelang yang dilemparnya masuk mengenai salah satu kaleng, namun pada saat melempar Axel dengan jahilnya menyenggol bahu Dera dan membuat gadis itu melemparnya terlalu kencang, hingga lemparan gelangnya justru melampui objek kaleng.
"Axel!!" geramnya pada Axel yang kini justru terkekeh geli melihat ekspresi Dera.
Dengan sedikit menghentakkan kakinya Dera merebut semua gelang yang ada dalam genggaman Axel membuat bapak-bapak yang menunggui stand lempar gelang ikut tertawa dengan tingkah sepasang kekasih di hadapannya saat ini.
"Jangan diusilin gitu, Mas nanti pacarnya nangis loh," kata bapak-bapak tersebut.
"Bukan nangis, Pak dia garang. Bukannya ngerengek malah nendang," jawab Axel setengah berbisik, namun masih bisa di dengar oleh Dera.
"Aku dengar ya, Axel!"
"Eh iya iya maaf hehe," katanya seraya mengelus lengan Dera.
"Tuhkan, Pak baru diomongin sudah ngegong-gong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adera dan Adara
Teen FictionMulanya semua berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan Dera, namun lambat laun perihal sebab karena cinta perlahan datang dan mulai menghantuinya. Perlahan namun pasti orang-orang disekitarnya seakan pergi tanpa ia sadari, hingga suatu waktu ia be...