Jam telah menunjukan pukul 06.00, ketika Dera baru saja beranjak dari kamarnya dan bergegas turun untuk sarapan bersama keluarganya. Dan seperti biasa Papa, Bunda serta saudari kembarnya–Dara sudah lebih dulu memenuhi meja makan. Dera melangkah ke arah dapur, mengambil kotak bekal dan mengisi beberapa makanan serta nasi yang akan di bawanya nanti ke sekolah.
"Gak ikut sarapan aja, Der?" tanya Tania yang sedari tadi memerhatikan gerak gerik anak bungsunya.
"Enggak, Bun sarapan di sekolah aja nanti sama Axel sama teman-teman," jawabnya dengan terus memasukan beberapa jenis lauk dalam kotak bekalnya.
"Keluarga kamu itu sebenarnya siapa?!" Sebuah suara tegas dan sangat mengintimidasi terdengar dari sebelah kiri Dera. Gadis itu tau suara siapa yang baru saja bertanya padanya, namun sebisa mungkin ia mencoba menghindar–mungkin lebih tepatnya mengabaikan, agar tidak menjadi pagi buruknya hari ini, karena berdebat dengan Zainal–papanya.
"Aku berangkat duluan, Pa, Bun," pamitnya seraya mencium punggung tangan kedua orang tuanya secara bergantian.
"Dar, duluan."
Dera langsung berjalan ke arah pintu, setelah berpamitan dengan orang-orang rumahnya dan di depan gerbang ia melihat sudah ada Axel yang menaiki motornya. Dihampirinya kekasihnya itu seraya melambaikan tangan dan tersenyum.
"Dari tadi?" tanya Dera, lalu mengambil helm yang sudah di ulurkan oleh Axel padanya
"Dari shubuh sih, Der," balasnya dengan cengiran khas Axel yang menunjukan lesung pipinya.
Dera hanya memutar bola matanya malas sebelum menjawab, "edan!"
Setelah itu ia segera menaiki jok belakang motor Axel dan segera berangkat ke sekolahnya sebelum terlambat."Pegangan nanti jatuh!" Intruksi Axel yang kini sudah menarik kedua tangan Dera, lalu melingkarkannya disekitar area perutnya tanpa menunggu respon gadis itu terlebih dahulu.
"Modus minta dipeluk. Cih!"
Axel hanya menunjukan cengiran dengan deretan giginya yang tertata rapi melalui kaca spion.
"Berangkatt!" kata Axel dan berjalan meninggalkan area rumah Dera.Selama perjalanan menuju sekolah, keduanya, baik Axel maupun Dera memutuskan untuk sama-sama diam dalam pikiran mereka masing-masing. Dera dengan pikirannya mengenai percakapannya dengan Dara semalam dan Axel yang fokus dengan jalanannya.
Sesampainya di depan gerbang SMA Harapan Tama, Axel langsung memasuki gerbang dan memarkirkan motornya di tempat parkir yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Dera turun terlebih dahulu dari motor Axel, lalu melepas helmnya dan memberikannya pada Axel. Keduanya jalan beriringan menuju kelasnya yang kebetulan kelasnya hanya terpisah satu kelas dengan kelas lain. Beberapa siswa siswi Harapan Tama menyapa Dera maupun Axel yang notabenenya memang termasuk dalam murid yang rajin dan pandai dalam bidang akademik, meskipun keduanya berbeda kelas, karena Axel yang masuk kelas IPA-3 sedangkan Dera masuk kelas IPA-1.
Axel dan Dera menghentikan langkahnya tepat di depan kelas yang bertuliskan XII IPA-1 di papan tag dekat pintu. Dera tersenyum menghadap ke arah Axel, lalu berkata, "aku masuk duluan ya."
"Belajar yang rajin," ucap Axel seraya mengangguk dan tersenyum, lalu tangannya terulur mengacak rambut Dera.
"Siap!"
"Ekhem... Terciduk pasangan muda mudi yang tengah beromantis ria di pagi hari yang setengah cerah ini," ucap suara yang berasal dari belakang Dera. Baik Dera maupun Axel menoleh dan mendapati Raevy juga Lalis–kedua sahabat karib Dera baru saja datang.
"Dasar juomblooo!" balas Dera dengan menekan kata jomblo dan memajukan bibirnya ke hadapan Raevy dan Lalis.
"Jomblo itu termasuk dalam seni membahagiakan diri sendiri," ucap Lalis ikut menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adera dan Adara
Teen FictionMulanya semua berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan Dera, namun lambat laun perihal sebab karena cinta perlahan datang dan mulai menghantuinya. Perlahan namun pasti orang-orang disekitarnya seakan pergi tanpa ia sadari, hingga suatu waktu ia be...