"Apa yang kamu dengar tadi gak seperti apa yang kamu pikirkan, Dera." Kini Axel mulai menjelaskan apa yang baru terjadi saat Dera tiba-tiba muncul dari dalam rumahnya dengan rahang yang sedikit mengeras seraya menatap ke arah kedua orang tuanya, Dara, dan begitupun dengan Axel. Seolah meminta penjelasan melalui tatapan matanya.
Namun sangat disayangkan yang mengerti tatapan gadis itu hanya Axel yang dengan cekatan menarik pergelangan tangan Dera untuk menjauhi keluarganya.
"Permisi om tante saya mau mengajak Dera untuk keluar sebentar," katanya berpamitan pada Zanial dan Tania, lalu meraih pergelangan tangan Dera.
"Oh Dera sudah pulang kirain tadi masih keluyuran, ternyata di dalam bagus deh dia dengar semuanya," ucap Tania ketika Dera dan Axel baru saja melangkahkan kakinya.
"Bunda, apasih!" Tegur Dara pada Tania.
Dan disinilah Axel dan Dera berada, di sebuah taman dekat kompleks perumahan Dera yang kebetulan tidak terlalu ramai pengunjung.
"Aku gak berpikir apa-apa aku cuman kaget aja ada kamu di rumah padahal tadi kamu bilang gak bisa anterin aku pulang dan kamu sama Dara?"
"Aku bisa jelasin semuanya, Der."
"Silakan," kata Dera seraya mendudukan dirinya di bangku panjang taman.
"Aku...."
"Kenapa hm?"
"Kasih aku waktu sampai pengumuman kelulusan nanti supaya aku bisa ngejelasin semuanya," ucap Axel dengan kepala tertunduk, tidak tega melihat reaksi yang akan diberikan Dera nantinya.
"Kenapa aku harus nunggu sampai pengumuman kelulusan, sedangkan kamu sekarang ada disini hm?" Sekali lagi Dera bertanya dengan mata yang terus terpusat pada Axel.
"Pliss... kasih aku waktu sampai pengumuman kelulusan ya." Axel kembali memohon dengan tangannya yang kini menggenggam tangan Dera erat dan wajah yang sudah di dongakkan untuk menatap manik mata Dera yang terlihat sayu.
Dera hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas permohonan Axel. Dan Axel sendiri langsung mendekap tubuh Dera dengan erat, mengusap punggung dan kepala belakang gadis itu seraya berkata dalam hatinya,
"maaf, Der maaf aku cuman butuh waktu lebih lama dengan kamu. Maafin aku."Adera dan Adara~
Sekembalinya Dera dari taman Papa, Bunda, dan juga saudari kembarnya tengah berkumpul di ruang makan untuk melaksanakan makan malam bersama seperti malam-malam sebelumnya. Dera melangkahkan kakinya menuju tangga dengan langkah-langkah kecilnya.
"Habis mandi langsung turun, Der," kata Tania yang hanya dibalas anggukan lesu oleh Dera.
Perlahan namun pasti Dera membuka pintu kamarnya, masuk ke dalam kamar, lalu menutupnya kembali. Ia baringkan tubuh lelahnya diatas ranjang empuk di dalam kamar miliknya. Saat ini pikirannya mulai melayang mengenai beberapa hal yang ia ketahui dan terasa ganjal akhir-akhir ini. Mulai percakapan Dara dengan Axel di ruang tamu sepekan lalu, ciuman yang diberikan Dara pada Axel, dua kata mengenai calon tunangan yang disebutkan Dara, dan terakhir hari ini dimana kedua orang tuanya juga masuk ke dalam percakapan tersebut.
Hingga puncaknya Axel meminta waktu untuk menjelaskan semuanya, sungguh Dera tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. Dirinya menolak untuk menerima fakta apapun yang ia sendiri sudah dengar dan lihat, sebab nalurinya berkata bahwa penjelasan dari Axel adalah hasil mutlak mengenai kecurigaan yang semakin dalam melekat pada dirinya.
Dera mencoba mengusir pikiran-pikiran negatif yang bersarang pada otaknya dan memutuskan bangkit dari tidurnya untuk segera mandi, mungkin mandi di bawah air shower yang dingin dapat menyegarkan pikirannya dari hal-hal negatif yang saat ini menganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adera dan Adara
Teen FictionMulanya semua berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan Dera, namun lambat laun perihal sebab karena cinta perlahan datang dan mulai menghantuinya. Perlahan namun pasti orang-orang disekitarnya seakan pergi tanpa ia sadari, hingga suatu waktu ia be...