20. Sembunyi-sembunyi

15 6 1
                                    

Percakapan antara kedua orang tua Dera dan Dera sendiri mampu sedikit mengguncang Dera atas setiap pertanyaan dan kata-kata yang dilontarkan oleh Bundanya. Mungkin dari luar ia nampak seperti baik-baik saja, namun jika boleh jujur Dera ingin sekali menumpahkan segala perasaan yang dimilikinya pada satu orang yang mampu dan bersedia dibagi keluh kesah olehnya. Dulu saat masa kecilnya mungkin ia masih memiliki kakek dan neneknya atau bahkan ketika kakek dan neneknya telah meninggal masih ada satu orang yang mampu menumpunya dan meraih tangannya kala ia terus jatuh tersungkur oleh kisah hidupnya.

Namun saat ini siapa yang bersedia mengulurkan tangan itu untuknya? Bahkan Axel sekalipun kini seolah jauh berada di depannya, meskipun laki-laki itu berada dekat bersamanya. Seperti hari ini, di hari Sabtu yang sama seperti hari sebelumnya, Dera hanya terus berada di kamarnya memikirkan hal hal yang menganggu pikirannya. Mengenai Axel yang akan menjemput Dara? Menjemputnya untuk diajak kemana? Sedangkan hari ini adalah hari Sabtu. Dan ia akan berangkat bersama dengan Papanya? Berangkat kemana? Padahal hari ini adalah hari Sabtu.

Pertanyaan-pertanyaan itu seolah belum mendapatkan jawabannya, tidak tau maksud setiap penjelasan Dara tadi malam, hingga mampu membuat Dera sedikit ragu pada suatu hal yang entah kebenarannya akan terlihat atau hanya rekayasa.

Dera memikirkan hal hal itu cukup membuatnya menggeram kesal, karena menahan perasaannya yang bahkan dia sendiri tidak terlalu memahaminya. Sebenarnya apa yang di harapkan pada hubungannya dengan Axel? Hingga semua orang seakan memojokannya, mempertanyakan hal yang sudah tau kepastiannya seperti apa dan lagi mengapa saudarinya itu kini semakin terlihat dekat dengan Axel? Ia sama sekali tak dapat berpikir lagi sampai sebuah ketukan terdengar dan mampu membuyarkan lamunannya dalam sekejap.

Tok tok tok

"Masuk aja gak di kunci," jawab Dera yang masih bergulung malas diatas ranjangnya.

Decitan pintu dan suara knop pintu di putar terdengar, menampakkan Tania yang kini berdiri di ambang pintu dengan celemek yang bertengger pada tubuh depannya dan sebuah senyuman yang ia tunjukkan pada Dera.

"Ada teman kamu di bawah." Bersamaan dengan itu Tania memberitahu pada Dera mengenai temannya yang berada di ruang tamu.

"Siapa, Bun?" tanya Dera seraya bangkit dari tidurnya.

"Itu cowok yang waktu malam-malam kesini yang ajak kamu ke mini market."

Dalam hitungan detik Dera langsung bangkit dari duduknya dan berlari kearah kamar mandi yang berada di dalam kamarnya tanpa menjawab ucapan Tania lagi, hal itu mampu membuat Tania lagi lagi tersenyum dan menggelengkan kepalanya heran.

"Setidaknya kamu bahagia karena kehadirannya, Dera," gumam Tania, setelah itu ia tutup pintu kamar Dera dan berjalan menuruni tangga.

"Fauzan duduk dulu ya tante buatkan minum dulu, Dera masih mandi kayaknya di atas," kata Tania mempersilakan Fauzan untuk duduk.

Mendapat sebuah jamuan seperti itu Fauzan hanya tersenyum dan mendudukan dirinya di atas sofa seraya melemparkan senyumnya.

"Terima kasih, Tante."

Tania balas tersenyum, lalu melangkahkan kakinya kearah dapur untuk membawa camilan dan membuatkan minuman untuk Fauzan.

Selagi Tania sibuk untuk menjamu Fauzan dengan makanan ringan dan minuman, tidak lama dari itu Dera terlihat melangkah turun dari arah tangga kamarnya. Dengan langkah kecil-kecil dan sedikit malas Dera berjalan menuju ruang tamu dengan Fauzan yang kini sibuk dengan majalah-majalah milik Bundanya yang terletak di meja dekat sofa ruang tamu.

"Kamu ngapain pagi-pagi ke rumah saya?" tanya Dera yang sudah mendudukan dirinya di seberang sofa yang saat ini ditempati laki-laki itu.
Fauzan sama sekali tidak terkejut, karena sebelumnya ia sudah melirik dari ekor matanya, jika Dera berjalan kearahnya dan langsung duduk disana.

Adera dan AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang