Bel masuk tanda pelajaran ketiga baru saja berbunyi, hingga sampai ke belakang sekolah dan membuat Axel, Dera begitupun dengan teman-temannya segera bergegas meninggalkan area belakang sekolah juga membawa kotak bekal yang habis tak bersisa isinya. Selama mereka melangkahkan kakinya menuju kelas, Jeri yang sedari tadi mengusik ketenangan Raevy membuat yang lain terus tertawa karena gombalan-gombalan garingnya, seperti saat ini laki-laki bertubuh jakun itu berdiri di sebelah Raevy mensejajarkan langkahnya.
"Raevy, senyumu bagaikan rembulan dalam gemerlap malam, tak ada satu kata yang dapat aku deskripsikan, namun aku mampu membuat sebuah kisah nyata yang menimbulkan sebuah senyuman dalam bibir tipis dan menawan milikmu," kata Jeri memelankolis nada suaranya bak membaca puisi.
"Tancap gas terus gan jangan kasih kendor!" ucap Bagas ikut menimpali, sedangkan Dera dan Lalis yang berjalan beriringan di sisi kiri Raevy sudah tertawa terpingkal-pingkal, karena tidak tahan melihat ekspresi wajah Raevy yang seakan memberikan kesan jijik pada Jeri.
"Kamu tau? Aku tak pernah memintamu untuk balas mencintaiku, namun cukup dengan kehadiranmu yang mampu meluluhkan hatiku, aku rasa itu lebih dari cukup untuk sekadar disebut kebahagiaan." Sekali lagi nada suara itu membuat orang-orang yang mendengarkan tergelak tawa.
Tidak mampu untuk berkomentar, karena kepintaran Jeri yang membuat kata-kata manis untuk Raevy, namun Raevy sendiri bukannya tersenyum malah bergidik ngeri menatap mimik wajah Jeri.
"Jer, sudah gue mual dengarnya," kata Raevy yang sudah sedikit menggeser tubuhnya, hingga menempel dengan Dera, berusaha untuk menjauhi Jeri.
"Mana aku bisa berhenti, ketika aku tau jika bahagiamu adalah dimana kisah kita bermula."
"Lancar benar sih, Jer kalo ngegaet, Rapia," ucap Lalis dengan kekehannya, karena mendengar satu kalimat yang baru saja di lontarkan oleh Jeri.
"Gas, tolong mengertilah cewek satu ini memberikan sebuah kode dan lampu hijau." Axel berkata setelah merespon ucapan Lalis dengan menyenggol bahu Bagas.
Bagas yang awalnya hanya ikut mendengarkan celotehan Jeri kini beralih memerhatikan Lalis.
"Dek Lis, mau di gituin juga sama Bang Agas hm?" tanya Bagas yang memulai aksinya."Geli!" jawab Lalis.
"Sudah-sudah kalian itu kenapa jadi kaya singa kelaparan sih nyari cewek-cewek lajang, sudah sampe kelas sana masuk!" kata Dera setelah mereka baru sampai di depan kelas XII IPA-1 membuat yang lain juga ikut menghentikan langkahnya.
"Kita harus berpisah terlebih dahulu, sebab tembok penghalang seakan ingin mengambilmu secara paksa tanpa mengizinkanku memberikan sebuah kisah yang nanti dapat kamu kenang." Dan untuk kesekian kalinya Jeri memberikan sebuah kalimat puisi pada Raevy yang ditanggapinya dengan dengusan malas.
Namun satu kalimat tersebut mampu menembus relung hati Axel, ia seakan merasa pada posisi seperti apa yang di ucapkan Jeri barusan. Membuatnya terdiam menelah setiap katanya, lalu pergi terlebih dahulu tanpa berpamitan membuat Dera bertanya-tanya dengan kening berkerut mengenai apa yang terjadi dengan kekasihnya.
Padahal baru saja mereka merasa bersenang-senang bersama dengan temannya yang lain, namun kenapa tiba-tiba ia pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa pada Dera.
"Axel tunggu!" Setelah itu Bagas dan Jeri ikut menyusul Axel masuk ke dalam kelasnya.
"Dera." Sebuah panggilan dan tepukan pada bahunya berasal dari Raevy dan Lalis yang masih setia menemani Dera berdiri di depan pintu.
"Kita mau ngasih tau sesuatu," kata Raevy memulai percakapan dan membuat suasana menjadi tegang seketika.
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adera dan Adara
Teen FictionMulanya semua berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan Dera, namun lambat laun perihal sebab karena cinta perlahan datang dan mulai menghantuinya. Perlahan namun pasti orang-orang disekitarnya seakan pergi tanpa ia sadari, hingga suatu waktu ia be...