24. Kesan dan Pesan

15 4 3
                                    

"Halo, assalamualaikum." Dera menempelkan ponselnya pada sela-sela telinga dan bahunya, mengapitnya di tengah-tengahnya seraya merapikan buku-buku serta novelnya dan meletakkan laptopnya diatas meja belajarnya.

"Bun, aku mau izin pergi sama Fauzan."

Masih dengan mengapit ponselnya, Dera berjalan menuju arah lemari pakaiannya untuk memilih-milih baju yang pas untuknya.

"Iya, Bun habis ini. Dara tadi jam 9 sudah keluar katanya sama Laili."

"..."

"Gak tau, Bun balik jam berapa. Nanti kunci rumahnya aku taruh di pot dekat jendela kayak biasanya ya."

"..."

"Mungkin aku pulang sore, jam 3 lah kayaknya."

"..."

"Iya, Bun waalaikumsalam."

Setelah mengakhiri telponnya dengan Tania, Dera meletakkan kembali ponselnya disaku celana trainingnya dan kembali berkutat dengan pilihannya dalam lemari mengenai baju yang akan ia kenakan nanti.

Setelah mendapat satu pesan singkat dari Fauzan, jika laki-laki itu tengah berada di perjalanan menuju rumahnya Dera segera masuk kembali ke dalam rumahnya seraya membawa buku-buku sekolah, novel, dan tidak lupa dengan laptopnya untuk ia kembalikan ke dalam kamarnya dan bersiap-siap sebelum Fauzan sampai di rumahnya.

Setelan jeans berwarna abu-abu gelap dan kaos oblong bergambar sketsa kartun One Piece berwarna hitam. Dera segera masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti baju dan membersihkan mukanya, karena tadi pagi-pagi ia telah menyelesaikan rutinitas mandinya, meski di hari libur.

"Jam berapa mau datang lama banget kayaknya sudah jam 10 juga," gerutu Dera selepas keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang telah dipilihnya tadi sudah pas melekat di tubuhnya.

Dera berjalan seperti biasa kearah meja riasnya, memakai sedikit bedak pada permukaan wajahnya, lalu menyisiri setiap helai rambutnya yang panjangnya sebahu, mirip sekali dengan Dara.

Ia ambil sebagian rambutnya yang berada ditengah dan bagian atas, lalu merapikannya dan menjadikan satu menjadi kunciran yang rapi dan pas untuk dirinya. Menyisakan setengah rambut yang ada dibagian tengah kebawah untuk ia gerai.

Setelah dirasa dirinya telah rapi dan segala hal yang berhubungan dengan riasan telah selesai, Dera kembali ke depan lemarinya untuk mengambil jaket jeans berwarna biru yang sedikit terang, lalu memakainya dan mengambil tas selempang yang berada di gantungan belakang pintu, juga meraih dompet yang berada di laci meja belajarnya juga ponsel yang sebelumnya ia taruh diatas nakas sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

Dera keluar dari kamarnya, menutup pintu kamar, lalu menuruni satu persatu anak tangga dan tepat di anak tangga terakhir bagian bawah menuju ruang tamu, Dera mendengar suara bel rumahnya berbunyi, mungkin Fauzan, pikirnya.

Membuatnya melangkahkan kakinya menuju pintu dan benar saja Fauzan berdiri di hadapannya dengan senyuman khas miliknya memamerkan deretan giginya serta lesung pipinya. Dengan setelan jaket jeans yang serupa dengan milik Dera dan celana jenas berwarna hitam dipadukan dengan kaos berwarna putih bergambar karakter Sinchan membuat keduanya seolah menjadi couple dengan baju yang sama.

"Jangan jangan kita punya ikatan batin ya?" tanya Fauzan setelah beberapa saat keduanya hanya saling beradu pandang.

"Ngapain saya punya ikatan batin sama kamu? Punya hubungan aja enggak."

"Ya sudah ayo kita resmiin," kata Fauzan seraya menarik pergelangan tangan Dera.

"Gak. Muka kamu terlalu tua buat saya yang imut!" jawab Dera seraya tersenyum kearah Fauzan, seolah mengejek adik kelasnya itu.

Adera dan AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang