15. Jangan Kasih Kendor

28 7 6
                                    

"Kamu ngapain peluk peluk saya, saya lagi keringatan juga," kata Dera seraya melepaskan diri dari dalam dekapan Fauzan.

Fauzan hanya terkekeh memerhatikan mimik wajah Dera yang nampak kesal dan mencebikan bibirnya. Menggemaskan. Itulah satu kata yang saat ini dapat mendeskripsikan Dera sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Fauzan.

Fauzan meraih handuk kecil yang tadi ia sampirkan pada pembatas ring tinju, lalu ia ulurkan tangannya untuk mengusap peluh yang ada di dahi Dera. Membuat Dera sedikit terlonjak dengan perhatian yang diberikan oleh Fauzan. Sempat dalam beberapa detik Dera tidak berkedip karena merasakan usapan pada dahinya yang tadi diusap oleh Fauzan untuk mengelap keringatnya.

"Sini gue bantuin," ucap Fauzan seraya menyampirkan handuk di bahunya, lalu meraih tangan Dera untuk melepaskan sarung tinjunya dan beralih ke kepala Dera untuk melepas pelindung kepalanya.

Dera masih tidak menjawab apapun dan terus diam ketika Fauzan menggiringnya untuk turun dari atas ring, kembali menyodorkan air mineralnya yang tadi habis ia minum hingga tersisa setengah.

"Kayanya pukulan lo kuat banget ya." Fauzan kembali membuka suaranya, menciptakan percakapan ringan yang mungkin akan ditanggapi Dera.

"Biasa aja," jawab Dera singkat.

Fauzan merasa bahwa dirinya nampak seperti seorang perempuan yang terus mengoceh dan terus berusaha untuk memikirkan topik apa yang akan ia ucapkan untuk memulai percakapan, sedangkan Dera terlihat seperti seorang laki-laki yang memiliki sifat dan sikap dingin pada lawan jenisnya. Namun itu sukses membuat Fauzan tergelak tawa, membuat Dera menoleh dan mengernyitkan keningnya, heran.

"Ada yang salah dari saya?" tanya Dera lugas.

Fauzan menggeleng dan berusaha untuk menghentikan tawanya, sebelum menjawab, "lo kaya cowok yang punya sikap dingin ke cewek yang mau dekatin lo dan gue merasa gue ceweknya."

"Menurut saya biasa aja mungkin pemikiran kamu aja terlalu menghayal jauh."

Fauzan hanya mengangguk-anggukan kepalanya paham, lalu melompat dari tempat duduknya.

"Gue ke Pak Ari dulu," katanya, lalu beranjak pergi dari tempatnya meninggalkan Dera yang kini menatap punggungnya yang semakin jauh dan mendekati tempat dimana Pak Ari berada.

Axel datang dari pintu masuk tempat dimana Dera mengadakan latihan dengan menenteng tas gadis itu dalam genggamnya, ia berjalan dan menolehkan kepalanya ke kanan kiri mencari dimana keberadaan Dera saat ini. Karena ia bermaksud untuk menunggu kekasihnya itu selesai dengan latihannya dan mengajak kekasihnya itu pulang bersama selepas kegiatan Dera selesai nanti.

Axel berjalan menuju sisi kiri dimana tempat teman-teman Dera tengah beristirahat ia mendekati beberapa perkumpulan atlet tinju sekolahnya untuk menanyakan keberadaan Dera.

"Permisi, ada yang lihat Dera dimana gak?" tanyanya dengan sedikit menundukan kepalanya, karena perkumpulan tersebut duduk di lantai.

"Tadi Kak Dera keluar sebentar, Kak sama Fauzan di suruh sama Pak Ari beli air minum," jawab seorang siswa laki-laki yang berasal dari kelas 11 dan diangguki oleh temannya yang lain.

"Terima kasih ya."

Setelah itu Axel berjalan ke salah satu kursi di tempat tersebut, menaruh tasnya dan juga tas Dera di sampingnya dan mengeluarkan kotak makan berisi nasi goreng yang tadi dibelinya di kantin juga sebotol air mineral dingin.

Tak lama dari itu Fauzan dan Dera masuk dari pintu tempat pelatihannya dengan Fauzan yang menenteng satu kardus air begitupun dengan Dera. Dera yang berjalan dan terus menatap ke depan tidak melihat kehadiran Axel yang kini tengah menunggunya, hingga gadis itu bergabung dengan teman-temannya yang lain dan memberikan sekardus air pada mereka.

Adera dan AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang