25. Taman Hiburan dan Fauzan

30 5 5
                                    

"Lo mau naik wahana apa lagi?" tanya Fauzan setelah dirinya dan Dera selesai menaiki wahana bom bom car.

"Duduk dulu boleh gak? Capek dari tadi nyobain satu persatu wahana," jawab Dera seraya melangkahkan kakinya mendekati stand penjual minuman.

Berbicara sebentar pada penjual minuman, lalu memberikan uang kertas lima puluh ribuan dan mengambil 2 minuman dalam gelas plastik juga uang kembalian yang disodorkan ibu penjual minuman padanya.

Fauzan yang menunggu di belakangnya hanya terdiam seraya berdiri membelakangi Dera dan berbalik setelah Dera terlebih dahulu mencolek bahunya. Menyerahkan satu gelas minuman pada Fauzan, lalu berjalan lebih dulu untuk mencari bangku kosong di area taman hiburan.

"Capek banget?" tanya Fauzan, setelah keduanya duduk di salah satu bangku panjang yang tersedia di taman hiburan.

Dera hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan yang Fauzan lontarkan dan masih terus menyesap minumannya dengan pandangan lurus ke depan. Seperti sebelum-sebelumnya Fauzan tetap mengamati Dera, ketika gadis itu tengah sibuk dengan objek pandangannya. Entah apa yang saat ini tengah dilihat oleh Dera, hingga menjadi titik fokus penglihatannya, yang pasti Fauzan tetap melirik Dera dari samping kanannya. Sesekali ia juga ikut menyesap minumannya.

Hingga waktu berlalu 10 menit Dera masih pada posisi awalnya tanpa mengubah arah pandangnya membuat Fauzan bertanya-tanya dan ikut mengikuti arah pandang Dera. Namun di depan sana ia tidak menemukan apa-apa hanya lalu lalang para pengunjung yang nampak semakin ramai.

"Lo lihatin apa? Serius banget," kata Fauzan dan sekali lagi menolehkan kepalanya ke samping kanan untuk memerhatikan Dera.

Dera ikut menoleh, tersenyum, lalu menjawab, "disini rame banget ya, banyak keluarga atau pasangan ngabisin waktunya buat main kesini."

Fauzan mengangguk tanpa mengeluarkan suaranya, membuat Dera melanjutkan kembali kalimatnya, meskipun ia tidak tau tanggapan dari Fauzan karena fokusnya yang masih menatap kosong kearah depan.
"Saya suka lihat anak-anak kecil main bareng sama orang tuanya, kayak yang bahagia gitu ya."

Sekali lagi senyum itu merekah menghiasi bibir mungil Dera, membuat perhatian Fauzan kembali ia alihkan untuk Dera. Meskipun tidak banyak orang yang tau mengenai dirinya yang sering kali memerhatikan Dera atau bahkan Dera sendiri tidak pernah tau, jika dirinya menjadi pusat perhatian bagi seorang Fauzan Mahendra. Namun walaupun begitu Fauzan tetap memposisikan dirinya untuk terus memerhatikan Dera meski dari kejauhan.

Mungkin baginya itu adalah hal yang membahagiakan, bersikap seperti secret admirer dan tidak banyak orang yang mengetahuinya.

"Menurut lo definisi bahagia itu kayak apa sih, Der?

Dera menoleh, tersadar dari lamunannya, lalu menatap Fauzan sekilas sebelum kembali menatap lurus kearah depan dimana pandangannya tertuju pada hal kosong di depan sana atau lebih tepatnya lalu lalang masyarakat di taman hiburan tersebut.

"Hm... mungkin mencari kenyamanan untuk diri kita sendiri?"

"Dalam artian?"

"Membuat diri kita nyaman di lingkungan sekitar kita."

Fauzan hanya menganggukan kepala mendengarkan jawaban Dera.
"Sesimple itu menurut lo?"

Dera mengangguk, lalu menjawab, "setiap orang punya cara sendiri untuk menemukan kebahagiaannya sekalipun itu dengan cara yang jahat."

"Menurut lo pake cara jahat kayak gitu salah gak?"

"Tentu aja salah, itu sama aja kita merebut kebahagiaan orang lain."

Adera dan AdaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang