Saat ini Dera tengah berada di sebuah mini market yang jaraknya cukup jauh dari area perumahannya dengan seorang laki-laki yang berdiri menenteng tas keranjang belanjaannya. Bahkan laki-laki itu tak berhenti menatap ke arahnya dan terus melemparkan sebuah senyuman membuat lesung pipinya muncul.
Dera menarik lengan laki-laki itu untuk dibawanya ke kasir dan bermaksud untuk membayar seluruh belanjaannya, namun baru saja Dera mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam kantongnya, sebuah tangan telah terulur memberikan dua lembar uang kertas senilai seratus ribuan ke arah kasir.
"Totalnya jadi 163 ribu ya, Kak. Uangnya 200 ribu, silahkan kembaliannya dan belanjaannya," kata kasir perempuan yang memberikan kembalian serta belanjaan Dera yang terdapat beberapa kantong.
Lagi, ketika Dera akan meraih kantong plastik berisi belanjaannya sebuah tangan kembali terulur dan menarik beberapa plastik belanjaan, lalu menentengnya. Dera hanya mendengus kesal seraya mengikuti langkah lebar milik Fauzan. Iya. Laki-laki yang tadi tiba-tiba datang ke rumahnya adalah Fauzan, si adik kelas yang entah dari mana asalnya dan dapat mengetahui alamat rumahnya dari siapa. Membuatnya sekarang terjebak dengan laki-laki dengan muka tuanya itu di sebuah mini market yang sengaja dicari adik kelasnya agar jauh dari area rumahnya.
Dan jangan lupakan kenapa ia dan Fauzan bisa berada di mini market, Bundanya lah yang merencakan agar dirinya pergi berdua dengan Fauzan dan beralibi bahwa dirinya tengah ingin makan snack pada malam hari, ketika tengah belajar. Alhasil disinilah dirinya bersama dengan Fauzan yang nampak sedikit keren dengan setelan kaos berwarna putih bergambar Sinchan yang dipadukan dengan jaket kulit berwarna hitam dan jeans belel berwarna senada dengan jaketnya, sedangkan dirinya hanya berbalut dengan baju tidur berwarna biru tua dengan motif tengkorak pada baju serta celananya tanpa mengenakan jaket. Sungguh ironis sekali.
"Lo kenapa tadi gak bawa jaket?" tanya Fauzan saat baru saja keluar dari mini market dan melihat tubuh Dera yang menggigil.
"Lupa."
Dengan cekatan Fauzan menaruh plastik belanjaan Dera diatas motornya, lalu melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada punggung Dera.
"Pake!" Terdengar dari nada suaranya yang tampak memerintah dan seolah tidak menerima penolakan.
"Gak usah—"
"Pake!"
Tanpa banyak bicara lagi Dera segera memakai jaket milik Fauzan dengan bibir cemberut.
"Ayo pulang!" Sekali lagi nada itu sama sekali tidak terdengar seperti sebuah ajakan, justru sebaliknya terkesan dingin dan lembut diwaktu yang bersamaan.
Dera segera menaiki motor milik Fauzan tanpa banyak bicara dan memakai helm yang sebelumnya telah disodorkan Fauzan kepadanya.
"Lo ada masalah sama cowok lo, Der?" tanya Fauzan saat baru saja menjalankan motornya.
Dera hanya terdiam tanpa berniat membalas ucapan Fauzan, karena menurutnya itu adalah masalah pribadinya yang tidak perlu semua orang lain tau mengenai privasinya.
"Lo bisu, Der?" Fauzan masih saja gencar bertanya meskipun ia tau tanggapan yang diberikan oleh gadis yang kini duduk di jok belakang motornya.
"Lo jutek banget sih sama gue, Der," kata Fauzan yang sedari tadi memanggil Dera tanpa menggunakan embel-embel 'kakak' pada setiap kalimatnya.
Dera masih terus diam tanpa berniat menjawab satu kalimatpun yang Fauzan lontarkan sejak tadi, hingga motornya mulai melaju pelan di perempatan masuk ke area perumahannya. Fauzan mulai memelankan laju motornya, memberhentikannya dipinggir jalan, lalu ditariknya tangan Dera hingga membuat gadis itu memeluk perut Fauzan. Tak ada reaksi yang ditunjukan Dera yang ada hanya helaan napas yang terdengar dan itu mampu membuat sebuah senyuman terbit di bibir Fauzan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adera dan Adara
Ficțiune adolescențiMulanya semua berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan Dera, namun lambat laun perihal sebab karena cinta perlahan datang dan mulai menghantuinya. Perlahan namun pasti orang-orang disekitarnya seakan pergi tanpa ia sadari, hingga suatu waktu ia be...