1 - Berita

418 18 1
                                    

"Seorang pengusaha muda sukses, Rasendriya Zaidan ditemukan meninggal di unit apartementnya. Polisi menemukan korban dengan kondisi terbujur kaku di lantai dengan mulut yang mengeluarkan busa. Dugaan sementara dari polisi adalah korban mengalami overdosis obat penenang. Dugaan itu didasari dengan ditemukannya obat penenang di kotak obat di apartementnya."

"Astaga, kenapa orang banyak yang mau bunuh diri sih?" Azura menggelengkan kepalanya bingung.

"Dia bingung cari jodoh kali, biasanya pengusaha muda kayak gitu gak punya waktu buat nyari cewek."

Azura menggeplak kepala Matteo karena candaannya yang sama sekali tidak lucu. "Lo kayak bukan orang berakal aja! Dia udah gak ada dan lo bikin candaan kayak gitu, gak punya hati."

"Iya iya, gue minta maaf. Sekarang gue jadi penasaran, apa alasan cowok itu sampe dia bunuh diri?"

"Tuntutan, mereka terlalu banyak dituntut dengan segala kerjaan mereka. Depresi kebangun sendiri karena tuntutan itu."

Azura dan Matteo menengok ke arah suara. Seorang laki-laki dengan kancing jas yang terbuka dan kopi hangat di tangannya berjalan menuju mereka. Cowok itu dengan santai duduk di sebelah Matteo.

"Tumbenan lo mau istirahat disini, biasanya lo diem di tempat lo atau duduk di area balkon."

"Gue mau cari suasana baru," jawab Kayden.

Azura dan Matteo hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Eh, mungkin gak sih kalau pengusaha itu dibunuh?"

Matteo dan Kayden kompak menengok, "Itu udah jelas mulutnya berbusa, dan ada obat penenang di kotak obat itu."

"Tapi menurut gue mungkin," Kayden menatap kedua temannya.

"Polisi selalu buat dugaan kalau korban meninggal dengan mulut yang berbusa berarti dia overdosis. Itu cuma dugaan, selama belum ada bukti lain biarin aja dugaan itu. Gue rasa bentar lagi mereka bakalan nemuin bukti baru yang bikin semuanya kaget."

"Kalau dia beneran dibunuh dan orang tuanya nuntut hukuman buat pembunuhnya, gue tertarik banget buat jadi pengacara pihak korban." Azura tersenyum bersemangat.

"Lo harus langkahin Kayden, dia pengacara terbaik yang kantor kita punya. Kantor pasti rekomendasiin dia bukan lo! Palingan lo nanganin kasus KDRT suami-istri yang berebut remot TV."

"Bener-bener lo! Mau gue geplak lagi?" Azura mengangkat satu tangannya.

"Udah, apaan sih lo berdua? Gue mau istirahat dulu, gue capek gara-gara kasus kemarin. Gue gak akan ngambil kasus yang ditawarin sama kantor. Gue pilih kasus yang bener-bener harus gue bantu."

"Pengacara mainnya peluang, Den. Kalau lo terlalu pilih-pilih kasus, karier lo bakalan turun." Ucap Matteo sambil menyentuh bahu Kayden.

Kayden tersenyum, "Gue bukan lo, dan gue jadi pengacara bukan berdasarkan peluang." Kayden menurunkan tangan Matteo dari bahunya.

"Gue duluan, masih banyak laporan numpuk di atas. Lagian gue kesini mau ngasih ini buat lo." Laki-laki itu menggeser kopinya ke dekat Matteo, "Jangan keseringan begadang, nanti kerja lo gak maksimal."

Matteo mengangkat satu alisnya yang dibalas dengan senyum tipis Kayden sebelum akhirnya laki-laki itu berlalu pergi.

"Gimana caranya dia tau gue begadang tadi malem, kantong mata gue gak keliatan banget kan?" tanya Matteo.

"Lo lupa yah, Kayden kan pengacara terbaik yang kantor kita punya." Jawab Azura sambil meniru gaya bicara Matteo saat mengejeknya.

***

I Law YouWhere stories live. Discover now