Azura membuka pintu kaca ruangannya, betapa terkejutnya perempuan itu ketika melihat figur laki-laki tinggi dengan pakaian santainya berdiri tepat di depannya.
"Kayden," sebut Azura gugup.
Oh, betapa hebatnya laki-laki itu menghiraukan ocehan dari Kayla dan Selma. Telinganya dirancang khusus untuk mengabaikan semua orang yang menyuruhnya istirahat sehari lagi di rumah. Kayden hanya ingin meluruskan, tidak ada maksud lain. Lagipula, maksudnya adalah bertemu dengan Galih di TKP pelemparan yang menurutnya janggal itu.
"Lo udah sehat?"
"Kemarin lo ke rumah sakit nemuin Kakak gue?" tanya Kayden bukannya menjawab pertanyaan Azura.
"Hah? Enggak, gue kemarin di kantor."
"Jangan bohong, lo tau kita pengacara belajar Kriminologi."
Azura masih diam tidak mau jujur, Kayden lama-lama muak kalau waktunya terbuang percuma dengan datang ke kantor dengan niat baik meluruskan. Laki-laki itu maju satu langkah membuat Azura mundur. Dengan satu tangannya laki-laki itu menutup pintu tanpa berbalik.
"Lo bohong,"
"Gue gak bohong, Den."
You gotta be kidding me, batin Kayden.
"Azura, denger gue baik-baik. Kakak gue bilang kalau lo gak berani masuk ke kamar gue dan dia liat kalau lo takut banget masuk. Kalau ini gara-gara omongan gue soal lo ngelarang gue ngambil kasus, gue cuma mau minta ma-"
"Gak! Bukan karena itu."
"Terus gara-gara apa?"
Perempuan itu memutuskan diam, perasaannya bukanlah hal yang harus ia sebutkan detik itu. Diam adalah pilihan paling aman bagi Azura.
"Azura," panggil Kayden, "Gue habis ini masih ada urusan, kalau lo gak mau bilang sama gue gak masalah. Gue dateng kesini mau ngelurusin dan minta maaf sama lo."
Kayden berbalik dan membuka pintu kaca itu, namun ia dikejutkan dengan tangan yang melingkar di pinggangnya. Laki-laki itu berhenti bergerak, isakan terdengar di ruangan itu.
"Lo kenapa, Ra?"
Azura cepat-cepat melepas pelukannya dan berusaha menyembunyikan wajahnya, "Lupain apa yang gue lakuin tadi."
"Gue bingung kalau sikap lo kayak gini, lo bilang bukan karena masalah itu terus pas gue mau pergi lo meluk gue dan lo bilang suruh lupain kalau lo meluk gue. Kenapa sih? Lo maunya apa-"
"GUE KHAWATIR SAMA LO! Tapi sekarang lo berdiri di depan gue cuma masalahin kedatangan gue ke rumah sakit, salah buat lo? Gue gak punya hak buat dateng?"
Kayden semakin bingung, "Yang gue tanyain sama lo itu kenapa lo gak masuk ke kamar gue, Ra? Lo seakan takut sama gue dan gue gak mau pertemanan kita rusak gara-gara gituan."
Oh, kenyataan menampar Azura kencang sekali. Senyumnya mendadak hilang dari wajah cantiknya itu.
"Ada apa? Jujur sama gue!" Kayden menggucang pelan tubuh Azura.
"Gue suka sama lo." Ucap Azura pelan, tapi masih tertangkap telinga Kayden.
***
Kayden melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah mendiang Rasendriya. Di depan pintu utama Galih sudah menunggunya dengan beberapa berkas bukti di tangannya.
"Lo kenapa? Kayak orang ling-lung gak ada tujuan hidup." Tanya Galih menyadari perbedaan raut muka Kayden yang biasanya semangat memeriksa kasus.
"Azura,"
YOU ARE READING
I Law You
Mystery / Thriller"All I can do is believe in you." Kayden Zaferino lagi-lagi harus terlibat di dalam kasus meninggalnya seorang pengusaha muda sukses yang misterius. Kasus itu menarik seorang Mezzaluna Auristella, mahasiswi tingkat akhir yang disalahkan atas apa yan...