6 - Kenangannya

111 6 0
                                    

"Waktu memilih, jejak yang kau hapus perlahan tetap akan kembali."

Kayden dan Selma sama-sama berdiri di depan pintu kedatangan di bandara. Di hari libur ini Kayden sudah berjanji akan mengantar ibunya itu untuk menjemput Kayla, Kakak perempuannya. Setelah lama menunggu, figur seorang perempuan berambut panjang dengan koper toscanya datang. Kayla secepat kilat memeluk Selma, rasa rindu pada ibunya itu sudah tidak terbendung lagi.

Kayla melepas pelukan itu dan beralih memeluk Kayden yang hanya bisa menahan senyumnya, Munafik kalau laki-laki itu bilang kalau ia tidak merindukan Kakaknya itu. 

"Gila ya lo, Dek! Tiap gue telpon ada aja alesannya, lo udah lupa kalau lo punya Kakak?"

"Gue gak lupa, gue cuma lagi sibuk dan gue beneran sibuk."

"Halah, gayor kan lo sama cewek-cewek!" Kayla menoyor dahi Kayden yang langsung memasang tatapan tajamnya.

Selma yang sejak tadi diam akhirnya menanggapi, "Adik kamu ini gak pernah bawa cewek ke rumah, terakhir Mama liat dia lagi ngobrol sama Azura di kantor."

"Oh, Azura yang waktu itu Mama bilang?!" Kayla mendadak antusias, ia selalu suka kalau bisa mengejek Kayden yang sudah terlalu lama asyik sendiri itu.

Kayla menyenggol bahu Kayden yang sejak tadi mendelik, "Wah, jadi lo beneran sama Azura?"

"Azura cuma temen kantor, gak lebih."

"Gue juga kan dulu cuma temen sesama dokter sama Aldi, ujung-ujungnya dia naksir juga sama gue."

"Udahlah gak usah bahas gituan, kayak penting aja."

Selma dan Kayla sama-sama tertawa kecil, "Dek, gue baca berita waktu di US kalau ada pembunuhan pake sianida disini. Gila aja sekarang orang-orang udah berani pake sianida kayak makanan sehari-hari. Lo tau kasus itu kan, Dek?"

"Gue pengacara tersangkanya." Ucap Kayden tenang dengan wajah datarnya.

Selma dan Kayla sama-sama melotot, "DEMI APA LO, DEK?!"

"Pulang aja gimana? Perut gue udah keroncongan." Kayden dengan santai mengeret koper tosca milik Kayla. Kayla dengan secepat kilat menghentikan pergerakan Kayden dengan menahan koper miliknya.

"Dek, lo lupa waktu lo ngambil kasus yang hampir sama tahun lalu lo hampir mati?"

"Iya, gue inget." Ucap Kayden sambil hendak mengeret koper Kayla lagi.

"Terus ngapain lo ambil kasus kayak gini lagi? Gue menolak lupa ya, Dek!"

Kayden hanya diam sambil mengeret koper milik Kayla ke parkiran, laki-laki itu tidak menggubris sedikitpun ucapan Kakaknya. Bahkan Selma tidak tau apa-apa soal itu saat Kayla minta penjelasan yang detail. Saat di mobil pun Kayla tidak berhenti sedikitpun, perempuan itu menolak lupa saat ia sedang jaga di UGD dan pasien yang datang adalah Adiknya dengan luka tusuk di perutnya.

"Dek, kasih gue penjelasan! Gue mau denger selengkap-lengkapnya!"

"Dia gak salah, gue udah periksa beberapa kali. Gue udah mikir beberapa kali sebelum gue mutusin, gue bakal jaga diri."

"Lo juga ngomong kayak gitu setahun yang lalu! Gue gak lupa, Dek!"

Selma hanya bisa mengusap bahu anaknya itu, ia tahu bahwa Kayla punya sifat protektif berlebih pada Kayden semenjak laki-laki itu nyaris mati. 

"Dek, apa alasannya? Jangan sebut alasan yang sama kalau lo mau bantu orang yang seharusnya lo bantu."

"Kak, gue udah bukan anak kecil yang masih harus lo pantau. Gue udah 23 tahun, gue udah seharusnya berdiri di kaki gue sendiri!"

I Law YouWhere stories live. Discover now