30 - Menyerah

55 3 1
                                    

Siang ini disinilah Kayden berada. Duduk bersebelahan dengan Shakira setelah Galih memberi tahunya kalau Alexa menemukan sesuatu tentang interogasinya saat itu. Shakira menjawab pertanyaan Kayden, walau tidak jelas dan memerlukan waktu lama untuk menyadarinya. Mungkin perempuan itu berusaha terlihat menyembunyikan segalanya, agar siapapun yang menyuruhnya tidak akan tahu kalau perempuan itu bicara apa.

Sedangkan untuk Shakira, semua yang ia jaga rasanya runtuh saat ia bertemu lagi dengan Kayden. Laki-laki yang jadi tempatnya mengeluh, menangis, berlindung dan juga bahagia. Shakira tidak pernah tahu dipertemukan dengan insiden seperti itu dengan Kayden dan Galih. Dua sahabatnya laki-lakinya yang menangis di hari pemakamannya. Bagaimana ia tahu? Ia hadir saat itu, melihat mereka menguburkan jasad yang lain, melihat Kayden dan Galih menangis. Hancur hati Shakira saat itu, tapi lagi-lagi ia tidak punya pilihan.

Hening yang Kayden rasakan saat itu adalah hening yang sama yang ia rasakan saat ia berada di samping pusara Shakira setiap ia berkunjung berbulan-bulan yang lalu. 

"Gue kesini mau bilang makasih ngewakilin yang lain, buat jawaban lo." Ucap Kayden setelah lama diam dan berpikir apakah ia yang harus memulai percakapan atau tidak.

Shakira tersenyum, "Aku gak bisa bantu apa-apa selain itu, ini juga satu-satunya cara buat bebas dan," lirikan matanya tertuju pada Kayden, "perbaikin semua yang aku rusak selama aku pergi."

"Kayden, aku tau waktu ngambil keputusan itu kalau hubungan kita gak akan pernah bisa kayak dulu lagi. Aku tau betul sekalinya kamu dikecewain, hati kamu gak akan pernah terbuka lagi buat orang itu. Tapi Kayden, aku cuma mau kamu tau kalau aku masih sayang sama kamu. Aku nangis, aku kecewa sama diri aku sendiri tapi di tengah keegoisan aku, aku masih mau kamu."

"Maafin aku,"

Kayden mendengarkan semuanya dengan baik, meskipun kadang hatinya teriris setiap mendengar isakan pelan Shakira.

"Gak ada yang bisa aku lakuin selain minta maaf, setidaknya nanti aku bakal pergi dengan maaf kamu. Karena itu berharga buat aku, aku gak minta yang lain," 

Shakira akhirnya menangis, menyembunyikan wajahnya dengan tangan. Akhirnya ia berhasil bicara seperti itu setelah ragu berkali-kali. Tanpa ia tahu hati Kayden melunak, kemarahan yang ia rasakan perlahan mereda seakan air mata Shakira adalah penawarnya.

"Gue maafin lo, gue gak tau apa yang terjadi tapi gue maafin lo."

"Kamu..serius kan?"

"Biar bagaimanapun, gue pernah bahagia sama lo dan gue juga pernah minta sama Tuhan buat balikin lo. Seharusnya gue berterimakasih sama Tuhan dengan maafin lo. Gue marah sama lo, karena gue kehilangan orang yang gue cinta di hari yang gue tunggu-tunggu, bahkan gue dateng ke rumah sakit ngeliat muka lo yang hancur dengan jas yang lo pilihan,"

Kayden tersenyum kecil, "Gue terlalu mencintai lo saat itu,"

Shakira tersenyum dengan air mata yang masih menetes dari matanya, tangan kanannya menyentuh pipi Kayden dengan lembut, membiarkan rindunya mengalir begitu saja. Pandangan Kayden mulai terhalang dengan air mata yang sejak tadi berusaha ia tahan. Ia bukan laki-laki cengeng, tapi air matanya akan menetes setiap kali berhubungan dengan orang yang ia cintai.

Tangan Shakira turun ke bahu Kayden dan dari situ ia melingkarkan tangannya di leher laki-laki itu dan memeluknya erat. "Terimakasih, udah mencintai aku selama ini. Terimakasih banyak, Kayden."

Kayden tidak bisa menahan air matanya, setetes air mata langka itu turun dari mata kanannya. Biarlah Kayden meneteskan air matanya saat ini, mungkin itu yang ia butuhkan untuk mengobati rasa sakit dan rindunya. Ya sudah, Kayden membiarkan semesta menggerakan tubuhnya membalas pelukan Shakira.

I Law YouWhere stories live. Discover now