"Bukti perkara yang mendasari kasus ini sudah kami periksa dengan baik. Tapi kebanyakan di antaranya hanya menjurus ke arah asumsi dan ketidakmungkinan. Status, jurusan, rekaman CCTV, dan bujti lainnya baik yang diketahui publik ataupun bukan tidak ada yang bisa membuktikan kalau Saudari Luna bersalah. Oleh karena itu, setelah penahanan rumah dan investigasi berkala. Saudari Luna dinyatakan tidak bersalah."
Kalimat yang seharusnya jadi awal dari hidup Luna yang lebih bebas dengan orang yang ia sayang. Tapi layaknya ombak yang surut, ia akan kembali lebih besar lagi.
Luna sudah sedari tadi terkepung di antara banyak wartawan saat ia hendak dibawa pulang dari pengadilan. Rambutnya yang cantik sudah acak-acakan efek dari orang-orang yang tidak terima dengan vonis pembebasan padanya.
Keluarga korban bahkan mengajukan banding dan meminta Luna dihukum dengan hukuman yang setimpal. Mereka ingin nyawa dibayar nyawa. Mereka dengan terang-terangan memaki Luna dan mendorongnya di pengadilan.
Yang Luna pikirkan adalah kenapa mereka tetap bersikeras menuduhnya? Semua bukti tidak ada yang kuat dan seakan dibuat menyudutkan terus menerus. Luna jadi bingung, sebenarnya ia bebas atau baru memasuki penjara yang sebenarnya?
Menghancurkan hidup keluarga Rasendriya bukan hal yang menjadi keinginan Luna. Membuat seluruh perusahaan yang bekerja sama menuntutnya juga bukan keinginan Luna.
Kepala Luna rasanya mau pecah.
Apalagi suara yang terngiang di telinganya selama pengadilan.
"Dasar pembunuh, beraninya masih hidup juga?"Di pengadilan entah kenapa Kayden pun berubah dingin. Ia layaknya pengacara profesional hanya menatap Luna seperti clientnya. Bukan tatapan yang Luna harapkan saat mendengar kata kalau ia dibebaskan.
Ia tidak melihat Galih di antara penyidik yang menghadiri persidangan. Rasa penasaran Luna semakin timbul bahkan saat ia melihat salah satu penyidik keluar masuk pengadilan seperti mengangkat telpon berkali-kali. Apa yang terjadi sebelum pengadilan?
Bahkan sampai mobilnya berhenti tepat di depan rumah, Luna harus keluar cepat-cepat karena beberapa mobil wartawan yang mengikutinya. Ternyata setelah kedatangannya Kayden datang bersamaan dengan satu map yang Luna sudah tahu isinya. Kalau bukan hasil pengadilan pasti surat kontrak dan persetujuan yang sudah selesai. Oh, jadi ini akhir hubungannya dengan Kayden.
"Kayden, terima kasih banyak. Saya sangat beruntung bisa kenal pengacara seandal kamu." Ucap Rezki sebelum mempersilahkan laki-laki itu duduk.
Kayden hanya tersenyum, ia tanpa basa-basi dan duduk terlebih dahulu menyerahkan kertas di map itu di meja berserta pulpennya. Rezki dengan senang hati menandatanganinya sambil terus tersenyum karena akhirnya Luna bebas dari tuntutan.
"Saya akan transfer sisanya, terima kasih banyak."
Setelah berjabat tangan, Kayden mengambil map itu dan membungkuk sedikit untuk pamit tanpa sedikitpun melirik Luna. Astaga Luna bingung dengan apa yang terjadi.
"Kayden," panggil Luna tanpa mendapat balasan dari laki-laki itu.
"KAYDEN!" teriakan dan juga tangan Luna menahan Kayden keluar dari rumah besar itu.
"Kamu kenapa sih?"
Kayden tidak mau terpancing emosi dengan banyak hal yang terjadi sebelumnya. Ia berusaha tenang dan menyembunyikannya dengan sifat profesional.
"Saya gak ada apa-apa lagi kan sama kamu?"
Luna sedikit tersentak, pertanyaan itu dilemparkan olehnya dengan sangat dingin. Tanpa ekspresi dan tanpa menengok.
YOU ARE READING
I Law You
Mystery / Thriller"All I can do is believe in you." Kayden Zaferino lagi-lagi harus terlibat di dalam kasus meninggalnya seorang pengusaha muda sukses yang misterius. Kasus itu menarik seorang Mezzaluna Auristella, mahasiswi tingkat akhir yang disalahkan atas apa yan...